[Complete] Diantara dua desa, ada sebuah hutan yang berada ditengah kedua desa tersebut, konon jika mendengar suara gamelan maka dialam gaib lain sedang ada pesta hajat.
Suaranya begitu membuat merinding sampai membuat tidur kadang terbangun karena bercampur dengan suara lolongan anjing hutan.
Menurut warga desa sekitar saat ditanya mengenai suara gamelan tengah malam, dikira dari desa sebelah, desa sebelah mengira sebaliknya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ikuti kisahnya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terperangkap dalam Sangkar
1 Tahun Berlalu_
Magrib itu, desa terasa aman tentram, suara adzan magrib berkumandang dari segala arah, burung-burung mulai berhamburan terbang kembali ke sangkarnya. Semua orang-orang desa berbondong menuju ke masjid terdekat. Semua sibuk beribadah.
Setelah habis magrib berlalu, Hasan masuk ke kamar dan mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Sementara Arhan dan kedua adiknya main kartu mainan diatas kasur kamar Hasan. Semua suasana baik-baik saja, hingga rasa kantuk mulai hinggap didirinya, mulut menguap sekali. Hasan menutup buku dan lekas rebahan dikasur untuk memejamkan mata. Sementara adik-adiknya nampak pada keluar kamar menuju kamar Ibu dan Bapak. Mata Hasan terlelap tidur.
Dentingan jam berbunyi berkali-kali, suara angin malam sedikit kencang membuat pepohonan disamping kamarnya berderu bergoyang mengeluarkan suara. Sampai pada alam Mimpi Hasan memasuki sebuah jalan yang sepi, tidak ada siapapun, Hasan menoleh ke kanan dan kiri terlihat dari ujung ke ujung jalan diselimuti kabut tebal. Hingga dari sudut yang tidak terduga ia melihat sosok Darsiah yang Dimata Hasan versi baik. Ia mendekati Hasan dan tersenyum.
"Apa Kabar Nak." Tanya Darsiah.
"Baik. Kenapa aku disini." jawab dengan wajah heran. Lalu balik bertanya kembali.
"Maaf kalo aku memasuki mimpimu yang seharusnya indah. Aku hanya ingin mengatakan bahwa sesuatu yang lebih besar akan datang didesamu. Kau harus lebih hati-hati, manusia bisa lebih serakah dan jahat daripada iblis." Ucap Darsiah.
"Aku tidak mengerti dengan perkataan mu." Ungkap Hasan yang masih kebingungan dengan kata-kata Darsiah.
Darsiah hanya tersenyum. Lalu ia menghilang dari pandangan Hasan. Hasan lalu terbangun dari tidurnya ditengah malam.
Hasan terbangun tengah malam pukul duabelas malam lewat, ia mendengar suara gamelan yang selama ini sudah tidak pernah ia dengarkan. Mata Hasan melebar, kaget mendengar suara gamelan dari arah Ladang. Dalam pikirannya mengatakan bahwa semua sudah selesai dan perjanjian itu sudah putus! Tapi kenapa ia mendengar suara gamelan itu lagi. Hasan lekas berlari keluar rumah dan melihat sekitar rumah tidak ada siapapun, saat langkahnya diruang tamu terlihat pintu terbuka dan lekas keluar rumah.
Saat Hasan berada dihalaman depan rumah terlihat seisi desa tidak ada seorangpun yang ronda malam. Namun terlihat seseorang dari kejauhan ditengah jalan berjalan menembus kegelapan. Orang itu adalah Ibu Toni, ia nampak berjalan menuju rumahnya. Hasan mengikutinya dari belakang.
Disepanjang jalannya mengintik dari berbagai tanaman besar, sampai melihat didepan halaman rumah Ibu Toni, terlihat Ibu Toni melangkah ke arah belakang rumah. Hasan berusaha mengejar agar tidak kehilangan arah.
Saat dibelakang rumah, Ibu Toni melangkah menuju ke sebuah kandang yang selama ini tidak pernah dipakai dan digunakan sebagai kandang ayam. Terlihat Ibu Toni membuka pintu dan masuk. Hasan melihat Ibu Toni didalam menyakan lampu lentera merah. Karena penasaran Hasan melangkah ke arah gubuk itu dan melihat dicelah papan yang bolong, seketika matanya melebar, wajahnya kaget melihat sesuatu hal yang benar-benar gila, inilah sesuatu hal yang besar yang dimaksud Darsiah.
Dalam penglihatan Hasan, Ibu Toni melakukan sebuah ritual perjanjian setan yang selama ini sudah diputus. Ibu Toni membuka kembali perjanjian itu dengan Darsiah. Hasan merasa tubuhnya lemas, ia perlahan mundur dan entah kali ya menginjak sesuatu hingga bunyi, membuat Ibu Toni kaget dan lekas menatap kearah tembok papan. Hasan lalu membalikan badan dan akan melangkah lari cepat, namun seketika ia Darsiah dihadapannya hingga membuat kaget dan terbangun dari tidurnya.
Nampak sukma Hasan yang berkerja melihat kelakuan Ibu Toni. Nafas Hasan terengah-engah, lalu mengucapkan doa-doa agar hatinya tenang. Ia kembali berbaring dan memikirkan kedepannya apa yang akan terjadi. Ia kembali tidur.
-
Pagi hari yang mendung datang, Hasan lekas bangun untuk bersiap-siap buat sekolah. Saat sudah siap, ia menuju ke ruang makan, duduk bersama ayah dan adik-adiknya. Namun saat akan mengambil air putih diteko terlihat kosong sudah habis, Hasan lekas mengambil mengisi teko didapur. Saat berjalan ke arah dispenser air ia melihat Ibu sedang berdiri didekat pintu dapur belakang dengan Ibu Toni. Mata Hasan melihat ke arah Ibu Toni dengan tatapan tak bisa dibohongi tentang tadi malam. Ibu Toni sama halnya menatap lekat wajah Hasan.
Hasan Sadar saat itu Ibu Toni menduga bahwa tadi malam Hasan lah orangnya.
"Hasan, ini ada roti lapis dari Ibu Toni, banyak loh ini, kayak ya enak banget. Kamu bawa ke sekolah ya. Bawain juga adik-adikmu." Ungkap Ibu lalu memberikan seloyang Kue dipiring pada Hasan.
"Ia Buk." Jawab Hasan. Hasan menerima Roti itu dari tangan Ibunya.
"Makasi ya Bude." Ungkap ucapan terima kasih pada Ibu Toni.
"Sama-sama. Ya sudah saya pulang ya Buk." Senyum Ibu Toni pada Ibu Arhan dan Hasan.
Lalu Ibu kembali kemeja makan dan Hasan masih berfikir ada sesuatu hal yang sangat mencurigakan dengan kue ini. Hasan yang mulai ragu untuk makan lekas memasukan kue itu ke dalam plastik besar untuk dibawa pergi jauh, semoga Ibunya lupa. Hasan lekas kembali membawa teko air ke meja makan.
Semua keluarga Hasan makan bersama.
Setelah sarapan pagi selesai. Hasan dan adik-adiknya pamit untuk berangkat ke sekolah.
Saat Ibu Arhan sadar ada yang kurang dimeja makan, lekas berlari menuju ke arah Hasan yang masih bersiap naik sepeda dihalaman rumah.
"HASAN. Kue dari Ibu Toni dimana?" Ungkap keras Ibunya.
"Hasan bawa semua Buk." Jawab Hasan, lalu melaju cepat membawa sepeda menjauh dari rumah.
Ibu Arhan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bujangnya itu. Lalu kembali masuk ke rumah.
Ketika Hasan sudah mengantar Adik-adiknya kesekolah masing-masing. Ia berhenti sejenak dijembatan sungai, melangkah ditepi pembatas jembatan, Hasan mengeluarkan Roti itu dari plastik, dibukanya dan benar bau busuk membuat Hasan ingin muntah. Segeralah ia membuang Kue itu dikali dan hanyut jauh. Nampaknya Ibu Toni ada maksud yang tidak baik terhadap keluarga. Hasan menatap lekat arah kue itu dan kini sudah tenggelam dalam air.
Lalu Hasan kembali menaiki sepedanya dan melaju cepat menuju ke sekolahannya.
-
Didapur, Ibu Arhan masih berberes-beres segala macam alat dapur, merapikan ke rak. Saat itu masih merasa heran dan jengkel, padahal Ibunya mau mencicipi roti buatan Ibu Toni yang terkenal enak didesa ini.
Ketika Ibu Arhan melihat Bapak yang mau berangkat ke ladang, kini mulai dibahas. "Pak, anakmu Hasan tadi bawa semua kue pemberian dari Ibu Toni ke sekolahnya, entah pikirannya dimana." Gerutu Ibu Arhan.
Bapak yang mengambil parang dan berkata santai "ya sudah buk, namanya anak-anak pengen makan banyak. Nanti Ibu bisa pesen lagi ke Ibu Toni." Jawab Bapak Arhan. Lalu ia mengalah keluar dari dapur untuk menuju ke ladang dekat rumah.
Hmmm. Hanya kata itu yang terucap dari bibir Ibu.
-
Disekolah_
Hasan kini sudah duduk sampingan dengan Ana. Semenjak Sahabatnya pergi, sahabatnya menitipkan Hasan ke Ana. Hingga istirahat datang, Hasan masih heran dengan kejadian kue tadi. Ia berusaha curhat pada Ana.
"Ana." Panggil Hasan pada Ana disampingnya.
"Apa?" Jawab Ana yang sedang sibuk memasukan buku kedalam tasnya.
"Emang bisa ya santet dimasukan ke kue untuk membuat orang itu celaka." Tanya pada Ana soal santet.
Ana belum menjawab langsung, Ana mendengar pertanyaan itu lekas menoleh ke arah Hasan. Lalu berkata "Bisa. Sesuatu kejahatan lewat perantara suatu benda, makanan itu bisa saja terjadi karena bercampur dengan elemen lain." Tatap tajam Ana. "Kamu punya masalah tentang sanget?" Ana yang berkata pertanyaan itu langsung terdiam dan menunggu jawaban Hasan.
"Tadi malam sukmaku dibawa ke sebuah kejadian aneh. Tetanggaku melakukan perjanjian kembali dengan Darsiah, perjanjian itu dibuka kembali. Lalu aku tersadar itu semua seperti mimpi. Tapi pagi tadi tetanggaku mampir ke rumah memberikan kue. Pas aku bawa dan aku cek sebelum sampai disekolah, kue itu busuk. Lalu aku buang ke kali. Aneh bukan." Ungkap Hasan panjang lebar.
"Aku jelaskan! Suatu perantara yang dijauhkan dari tempat targetnya maka akan hangus. Ngerti sekarang." Jawab Ana.
"Jadi hal buruk itu membusuk dan kembali ke yang mengirimnya." Ungkap Hasan, tatap tajam matanya dan kening ya mengkerut.
"Bisa jadi." Ucap Ana.
Hasan mengerti sekarang mengenai kejadian yang dialaminya saat ini.
*