Rise Of The Cruel Antagonist

Pada malam harinya Lana duduk di ruang makan bersama keluarganya yang lain, Lana hanya bisa makan dengan tenang dan tak berani menatap ayahnya, bahkan ruang makan saat ini dalam keadaan sepi.

Sementara Nara terlihat santai meskipun matanya masih terlihat sedikit memerah, Nara selalu pandai menutupi emosinya setelah terlahir kembali, Nara tidak mau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang dia pikirkan.

hanya nyonya Sarah yang merasa bingung ketika melihat suasana makan malam di keluarganya, tidak biasanya ruang makan sangat sepi, biasanya akan banyak celotehan dari kedua putrinya ataupun suaminya, tapi sekarang semuanya benar-benar menjadi sangat pendiam.

"ada apa, apa masakanku tidak enak?" tanya nyonya Sarah yang tidak tahan lagi dengan kesunyian yang ada di ruang makan.

Tuan dimas tersenyum lembut pada nyonya Sarah dan berkata," tidak sayang masakkan kamu selalu menjadi yang paling enak," tuan dimas dengan lembut.

"benarkah? tapi kenapa kalian malam ini sangat aneh, tidak biasanya kalian diam-diaman seperti ini saat di meja makan," tanya nyonya Sarah dengan penasaran, menatap anak dan juga suaminya secara bergantian.

Tuan dimas tersenyum," tidak apa-apa, aku hanya terlalu lelah mengurusi pekerjaan pabrik hari ini, anak-anak juga pasti lelah, jadi setelah makan kita akan langsung istirahat saja."

Nara makan dengan tenang dan mendengarkan pembicaraan ayah dan ibunya tanpa menyala pembicaraan mereka, Nara tahu saat ini hati ayahnya pasti sangat kacau, Nara memilih diam saja karena pada akhirnya secara perlahan-lahan mereka pasti akan mengetahui semuanya secara perlahan-lahan.

Lana hanya bisa menundukkan kepalanya, setelah acara makan malam selesai Lana dengan kasar langsung mendorong Nara yang membuat Nara langsung menabrak lemari yang ada di depannya.

Posisi mereka ada di lantai 2 dan saat ini tuan Dimas, dan nyonya Sarah masih ada di lantai bawah.

Nara cukup terkejut dia tidak menyangka kalau Lana akan mendorongnya," Lana kamu!"

"Nara Lo licik!" ujar Lana dengan kebencian yang meluap-luap di matanya, dia tidak hanya ingin mendorong Nara tapi juga ingin membunuhnya saat ini juga.

Nara yang mendengar perkataan sinis dari Lana sama sekali tidak marah, dia menyeimbangkan tubuhnya dan menatap Lana dengan tatapan merendahkan, tidak ada lagi kehangatan yang pura-pura di matanya," gue licik, gak salah? bukannya lo yang jauh lebih licik dari gue, Lana lo manfaatin kasih sayang gue dan lo berniat nyelakain gue. sekarang siapa yang jauh lebih licik di sini hmm ..?" Nara dengan tatapan tajam

Lana yang melihat tatapan mata Nara merasa tidak nyaman, bahkan sedikit ketakutan. selama bertahun-tahun mereka menjadi sepasang kakak beradik Nara tidak pernah menatapnya dengan tatapan seperti ini, Nara selalu menatap Lana dengan tatapan kasih sayang, Lana benar-benar merasa tidak nyaman ketika melihat tatapan mata nara sekarang.

Lana hanya bisa mengalihkan pandangannya tidak berani menatap langsung ke arah mata Nara.

"meskipun gue licik, setidaknya gue nggak pernah ngerusak harga diri lo Nara," balas Lana dengan nada pelan, karena lana tahu apa yang ada di dalam otaknya sendiri, jadi dia tidak berani mengatakannya secara kasar.

"lo yakin nggak pernah punya pikiran kayak gitu tentang gue, lana menurut lo gue bisa sekejam sekarang tanpa ada penyebabnya. sedangkan lo tau sendiri gimana dulu gue sayang banget sama lo, gue selalu ngelakuin apapun yang lo minta, dan gue selalu berusaha untuk buat lo selalu bahagia. tapi apa balasan yang gue terima? lo justru punya niat jahat sama kakak Lo sendiri! Lo punya rencana untuk bunuh gue!" nara dengan nada penuh penekanan.

Lana terdiam menatap Nara dengan penuh keterkejutan di matanya," sejak kapan lo tahu."

"nggak penting kapan gue tahu tentang masalah itu, tapi yang jelas Lana tidak akan pernah ada penyakit jika tidak ada penyebab." Nara berjalan mendekati Lana selangkah demi selangkah dan Lana tanpa sadar justru mundur ke belakang.

"mau apa lo hah!" Lana dengan nada kasar tapi sebenarnya saat ini sedang menyembunyikan ketakutannya, Nara benar-benar seperti berubah menjadi orang asing di mata Lana.

Nara kakaknya yang selalu menatapnya dengan tatapan lembut, kini justru berbalik dan menatapnya dengan sangat tajam, entah mengapa Lana merasa kalau dia telah kehilangan kakaknya yang menyayanginya.

Tapi pikiran itu hanya bertahan selama beberapa detik sebelum lenyap dari pikiran Lana.

"apa mau gue hm ..," Nara berjalan semakin mendekati Lana, menyudutkan Lana dan kembali berkata," gue cuma mau lo tau, kalau mulai sekarang gue gak akan pernah tinggal diam, apa yang Lo rencanain ke gue bakal gue balikin ke lo tanpa terkecuali!" Nara dengan nada di tekan.

Lana menatap Nara penuh dengan keterkejutan, sedangkan Nara hanya tersenyum kecil dengan sudut bibir terangkat sedikit, setelah itu Nara akhirnya pergi meninggalkan Lana yang terdiam kaku.