NovelToon NovelToon
Dokter Bar-Bar Kesayangan Mafia Tampan

Dokter Bar-Bar Kesayangan Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dokter Genius / Beda Usia / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Dibesarkan oleh kakeknya yang seorang dokter, Luna tumbuh dengan mimpi besar: menjadi dokter bedah jantung. Namun, hidupnya berubah pada malam hujan deras ketika seorang pria misterius muncul di ambang pintu klinik mereka, terluka parah. Meski pria itu menghilang tanpa jejak, kehadirannya meninggalkan bekas mendalam bagi Luna.

Kehilangan kakeknya karena serangan jantung, membuat Luna memilih untuk tinggal bersama pamannya daripada tinggal bersama ayah kandungnya sendiri yang dingin dan penuh intrik. Dianggap beban oleh ayah dan ibu tirinya, tak ada yang tahu bahwa Luna adalah seorang jenius yang telah mempelajari ilmu medis sejak kecil.

Saat Luna membuktikan dirinya dengan masuk ke universitas kedokteran terbaik, pria misterius itu kembali. Kehadirannya membawa rahasia gelap yang dapat menghancurkan atau menyelamatkan Luna. Dalam dunia penuh pengkhianatan dan mimpi, Luna harus memilih: bertahan dengan kekuatannya sendiri, atau percaya pada pria yang tak pernah ia lupakan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - Buronan?

Antonius melangkah keluar dari ruang perawatan, mengusap keringat di pelipisnya. Ketegangan yang menyelimuti ruangan mulai sedikit reda, meski kecemasan masih membayangi pikirannya. Di depan klinik, Rudolf, pria yang membawa Lucius ke sana, berdiri menunggu dengan wajah yang tampak khawatir. Matanya yang tajam mengikuti setiap langkah Antonius, dan begitu sang dokter tiba di hadapannya, ia segera membungkukkan tubuh sebagai tanda terima kasih yang dalam.

“Terima kasih, Dokter.” kata Rudolf dengan suara yang penuh rasa syukur, meskipun ada sedikit nada cemas yang tidak bisa disembunyikan.

Antonius mengangguk, matanya tetap tajam namun penuh pengertian. “Pasien sudah stabil sekarang, tapi kondisinya masih membutuhkan perhatian lebih. Setelah dia sadar, sebaiknya kalian segera membawanya ke rumah sakit besar untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jawab Antonius dengan tegas namun hati-hati. Ia tahu, meskipun keadaan Lucius kini lebih baik, komplikasi bisa saja muncul kapan saja.

Rudolf terdiam, matanya tertunduk sejenak, seolah ragu-ragu untuk menerima saran itu. Ada kekhawatiran yang terbersit di wajahnya, dan Antonius bisa melihatnya.

“Apakah ada yang menghalangi kalian untuk pergi ke rumah sakit?” tanya Antonius, suaranya sedikit lebih keras, ingin memastikan apakah ada sesuatu yang lebih besar di balik keengganan Rudolf.

Rudolf menatap Antonius dengan mata yang penuh pertanyaan, tetapi ia tidak segera menjawab. Kekecewaan dan kecemasan tergambar jelas di wajahnya. Antonius menarik napas panjang dan memandang pria itu dengan penuh perhatian.

“Aku tidak tahu siapa kalian, dan aku tidak ingin mencampuri urusan pribadi kalian. Tapi ingat, jika kalian memutuskan untuk tinggal lebih lama, aku harap kalian tidak membawa masalah kepada kami. Klinik ini bukan tempat untuk hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan kami,” kata Antonius, tegas namun dengan nada yang penuh peringatan.

Rudolf merasa ada sesuatu yang lebih dari kata-kata Antonius, namun ia hanya mengangguk pelan, menyadari bahwa keadaan memang genting. “Kami akan mengikuti saran Anda, Dokter. Terima kasih sekali lagi.”

Antonius menatap pria itu sebentar, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berjalan kembali ke dalam klinik. Suasana di luar masih dibasahi hujan yang tak kunjung reda, dan langkah Antonius mantap dan tenang, seolah tidak ada yang bisa mengganggu ketenangannya. Namun, pikirannya tetap terjaga—siapa sebenarnya mereka berdua? Dan kenapa Lucius begitu enggan pergi ke rumah sakit besar?

Dalam hatinya, Antonius hanya berharap, jika mereka memang akan tinggal lebih lama, mereka tidak membawa lebih banyak kerumitan ke dalam kehidupan tenang di desa kecil ini.

Tiga hari telah berlalu sejak Lucius dibawa ke klinik. Selama waktu itu, keheningan yang menghantui ruangan perawatan tidak dapat menutupi ketegangan yang dirasakan oleh mereka yang merawatnya. Antonius dan timnya terus memantau kondisi Lucius, dan meskipun stabil, masih ada rasa cemas yang menggantung—bahwa pendarahan di otaknya atau luka dalam lainnya bisa membawa komplikasi.

Namun pada hari itu, sesuatu yang sudah dinanti-nanti akhirnya terjadi. Lucius, yang sebelumnya terbaring tak sadarkan diri, akhirnya membuka matanya. Perlahan-lahan, matanya yang berat mulai bergerak, seolah-olah mencoba menyesuaikan diri dengan dunia yang penuh kabut setelah berhari-hari dalam keadaan tak sadar.

Rudolf, yang sejak pagi menunggu di samping tempat tidur Lucius, tampak lesu dan lelah. Tubuhnya terlihat semakin kurus, matanya yang merah dan lelah mencerminkan betapa beratnya hari-hari yang ia jalani selama tiga hari terakhir. Namun saat melihat Lucius perlahan membuka mata, ekspresi khawatir yang menghiasi wajahnya seketika berubah menjadi kegembiraan yang tak terbendung.

"Boss! Akhirnya kau sadar juga!" teriak Rudolf dengan suara yang hampir pecah, matanya bersinar dengan kebahagiaan. Tangannya yang kuat, yang sebelumnya terkulai lemah di sisi tempat tidur, kini terangkat, dan ia meraih tangan Lucius dengan penuh harapan. "Boss, kau benar - benar membuatku hampir mati karena cemas!" suara kegirangan itu keluar begitu saja, seolah-olah beban berat yang menekan dadanya akhirnya terangkat.

Lucius, meskipun masih sedikit linglung, memandang ke arah Rudolf dengan tatapan yang sayu. Ada kebingungan di matanya, tetapi ia segera merasakan kehangatan dari genggaman tangan Rudolf. Mulutnya yang kering mencoba untuk mengucapkan kata-kata, tetapi yang keluar hanya desahan lemah.

Rudolf menunduk lebih dekat, menunggu jawaban, berharap bisa mendengar suara bosnya itu. "Boss, kau masih lemah, jangan terlalu memaksakan diri," ucapnya dengan lembut, namun masih tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Lucius menatapnya, berusaha menggerakkan bibirnya. Dengan suara yang parau dan agak sulit, ia akhirnya berhasil berkata, "Rudolf... apa yang terjadi...?"

Rudolf tertawa lega, meskipun masih ada kekhawatiran di matanya. "Apa kau tidak ingat dengan apa yang terjadi? Kau terluka setelah bertarung dengan kelompok Gold Eagle"

Saat itu, Antonius muncul di pintu, mengenakan jas dokter yang sudah sedikit kusut setelah tiga hari bekerja tanpa henti. Dia menatap Lucius dengan mata yang penuh ketenangan, meskipun ada sedikit senyum di wajahnya. "Sepertinya kondisimu sudah cukup membaik, jangan banyak bergerak. Kalau tidak ingin lukamu terbuka" katanya dengan suara rendah, namun ada kehangatan di sana.

Lucius mencoba untuk duduk, meskipun tubuhnya terasa lemah dan sakit. Dengan bantuan Rudolf yang tangkas, ia perlahan mengangkat tubuhnya. "Terima kasih," ucapnya pelan kepada Antonius, matanya yang sedikit kabur tetap menunjukkan rasa terima kasih yang mendalam.

Antonius mengangguk, tidak berkata banyak, hanya memandang dengan tenang. "Aku akan meminta seseorang untuk membawa makanan untukmu, kau membutuhkan energi agar segera pulih" jawabnya.

Suasana klinik yang tenang malam itu terasa berbeda setelah Lucius terbangun. Hujan yang terus turun membuat ruangan terasa lebih sepi, seolah dunia di luar mengerti betapa seriusnya situasi di dalam. Rudolf duduk di samping tempat tidur Lucius, masih menatapnya dengan kekhawatiran yang belum sepenuhnya hilang. Namun, kini ada sesuatu yang lebih dalam dalam tatapan Lucius—sesuatu yang tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisiknya, tetapi juga dengan rahasia besar yang sedang ia simpan.

Setelah beberapa detik hening, Lucius akhirnya membuka mulutnya, suaranya parau namun tegas. "Rudolf... kita harus bersembunyi untuk sementara waktu di sini, sampai aku benar-benar sembuh," kata Lucius pelan, matanya yang lelah namun penuh ketegasan menatap sahabatnya itu.

Rudolf menoleh, wajahnya dipenuhi kebingungan. "Apa maksudmu, Boss? Kau harus segera kembali." jawabnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, Lucius menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi yang sangat serius.

"Tidak, Rudolf... situasi sekarang belum cukup aman," jawab Lucius, suaranya lebih keras sekarang. "Kau tahu alasan kenapa aku berada disini sekarang. Satu lagi, jangan sampai mereka tahu identitasku dan dirimu. Kita tidak bisa membahayakan mereka. Apalagi jika sampai mereka tahu keberadaanku disini" Lucius menatap Rudolf dengan tajam, seolah memaksa bawahannya itu untuk mengerti dengan sepenuhnya.

Rudolf terdiam, matanya menyiratkan kebingungan, namun juga kekhawatiran yang mendalam. "Aku mengerti boss"

Lucius menatapnya lebih dalam, matanya penuh dengan peringatan. "Mereka mungkin tidak tahu sekarang, tetapi kita tidak bisa mengambil risiko itu. Orang-orang disini adalah orang baik, mereka telah berbuat banyak untuk kita. Tapi jika orang-orang itu mengetahui siapa aku sebenarnya, akan berbahaya bagi mereka. Jadi aku harap kau bisa bersandiwara dengan baik." Lucius menelan ludahnya, merasa berat untuk mengatakan ini.

Rudolf mulai mengerti, meskipun ia merasa cemas. "Kau benar boss, baiklah aku akan bersandiwara dan berkata jika kita terluka karena berburu binatang buas di hutan..." ia berhenti sejenak, seperti menelan kata-kata itu dengan berat.

Lucius mengangguk perlahan. "Ya, kelompok Gold Eagle adalah kelompok yang sangat berbahaya. Jika mereka mengetahui aku di sini, atau lebih buruk lagi, jika mereka tahu aku sedang bersembunyi di tempat yang jauh dari dunia luar... mereka bisa datang ke sini. Mereka bisa menyakiti orang-orang ini, mereka bisa menghancurkan kehidupan mereka. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kita akan membalas mereka, akan aku pastikan itu."

Rudolf menghela napas panjang. "Kau tahu, Boss, apapun yang kau katakan aku pasti akan mengikutinya, yah paling nanti setelah kau kembali kau harus menerima banyak omelan dari tuan besar dan nona muda. Kau tahu, kalau mereka sekarang pasti sudah mengerahkan orang-orang untuk mencari kita."

"Mencari kalian?" seruan Luna di ujung pintu mengagetkan mereka berdua.

"Kalian bukan buronan berbahaya kan?" tanya Luna lagi.

Rudolf dan Lucius terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan Luna. Suara gadis itu penuh ketegasan, namun juga rasa ingin tahu yang sulit disembunyikan. Luna berdiri di ambang pintu ruang perawatan, matanya menyelidik, tampak ingin mengetahui lebih banyak.

"Kenapa kalian diam? Aku tanya, kalian bukan buronan kan?" pertanyaan itu terlontar begitu saja, dan seakan-akan mengguncang ketenangan yang baru saja tercipta setelah keadaan Lucius yang mulai membaik.

Rudolf, yang masih terkejut oleh pertanyaan mendalam itu, segera berusaha menenangkan situasi dengan menjawab cepat, "Tidak, tentu saja tidak... Kami... Kami adalah warga negara yang baik. Kami hanya terluka saat sedang berburu di hutan." Suaranya terdengar terburu-buru, berusaha terlihat normal.

Luna, meskipun sempat merasakan ketegangan di udara, tetap mempertahankan ketenangannya. "Kok bisa?" katanya pelan, matanya masih mengamati Lucius dengan saksama. “Memangnya apa yang kalian lakukan sampai terluka seperti itu? Seolah - olah habis bertarung dengan senjata tajam"

Rudolf, yang tidak ingin situasi ini berlarut-larut, mengangguk cepat. "Iya, begitu. Kami terlalu lama di hutan, dan... sesuatu terjadi. Untungnya, dokter Antonius yang dapat menyelamatkan kami." Walaupun jawabannya terdengar meyakinkan, ada sesuatu dalam caranya berbicara yang membuat Luna merasa ada yang disembunyikan.

Lucius, dengan pandangan yang kini lebih tajam, terus mengamati Luna. Ada rasa penasaran di dalam dirinya yang terbangun begitu saja. "Apakah ada yang salah?" tanya Lucius dengan nada halus, meskipun ada nada sedikit mengancam yang tak bisa disembunyikan di balik kata-katanya.

1
dheey
bagussss luna!!!
Ratna Fika Ajah
Luar biasa
Nurwana
mo tanya thor... emang umur Luna dan Lucius berapa???
Seraphine: Perbedaan usia 8 tahun
Jadi waktu Luna masih SMA dia 18 tahun.
dan si Lucius ini ngempet dulu buat deketin Luna sampai si Luna lulus jadi dokter dulu, karena bab2 awal dia masih abege 🤣✌️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!