Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Gangguan Kecil
***
Sherin memejamkan matanya, sekuat tenaga
dia mencoba menarik tangan nya. Tapi tenaga
Devan bukanlah tandingannya. Gerakannya
bahkan tidak berarti apa-apa buat pria itu.
"Tuan..tolong lepaskan tanganku.! Aku harus
ke kamar mandi sekarang juga."
"Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan !
Kau bisa memanggil namaku, atau apapun
yang lebih terdengar normal.!"
Sherin membuka mata, keduanya kini saling
menatap. Ada sesuatu yang membuat mereka
betah berlama-lama dalam posisi saling tatap
seperti ini. Ada kenyamanan dan ketenangan
yang kini di rasakan oleh keduanya.
"A-aku rasa itu terlalu lancang Tuan."
"Aku adalah suami mu. Dan ingat, kau harus
selalu mematuhi setiap perintah ku.!"
Sherin memalingkan wajahnya, dia kembali
tegang saat Devan menurunkan wajahnya. Pria
itu tampak menautkan alisnya melihat reaksi ketegangan yang tergambar jelas dari raut
wajah Sherin. Rasanya ini tidak masuk akal,
wanita yang biasa berhadapan dengan banyak
pria, tapi bisa tegang hanya karena interaksi
seperti ini.! Apakah dia sedang bersandiwara.?
"Tidak perlu jual mahal di depanku. Aku punya
hak penuh atas dirimu. Mulai saat ini, hanya
aku yang berhak menyentuh mu Sherin.!"
Sherin kembali mengalihkan pandangannya
pada Devan. Ada semburat merah yang kini
mewarnai wajah cantiknya. Mata mereka
saling menatap kuat.
"Jangan khawatir, aku sadar posisi ku Tuan.
Kalau kau mau, kapanpun kau bisa mengambil
hak mu itu, aku tidak akan mencegahnya."
Kini giliran wajah Devan yang bereaksi aneh,
memerah, dan ada seringai tipis di bibirnya.
Wanita ini benar-benar sangat lihai.
"Tentu saja, aku akan menunggu moment
yang tepat untuk melakukan hal itu."
Desis Devan sambil kembali mendekatkan
wajahnya, semakin dekat, dan..
"Biarkan aku istirahat sebentar lagi. Setelah
itu, baru kau boleh membangunkan ku."
Bisik Devan sambil kemudian mencium kening
Sherin yang terhenyak dalam diam. Ada gelenyar
aneh yang memanaskan seluruh tubuhnya hingga
wajahnya kini memerah. Devan menjatuhkan diri
di sebelah Sherin yang masih memejamkan mata. Sherin menarik nafas pelan, kemudian membuka matanya. Perlahan dia melirik kearah pria yang
ada di sampingnya. Eehh pria itu ternyata sudah kembali tertidur, sepertinya dia sangat kelelahan.
Sherin bangkit dengan hati-hati, kembali melirik
kearah Devan. Pria itu tampak masih berpakaian resmi. Pasti sangat tidak nyaman tidur dalam
kondisi tubuh seperti itu. Apakah dirinya harus membuka jas dan dasi yang di pakainya.? Tapi tidurnya pasti akan terganggu.
Ahhh..bodo amat, kenapa dia harus repot-repot memikirkan hal itu. Dengan cepat Sherin turun
dari atas tempat tidur berukuran sedang itu.
Kemudian melenggang masuk ke dalam kamar
mandi yang ada di sudut ruangan.
Hari ini jadwalnya cukup padat. Ada job penting
yang sudah menantinya siang ini. Dan dia tidak
boleh terlambat datang. Setelah semua kontrak
selesai, dia ingin segera membereskan masalah
dengan agensi milik mantan kekasihnya itu.
Beberapa waktu kemudian...
Sherin keluar dari kamar mandi dalam keadaan
sudah berpakaian lengkap. Namun matanya jadi
tertegun saat menyadari sosok Devan sudah
tidak ada di atas tempat tidur. Dia jadi bingung,
apakah yang tadi di lihatnya hanya halusinasi
semata ? Tapi aroma wangi maskulin mewah
itu masih tercium nyata di dalam ruangan ini.
"Kemana dia, tadi kelihatannya ngantuk berat.
Ishh.. dasar Tuan aneh, seperti hantu saja.!"
Decak Sherin sambil menggeleng bingung.
Dia segera bersiap, memoles ringan wajahnya.
Kemudian menyambar tas kecil yang ada di
atas nakas. Setelah itu turun ke lantai bawah.
Lagi-lagi, mata Sherin kini tertegun saat melihat
sudah ada hidangan sarapan pagi di atas meja
makan. Lengkap, menggoda dan masih hangat, apa-apaan ini.?
Ada pesan yang masuk ke ponselnya. Sherin
cepat-cepat membukanya. Dari nomor yang
tidak di kenal.
Aku ada urusan penting.. jangan lupa sarapan
pagi.. Nanti malam kau sudah harus pindah ke
tempatku.. rumah ini tidak layak untuk mu..!!
Alis Sherin bertaut dalam. Mungkinkah ini nomor Devan.? Iihh.. dasar pria aneh, sangat misterius.!
Dia mencoba untuk tidak peduli, segera duduk di
kursi, kemudian mulai menikmati apa yang ada
di depan nya itu. Tak peduli siapapun yang sudah menyiapkannya.
Tidak lama Vincent datang menjemput. Mereka
berdua langsung meluncur ke sebuah tempat.
Hari ini Sherin ada jadwal pemotretan untuk iklan
sebuah perhiasan mewah yang sangat terkenal.
Akhirnya Sherin tiba di tempat tujuan..
Az Zahwa Jewelry.. perusahaan perhiasan yang
sudah sangat terkenal itu kini menjadi job place
nya untuk hari ini. Sherin sangat antusias dengan
pekerjaan ini, karena dia sangat menyukai produk perhiasan keluaran perusahan ternama ini.
Dan sang pemilik perusahaan ini adalah seorang
wanita cantik, Kanaya Az Zahwa, istri dari seorang
pengusaha besar dan sukses Abraham Mahendra.
"Hallo Nona Sherin.. senang sekali akhirnya kita
bisa bekerjasama untuk projek ini."
Sang owner menyambut Sherin dengan ramah.
Keduanya tampak berangkulan hangat dan akrab.
"Terimakasih atas kepercayaan anda Nyonya
Mahendra.."
Ucap Sherin saat mereka saling melepaskan diri.
Wajah cantik Kanaya tampak berbinar. Mereka
berdua tersenyum lembut penuh kehangatan.
"Okay, kita langsung saja ke lokasi pemotretan
sekarang ya. Saya sudah tidak sabar nih, ayo.."
"Tunggu sebentar Nyonya Mahendra.."
Ada suara tegas seorang pria yang membuat
Naya dan Sherin tidak jadi bergerak. Di ambang
pintu muncul sesosok pria tampan bersama
dengan seorang wanita cantik nan seksi.
Mata Sherin menatap tajam kearah dua sosok
yang sangat tidak ingin di lihatnya itu. Brian dan
Stella. Ada urusan apa mereka datang ke tempat
ini.? Bukankah Stella ada pekerjaan di tempat
lain, atau jangan-jangan..
"Selamat datang Tuan Mcknight..senang sekali
anda bisa datang juga. Sepertinya anda sangat
perhatian sekali ya sama model-model nya."
"Maaf sebelumnya Nyonya Kanaya, saya sudah
memutuskan, yang akan mengambil pekerjaan
ini adalah Nona Stella Muller. Bukanlah Nona
Sherinda. Kami ingin mengganti nya.!"
"Apa.?? Di ganti..?!"
Sherin dan Naya berseru bersamaan. Mereka
berdua tampak saling pandang terkejut.
"Benar, Nona Stella lebih cocok untuk job ini.!"
"Brian, apa-apaan ini.? Kau tidak bisa mengubah
job desk seenaknya saja.! Semua sudah ada
dalam daftar kontrak.!"
Sherin berucap sedikit keras karena tidak bisa
terima keputusan Brian begitu saja. Tapi pria
itu malah tersenyum miring sambil melipat
kedua tangannya di dada.
"Stella lebih cocok untuk pekerjaan ini. Kalian
akan silang job hari ini.!!"
Sherin tampak menggeleng kuat. Dan Naya pun tampaknya tidak terima begitu saja apa yang di putuskan oleh Bos Starlight tersebut.
"Mohon maaf sebelumnya Tuan Mcknight. Dari
awal, model yang kami inginkan adalah Nona
Sherin. Kami sudah menyiapkan konsep sesuai dengan karakternya. Jadi anda tidak bisa begitu
saja mengubahnya."
Tegas Naya sambil maju ke hadapan Brian yang
terlihat tersenyum tenang. Sherin masih terdiam,
menatap tajam wajah kedua orang yang sangat
menyebalkan dan memuakkan itu.
"Tapi kami lebih memahami model kami Nyonya.
Anda bisa membuktikan sendiri siapa nanti yang
lebih cocok untuk memegang projek ini."
"Baiklah, begini saja, agar lebih adil..kita akan melibatkan mereka berdua untuk iklan ini. Dan hasilnya akan kita lihat di akhir. Tidak masalah
bagi saya kalau harus membayar mereka berdua."
Akhirnya Naya memberi pilihan. Dia melirik ke
arah Sherin yang terlihat tidak terima.
"Saya kira itu tidak perlu Nyonya Mahendra,
lebih baik saya mundur dari projek ini.!"
"Apa kau sudah merasa kalah sebelum maju
dan bertanding.? Ohh Nona Sherin.. saya akan
sangat kecewa kalau begitu."
Sherin terdiam. Dia melirik kesal kearah Stella
dan Brian yang terlihat tersenyum remeh.
"Aku rasa Nyonya Mahendra tidak perlu lagi untuk
memaksa Kak Sherin. Karena sepertinya dia sudah
mengakui kekalahan. Tapi.. itu lebih baik daripada
di permalukan di depan orang-orang nanti.!"
Celetuk Stella sambil memainkan rambutnya
yang di cat warna merah kecoklatan itu. Tidak
tahan lagi dengan situasi, Margaret kini maju
ke hadapan Kanaya.
"Baiklah, kita setuju Nyonya Mahendra. Biarkan orang-orang anda yang akan menilai hasilnya.!"
Tegas Margaret sambil menarik tangan Sherin
di bawa keluar dari ruangan itu. Naya tersenyum
puas, dia berpaling pada Brian dan Stella yang
terlihat berwajah tidak bersahabat.
"Mari..Tuan Brian..Nona Stella, kita pergi ke lokasi pemotretan sekarang juga."
Kanaya dan Monica berjalan duluan di ikuti oleh
Brian dan Stella serta para bawahannya.
***
Proses pengambilan gambar akan segera di
lakukan. Menggunakan latar tempat yang sudah
di setting sedemikan indah dan menarik. Stella
yang kebagian sesi awal pemotretan tampak
mulai bersiap. Dia terlihat begitu takjub melihat
beberapa set berlian cantik dan eksklusif yang
akan di pamerkan dalam iklannya.
"Okay Miss Stella, ready..? Kita akan melakukan
take sekarang juga."
Sang potografer memberi kode pada Stella yang
sudah siap di titik fokus. Stella mengacungkan
jempol sambil tersenyum dan bersiap dengan
pose pertamanya. Semua crew kini bersiap di
posisi masing-masing. Dan proses pengambilan
gambar pun di lakukan.
Namun, rupanya sang potografer profesional itu
tidak juga memperoleh kepuasan serta angle
yang mampu memuaskan hasrat photografi nya.
Dia terus saja mengarahkan Stella pada pose
dan posisi yang berbeda. Stella sampai harus mengulang beberapa kali.
"Okay.. kita break dulu sebentar.!"
Teriak sang potografer. Stella cemberut kesal
sambil mengibaskan rambutnya gerah. Asisten
dan para crew make up langsung melakukan
touch up pada wajahnya.
Sementara itu, Sherin saat ini masih berada di
dalam privat room tempat dirinya bersiap dan
berganti kostum. Dia akan mengenakkan gaun
yang berbeda dengan Stella. Gaun ini berwarna
navy dengan hiasan cantik di beberapa bagian.
Dia baru saja selesai mengenakkan gaun itu
ketika tiba-tiba Brian masuk ke dalam ruangan
lalu mengusir crew yang ada di tempat itu.
Wajah Sherin terlihat merah padam saat melihat kemunculan Brian. Masalahnya gaunnya saat ini
belum terpasang dengan tuntas. Resleting bagian
belakang belum di naikan. Otomatis punggung
bening mulusnya kini terekspose nyata di depan
mata Brian hingga membuat sistem pernafasan
pria itu kacau seketika.
"Maaf Pak Brian, kami tidak bisa meninggalkan
Sherin begitu saja, dia belum selesai bersiap."
Margaret tampak keberatan dengan perintah
Brian. Tapi pria itu menatap tajam wajah sang
manager Sherin itu penuh ancaman, kemudian menunjuk pasti ke arah pintu keluar.
"Aku bilang keluar.! Atau kalian akan aku pecat sekarang juga.! Cepat keluar.!"
Mau tidak mau akhirnya Margaret dan Vincent
keluar dari dalam ruangan. Vincent hanya bisa
menahan kemarahan namun dia tidak mampu melakukan apapun.
"Apa yang kau lakukan Tuan Brian.? Ini adalah
ruangan yang sangat privat.! Kau benar-benar
sudah tidak mengindahkan soal etika dan sopan santun terhadap para model mu !"
Decak Sherin sambil kemudian mundur menjauh sembari menahan gaun bagian belakangnya.
Brian maju mendekat sambil menyeringai tipis.
Pria itu kini menatap liar tubuh Sherin yang juga menatapnya tajam. Tiba-tiba saja Brian bergerak, membalikan tubuh Sherin hingga kini posisinya membelakangi dirinya. Sherin melebarkan mata terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Brian.
"Brian.. apa yang kau inginkan.?"
"Kita harus bicara berdua saja Sherin sayang."
Bisik Brian di telinga Sherin yang kini berusaha
memutar kembali tubuhnya, namun sial, tangan
nya di kunci oleh Brian di belakang membuat
dia kesulitan untuk menggerakkan badannya.
Belum lagi gaunnya yang terbuka lebar hingga
mempersulit ruang geraknya.
"Jangan kurang ajar kamu.! Cepat keluar dari
tempat ini sekarang juga. Kau semakin kelewat
batas Brian.!"
Sherin berseru sambil tiada henti mencoba
menarik tangannya dari cekalan Brian.
"Aku tahu kau sangat merindukan ku Sherin.!
Tatapan mu tidak bisa bohong. Aku merasakan
apa yang kau rasakan saat ini."
"Kau sudah tidak waras. Di dalam hatiku saat
ini sudah tidak ada lagi cinta untukmu.!"
Tubuh Sherin mengkerut saat tangan kanan Brian bergerak menyentuh lembut kulit tubuhnya yang terbuka. Dia mulai menarik pelan resleting gaun
Sherin dengan gerakan halus menggoda. Tubuh
Sherin langsung saja menegang dan bergetar.
"Jangan bohong kamu.! Aku yakin kau sangat
menginginkan sentuhan ku ini.! Kau cemburu
saat melihat ku mencumbu Stella. Jangan cemas sayang.. aku pastikan, kau akan tetap menjadi
wanita simpanan ku yang paling berharga.!"
Sherin benar-benar tersentak mendengar apa
yang baru saja di ucapkan oleh Brian. Tidak
tahan lagi, dia memutar tubuhnya dengan
cepat dan kuat. Lalu..
Bukk !!
Dia memasukkan tendangan lututnya ke perut
Brian yang seketika terhuyung mundur sambil memegangi perutnya. Matanya tampak melebar menahan rasa ngilu yang menghantam bagian
tengah perutnya tersebut.
"Kau sudah benar-benar menghinaku Brian.
Walau dunia menghujat dan mencaci ku, tapi
aku masih punya harga diri.! Aku tahu pasti
apa yang kalian mainkan di belakangku.!"
Desis Sherin dengan tatapan tajam penuh rasa
tidak terima. Brian kini berusaha menegakkan
badannya. Sementara Sherin melangkah kearah
pintu ruangan, lalu membukanya.
"Keluar sekarang.. atau aku akan membuat aset
yang sangat berharga milik mu itu kehilangan
keperkasaannya.!"
Gertak Sherin sambil melebarkan pintu ruangan.
Tepat, bersamaan dari arah koridor lain muncul
rombongan orang-orang penting. Dan dua orang
diantaranya adalah pria paripurna..
Wajah Sherin langsung saja pucat pasi begitu
melihat satu sosok diantaranya, karena orang itu adalah seseorang yang kini berstatus sebagai suaminya. Devaan..sedang apa dia berada di
tempat ini.??
***
Bersambung...
**Note :
Sabtu-Minggu libur up ya gaiiss..🤗😘🙏**
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻