Kedatangan seorang wanita sebagai manager baru grup Maverick membuat para member terkejut. Terlebih lagi tidak adanya alasan yang tepat untuk menerima manager baru saat ini. Lantas mengapa perusahaan harus merekrut orang di saat mereka sama sekali tidak memerlukan tenaga tambahan?
Namun karena petinggi perusahaan yang memberi keputusan semua hanya bisa diam dan menerima. Awalnya tidak ada yang salah, semua berjalan sesuai rencana, jadwal dan member semua dalam keadaan baik. Sampai bulan demi bulan terlewati dan masalah pun mulai bermunculan. Mulai dari peristiwa penggelapan dana, pergantian CEO hingga penculikan yang bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa masalah datang silih berganti bersamaan dengan kehadiran sang manager baru? Apakah ada rahasia di balik ini semua atau memang semua ini adalah rencananya? Lantas bagaimana nasib para member setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achazia_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Puluhan kaum hawa tampak menyesaki jalanan yang memang digunakan sebagai lokasi syuting survival show kali ini. Beberapa di antara mereka ingin melihat bagaimana para dancer menunjukkan koreo buatan mereka, tapi banyak juga di antaranya yang ingin melihat idola mereka. Siapa lagi jika bukan Taewon? Buktinya banyak teriakan histeris juga jepretan kamera begitu Taewon datang ke lokasi syuting. Beruntung para bodyguard sigap menahan kerumunan sehingga tidak terjadi kericuhan. Taewon segera dibawa ke tempat wardrobe untuk sedikit di make up, juga briefing singkat tentu saja.
“Dia benar-benar populer,” gumam Alexa pelan. Saat ini dia duduk di bangku plastik bersama produser, memantau syuting hari ini juga bercakap-cakap ringan tentang bagaimana rencana show ini ke depannya. Tak berselang lama setelah kedatangan Taewon syuting pun dimulai. Sebagai Mc ia berhasil membuka acara ini dengan cukup meriah. Saat masih asik melihat proses syuting yang dilakukan Taewon, ponsel Alexa tiba-tiba berbunyi, maka dengan sopan ia meminta izin keluar untuk menjawabnya.
“Aku sudah sampai. Arah jam 3, cafe pinggir jalan. Cari saja orang yang memakai topi hitam.” Suara dingin pria menyambut pendengaran Alexa sesaat setelah ia mengangkat teleponnya. Tak banyak yang mereka bicarakan hanya kalimat itu, lantas panggilan pun berakhir.
Jika kalian pikir Alexa akan mengabaikan panggilan itu maka kalian salah karena nyatanya Alexa menuruti perintah orang itu. Ia berjalan ke arah cafe yang dimaksud. Cafe itu tidaklah besar, hanya cafe kecil yang sepertinya jarang dilirik orang. Kesan minimalis namun rapi langsung memanjakan mata Alexa begitu ia masuk. Akan tetapi bukan itu yang menjadi fokusnya saat ini, melainkan keberadaan seorang lelaki bertopi hitam yang duduk di sudut cafe.
“Bagaimana? Apa alat yang kuminta sudah siap?” Kata itu dipilih oleh Alexa sebagai kalimat pembuka. Saat ini ia sedang duduk di hadapan pria bertopi tersebut. “Aku masih harus menghubungkannya dengan satelit kita, tapi itu tak akan memakan banyak waktu,” Pria itu merogoh saku hoodie yang ia kenakan, mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari beludru yang begitu indah‒mirip kotak cincin, “ini alatnya.”
Alexa membuka kotak tersebut, sebuah cincin bertahtakan bunga mencuri perhatiannya. Sebenarnya cincin itu sederhana, bentuknya kecil dan berwarna putih perak, tapi bukan itu sebenarnya yang membuatnya tersenyum senang.
“Bagaimana cara mengaktifkannya?” Alexa bertanya sambil menyematkan cincin tersebut di jari tengahnya.
“Mudah saja, kau hanya harus menekan hiasan bunga di atas cincin itu, lalu dekatkan pada target. Alatnya akan langsung bergerak saat mendeteksi suhu tubuh seseorang.”
Alexa mengangguk paham. “Aku mengerti, terima kasih. Mari kita jalankan rencananya”
****
Matahari berjalan mendekati peraduannya, malam hampir tiba. Taewon baru saja menyelesaikan syuting survival show-nya. Para penonton yang tadinya berkerumun sudah kembali ke rumah mereka masing-masing, sedang para kru sibuk menata kamera dan membereskan lokasi syuting. Alexa bangkit dari tempat duduknya, kemudian menyerahkan sebotol air mineral pada Taewon yang masih membersihkan make up.
“Minumlah dulu Taewon-ssi.” Alexa menyodorkan air mineral yang tadi ia bawa pada Taewon.
Matahari yang tadi bersinar cukup terik membuat tenggorokan Taewon terasa kering bak habis berlarian di gurun. Maka begitu Alexa menyerahkan botol dingin berisi air mineral, ia langsung meneguknya hingga habis. “Terima kasih, Manager-nim.”
“Taewon-ssi, kerja bagus untuk hari ini. Kau sudah bisa pulang, semoga jadwal selanjutnya semuanya berjalan lebih lancar.” Kalimat itu diucapkan oleh sang produser, Taewon yang mendengarnya membalas dengan senyuman ramah dan ucapan terima kasih. Setelah itu mereka bercakap-cakap sebentar, sebelum akhirnya sang produser pergi guna mengecek pekerjaan anggota kru-nya.
Beberapa menit akhirnya berlalu dan make up Taewon sudah bersih, barangnya pun sudah rapi. Kini Alexa dan Taewon berjalan menuju tempat parkir, setelah berpamitan pada produser dan para kru tentu saja. Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, Alexa berhenti dan berdecak pelan. Hal ini sukses membuat atensi Taewon teralih ke arahnya. “Ada apa, Manager-nim?” tanyanya sambil melihat ke arah Alexa.
“Aku meninggalkan ipad ku, aku lupa belum memasukkannya ke dalam tasku. Tolong tunggu sebentar, aku akan mengambilnya.” Belum sempat Taewon membalas ucapan Alexa, ia sudah berbalik dan kembali ke tempat duduknya tadi. Sedang Taewon memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke tempat parkir.
Belum sampai Alexa ke lokasi syuting, kakinya berhenti. Dengan gerakan cepat ia menekan sebuah alat berwarna hitam dengan bentuk mirip seperti alat bantu dengar yang terpasang dengan apik di telinga kirinya. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya suara seorang pria terdengar di kepalanya.
“Target sudah berada di lokasi, keadaan cukup sepi sekarang. Ayo kita lakukan rencana kita.”
Mendengar informasi dari suara di seberang membuat Alexa senang, ia menarik satu sudut bibirnya, tersenyum. Sebenarnya ia tak meninggalkan ipad-nya, itu hanya alasannya saja agar Taewon bisa sendirian dan rencananya bisa dilakukan.
Sesuai instruksi orang yang mengajaknya bicara, rencana mereka bisa dilakukan sekarang. Maka dengan segera ia kembali melangkah ke tempat Taewon sebelum lokasi itu kembali ramai dilalui orang. Di tengah perjalanan, ia menyentuh cincin baru yang ada di jari tengahnya, menekan bagian tengah hiasan dan memutarnya menjadi berada dalam telapak tangan.
Setelah semua persiapannya selesai, Alexa melirik ke arah seorang lelaki bertopi hitam yang terlihat asik merokok di bawah pohon. Dengan gerakan samar, ia menganggukkan kepala‒memberi tanda.
“Taewon-ssi maaf membuatmu‒ahh!” Perkataan Alexa berganti menjadi pekikan kecil saat tanpa diduga seorang lelaki bertopi hitam menabrak punggungnya hingga membuat tubuhnya oleng ke depan hingga menabrak dada bidang Taewon. Beruntung Taewon bisa menjaga keseimbangan sehingga mereka tidak terjatuh dan lebih beruntungnya lagi kondisi parkiran saat itu sepi sehingga kemungkinan tak akan ada berita miring tentang mereka.
Seakan tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan, Alexa segera menegakkan tubuhnya. “Terima kasih, Taewon-ssi,” ucapnya kemudian. Sedikit pelan, mungkin kikuk, lagi pula siapa yang tak kikuk jika baru saja ‘memeluk’ idol besar sekelas Taewon Maverick?
Namun, bukannya menjawab ucapan Alexa, Taewon malah mengernyitkan dahi sembari menggosok tengkuknya heran. Hal itu sukses membuat kalimat tanya keluar dari bibir Alexa, “apa kau baik-baik saja Taewon-ssi? Apa aku menyakitimu?”
“Oh! Tidak, Manager-nim saya merasa ada sesuatu yang menusuk tengkuk saya.”
Alexa sedikit tertawa mendengar balasan Taewon.“Oh! Maafkan aku Taewon-ssi, itu cincinku. Aku terbiasa memakai cincin dengan cara seperti ini,” Alexa menunjukkan tangan kirinya yang berhias cincin. Posisinya memang aneh karena hiasan bunga yang seharusnya menghiasi tangan lentiknya malah berada di dalam telapak tangannya, “mari kita kembali ke agensi, Taewon-ssi.” Mendengar instruksi Alexa, Taewon segera memasuki mobil, tubuhnya sedikit lelah sehabis berdiri berjam-jam. Sedang Alexa? Wanita itu setia menatap ke ujung jalan, kemudian melempar senyum pada pria bertopi hitam yang baru saja menabraknya.
****
Jarak antara lokasi syuting dan agensi sebenarnya tak terlalu jauh, mungkin hanya memerlukan waktu setengah jam untuk sampai jika ditempuh dengan mobil. Namun, karena mereka melakukan perjalanan di saat jam pulang kerja membuat waktu mereka di atas mobil semakin lama. Ditambah dengan sahut-sahutan klakson membuat keadaan semakin memuakkan.
“Manager-nim, apa kita bisa lebih cepat?” Taewon bertanya setengah mendesak. Ia terlihat gusar, beberapa kali dia memandangi jam tangannya dengan panik.
“Kita pulang di saat yang tidak tepat, Taewon-ssi. Ada apa memangnya? Apa kau masih ada jadwal?” Taewon menjawab pertanyaan Alexa dengan anggukan dan hal itu membuat Alexa mengernyit heran, “bukankah dokter memintamu untuk beristirahat? Kenapa kau mengambil jadwal hingga malam?”
Taewon terdiam sebentar, ia terlihat berpikir sebelum akhirnya menjawab, “ini hanya pembicaraan kecil tentang jadwal saya yang sempat tertunda bersama Hwa Young Noona.”
“Kalau begitu beritahu padanya kita akan sedikit terlambat karena terjebak macet, kurasa dia akan mengerti atau mungkin kau tau jalan lain menuju agensi?”
Diam, Taewon tidak menjawab perkataan Alexa. Ia tidak tau jalan lain menuju agensi, lagi pula siapa yang bisa menjamin jika jalan itu juga tak seramai jalan yang mereka lalui. Menghela napas kasar, Taewon berusaha menghilangkan kegusarannya dan menuruti perkataan Alexa untuk memberi tau Hwa Young jika ia akan terlambat.
“Semoga ia tidak menggila malam ini,” gumam Taewon pelan.
mampir balike ke ceritaku juga "30 hari"
semoga semakin rame yaaa
Trimakasih kak sudah berkunjung 💜