Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Tiga kali menjalin asmara, tiga kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gempar
"Pengumuman! Diberitahukan kepada segenap jajaran dewan direksi dan seluruh karyawan Paragon Grup. Guna menyambut calon penerus pemimpin Paragon grup, para jajaran dewan direksi dan seluruh karyawan, diharap bisa mempersiapkan diri untuk acara penyambutan pad esok hari pukul 10 Pagi di gedung serba guna. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih."
"Apa! Penyambutan penerus presdir?" seketika semua yang mendengar pengumuman tersebut muncul pertanyaan yang sama dan suasana riuh langsung terjadi begitu pengumuman berakhir.
Semua saling beradu pendapat dan dengan sangat yakin, mereka membenarkan pendapatnya sendiri.
"Aku yakin, pasti Tuan muda Dave yang akan menggantikan Tuan besar," ucap beberapa karyawan di tempatnya masing-masing, termasuk para pekerja kebersihan.
"Kalau menurutku sih, Tuan muda Morgan," sahut rekan kerja dari orang lain. "Secara, usia Tuan Morgan lebih tua daripada Tuan Dave."
"Belum tentu!" bantah yang lainnya. "Belum tentu yang lebih tua yang yang akan menjadi penerusnya. Tuan besar pasti memilih anak yang lebih pintar."
"Tapi kan Tuan Dave terkenal suka gonta-ganti wanita. Apa lagi kalau disapa orang, sombongnya bukan main. Mentang-mentang Bapaknya kaya raya."
"Hahaha... Tuan Morgan juga sama aja. Kedua putra Presdir tidak ada yang beres. Mereka terlalu dimanjakan harta, jadi kerjanya cuma menghabiskan harta orang tuanya saja sama bikin masalah."
"Benar! Apa lagi, harta orang tuanya nggak habis-habis. Bikin iri aja."
"Hahaha..."
Hampir semua karyawan membicarakan orang yang sama. Biar bagaimanapun, dua pria yang dikenal sebagai anak presdir itu, memang beberapa kali viral karena kelakuan buruk mereka.
Para karyawan atau warga yang mengenal nama Dave maupun Morgan, sangat tahu betul, setiap mereka membuat masalah, maka masalah tersebut pasti akan selesai dengan cepat dan beritanya akan langsung hilang.
Memang, semua itu akibat pengaruh nama besar pemimpin sekaligus pemilik Paragon grup. Tapi sebenarnya, Castilo sendiri, tidak pernah turun tangan atau memberi perintah kepada orang-orang kepercayaannya untuk membantu, mengatasi Dave dan Morgan, setiap mereka membuat masalah.
Ibu-ibu merekalah yang sering memohon kepada para jajaran yang terhubung dengan Paragon grup untuk membantu menyelesaikan masalah anak-anak mereka dengan mengatasnamakan nama Tuan besar.
Di salah satu ruang, dalam gedung Paragon grup.
"Daddy," sebuah suara lembut, nampak memanggil seorang pria yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu lantas menoleh dan dia tersenyum.
"Hallo, Sayang," ucap pria itu sembari kembali menatap layar komputer.
"Daddy pasti belum makan siang," terka pemilk suara lembut, setelah melepas masker, lalu dia meletakkan dua kotak makanan. "Kebiasaan yang buruk," sindirnya.
Sosok yang dipanggil Daddy kembali tersenyum lebih lebar sembari menghentikan pekerjaannya.
"Kamu beliin makanan buat Daddy?" tanya pria itu sembari meraih salah satu kotak makanan tersebut.
"Terus, kalau bukan aku yang beli, siapa lagi," balas sosok tersebut dengan ketus. "Apa Daddy berharap ada wanita lain, yang mengantarkan makanan selain Mommy?"
"Hahaha..." si Daddy malah terbahak. "Bagaimana bisa Daddy memiliki wanita lain, kalau anak gadis Daddy aja galaknya minta ampun. Daddy pasti bakalan diterkam oleh kamu dan Mommy."
Bibir gadis itu langsung mencibir. "Dad, apa benar besok Tuan besar akan mengumumkan penerusnya?" tanyanya begitu duduk ki kursi yang ada di seberang meja Ayahnya.
Sang Daddy, yang juga sosok yang paling dipercaya oleh Tuan besar nampak mengangguk sembari menikmati hidangan yang dibelikan anak gadisnya.
"Emang siapa yang akan jadi penerusnya, Dad? Tuan Morgan apa Tuan Dave?" Gadis itu nampak penasaran.
"Kamu lihat aja besok, yang pasti, seseorang yang kamu kenal, Sayang," jawab Alex makin membuat penasaran putrinya.
Kening gadis itu langsung berkerut. "Orang yang aku kenal? Kan memang cuma Tuan Morgan dan Tuan Dave doang," ucap gadis tersebut. "Oh iya, Dad, petugas kebersihan yang tadi pergi bersama Daddy, gimana nasibnya? Apa dia dipecat?"
Gerakan tangan Alex yang menggenggam sendok seketika berhenti. Matanya lekat menatap anak gadisnya. "Kenapa emangnya? Sepertinya kamu peduli sama dia."
Perempuan itu terkesiap dan sedikit salah tingkah. "Apaan sih, Dad? Aku kan cuma tanya. Lagian kita kan sama-sama petugas kebersihan, ya wajar dong, aku menanyakan keadaan anak itu?"
Alex mengangguk, membenarkan, lalu dia kembali melanjutkan menikmati hidangannya.
"Aku sih yakin, dia tidak mencuri. Pasti ini akal-akalan si Bogo aja," gadis itu kembali berujar.
"Bogo? Siapa dia?" tanya Alex.
"Itu, Dad, petugas kebersihan yang tadi pagi mukulin Erik. Dia kan benci banget sama si Erik itu."
Alex nampak manggut-manggut. "Apa kamu tahu, apa yang menyebabkan Bogo benci sama Erik?"
Perempuan itu berpikir sejenak. "Yang aku tahu sih, awalnya karena Erik menolong Jojo dari pembullian yang Bogo lakukan. Namun tak lama setelah itu, aku juga dengar, katanya cewek yang disukai Bogo, malah terang-terangan bilang suka sama Erik. Padahal kata Jojo, Erik sama sekali tidak pernah tahu, wajah cewek itu."
Oh begitu?" Sahut Alex. "Kenapa kamu baru cerita sekarang? Harusnya kamu ngasih tahu Daddy sejak kamu mengetahui peristiwa pembulian itu."
"Loh, aku tuh sudah beberapa kali ngasih tahu Daddy, tapi Daddy malah lebih fokus dengan urusannya Tuan besar. Mau lapor yang lain juga percuma, karena Bogo, punya orang dalam di sini."
"Hm ..." Alex menghembus nafas panjang. "Ya sudah, nanti biar Daddy yang usut, sekalian dengan kasus yang tadi pagi," ucapnya. "Oh ya, kamu belum punya pacar kan, Nau?"
Gadis itu terperanjat. "Kenapa emang, Dad?"
"Daddy mau mengenalin kamu sama seseorang. Kamu mau?"
Gadis yang akrab dipanggil Naura, nampak tertegun mendengarnya. Wanita itu tidak langsung menjawab, membuat sang ayah menatapnya penuh selidik.
"Apa kamu sedang menyukai seseorang?" terka Alex yang sukses membuat sang anak kembali terperanjat.
"Apaan sih, Dad," Naura tersipu.
"Kalau iya, ngomong sama Daddy," ledek Alex.
"Hih! Tahu, Ah," Naura gemas sendiri "Dah lah, aku mau kembali bekerja saja," dia segera mengenakan maskernya untuk menghindari Ayahnya yang mulai curiga.
"Awas, kalau sampai ada yang tahu aku anak Daddy, aku akan marah dalam waktu yang sangat lama," ancam Naura begitu dirinya telah siap untuk pergi.
"Loh, kenapa malah Daddy yang kamu ancam? Kan kamu yang diam-diam masuk ke ruangan Daddy?" meski Naura sering bersikap demikian, tetap saja, Alex selalu merasa heran dengan sikap anak gadisnya itu.
Naura mencebik, lalu dia segera pamit dengan segala drama yang sedang dia perankan. Alex hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya, anak pertamanya memilih pekerjaan sebagai petugas kebersihan dengan alasan untuk mengisi waktu luang.
"Apa Naura menyukai Erik?" gumam Alex begitu Naura hilang dari pandangan mata. "Kalau Naura tahu siapa Erik sebenarnya, bisa jantungan dia."
Kabar tentang Castilo yang akan mengumumkan tentang penerus singgasananya, begitu cepat menyebar kemana-mana. Dua anak muda yang namanya mendadak jadi perbincangan, nampak begitu antusias mendengar kabar tersebut.
Namun tidak berlaku bagi Ibu-ibu mereka. Kabar itu seakan menjadi peringatan kalau hidup mewah yang selama ini mereka jalani, akan segera berakhir sesuai dengan perjanjian yang mereka sepakati.