Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertahanlah
Afriel mengumpat di dalam taksi online yang di pesan oleh Aliando untuk nya.
"Sial*n kalian semua, bisa-bisa nya meninggalkan aku sendiri"kesal Afriel. Afriel teringat tadi saat dia di pijat, beberapa karyawan memujinya, katanya dia sangat cocok dengan Tommy. Dari itu Afriel memilih paket kecantikan yang paling mahal rencananya dia akan mengajak Tom untuk menghadiri pesta ulang tahun Tante nya. Tapi kini dia malah di tinggal begitu saja oleh Tom dan parahnya lagi dia si suruh naik taksi.
"Maaf nona, anda mau turun di mana?" tanya sopir taksi. Afriel hendak menjawab tapi ponselnya berdering, dia mengambil ponselnya di tas.
"Ya ma,,"
"Hem,, Afriel akan segera kesana" jawab Afriel seraya mematikan telfon.
"Langsung ke hotel X" pinta Afriel pada sopir taksi. Sopir itu mengangguk lalu melajukan mobilnya menuju tempat yang di sebut Afriel. Alih-alih pergi bersama Tom dia malah pergi sendiri.
"Tom,,, kenapa kau berubah?" keluhnya dulu Tom selalu ada untuk nya, tapi dia tak pernah perduli pada Tom, disaat dia sudah memulai membuka hatinya tapi Tom seolah menjauhinya.
***
Yasmin sedang memindai bunga-bunga yang selesai di pindah oleh tukang kebun dari taman paviliun di pindah ke taman depan di dekat air mancur. Dia melihat mobil Tom memasuki pekarangan rumah. Di lihatnya Tom yang berjalan dengan langkah yang cepat hendak memasuki rumah.
"Tom, kamu sudah pulang, dimana Afriel?" tanya Yasmin menghampiri Tom. Tom tidak menjawab dia terus melangkah sampai dia melihat mamanya lagi membaca beberapa rekap dokumen perusahaan di ruang keluarga.
"Ma, aku harus kembali ke Ankara" ujar Tom pada mamanya. Mama menatap Tom dengan raut muka datar.
"Kenapa, bukannya kau baru 3 hari di sini" balas mama.
"Ada urusan penting disana" jawab Tom. Mama Elina kembali mengarah pada dokumen yang dia bawah.
"Setahuku Gio tak pernah ada problem saat mengatasi apa pun" ucap mama datar. Tom terdiam. Mama melirik Tom yang nampak menarik nafas panjang.
"Ma, apa mau mama, selama ini Tom selalu menuruti permintaan mama. Sekarang Tom ingin fokus pada bisnis yang ada di sana ma"
"Bagus kalau begitu" jawab santai mama.
"Aku ingin berangkat sekarang ma" ujar Tom. Mama nya hanya mengangguk. Tom melenggang pergi meninggalkan mamanya. Mama meletakkan dokumen yang ada di tangan nya ke meja. Bergegas dia mengambil ponsel yang ada di atas meja dan menghubungi seseorang.
"Bagaimana keadaannya?"
'Belum sadarkan diri nyonya'
"Lakukan yang terbaik, aku butuh dia"
'Baik nyonya'
##
"Menurutmu siapa orang yang membuat paman mu sampai meninggalkan Afriel begitu?" tanya Aliando pada Aslan saat mereka ada di kantor Aslan. Aslan terdiam sejenak, lalu kembali fokus pada layar laptop nya.
"Kau tahu kan dia sekarang sudah menjadi CEO besar di sana, pasti dia harus lebih ekstra waspada" alih Aslan.
"Hem, tapi sepertinya itu bukan masalah perusahaan tapi hati" Aliando mulai menilai terlihat dari raut wajah Tom yang begitu cemas dan gusar.
"Hati?" tanya Aslan. Aliando mengangguk.
"Sepertinya paman mu sedang ada perasaan pada wanita lain bukan Afriel"
"Hem, kenapa kau sok tahu" elak Aslan.
"Bukan sok tahu, tapi sangat tahu" pungkas Aliando.
"Bagaimana apa sudah kau siapkan jet nya?" lanjut Aliando bertanya.
"Hem, mungkin penerbangan nya malam ini"
"apakah kau akan datang ke undangan pesta ulang tahun CEO Central IT?" tanya Aliando.
"Tergantung, apa kata Khadijah" ujar Aslan.
"Setidaknya jika ada Khadijah maka Anita ada teman nya" timpal Aliando.
Drttt... Drttt.. Drttt..
Ponsel Aslan bergetar segera dia ambil dari saku jas nya. Di gesernya tombol warna hijau. Aliando hanya memerhatikan di seraya duduk di sofa yang ada di ruang kerja Aslan.
"Kenapa, semua sudah clear uncle tinggal berangkat"
'Terima kasih'
Aslan mematikan sambungan telfonnya.
Tom, kini mulai melangkah memasuki jet yang sudah stay menunggunya. Tidak ada yang dia pikirkan kecuali tentang Asiyah. Tom begitu resah sekaligus khawatir kata Gio operasinya sudah berhasil tapi Asiyah masih belum sadarkan diri. Butuh waktu kurang lebih lima belas jam baru sampai di Ankara. Di dalam pesawat Tom tak bisa tenang, entah apa dia mulai suka atau perasaan bersalah, yang intinya Tom ingin segera bertemu dengan Asiyah dia ingin berada di dekat Asiyah, kendati Asiyah tidak mempunyai siapa pun di dunia ini kecuali keluarga ammah yang masih sangat perduli dengan nya, tapi Tom tidak mungkin memberi tahu keluarga ammah karena kondisi yang tak memungkinkan.
"Aku mohon, bertahanlah Asiyah!" lirih nya memejamkan mata seraya berbaring di ranjang. Kebetulan jet pribadinya menyediakan kamar untuk istirahat.
##
Ankara
Gio menghela nafas berat seraya menaruh kembali ponselnya ke dalam saku jas mewah nya.
"Apa yang di bilang nyonya?" sarkas wanita paruh baya yang duduk di kursi tunggu yang ada di depannya.
"Melakukan hal yang terbaik untuk nona" balas Gio.
"Apakah nyonya yakin pada keputusan nya?" tanya wanita paruh baya itu lagi.
"Aku kira beliau sudah yakin" jawab Gio.
"Menurutmu apa tak kasihan pada nona Asiyah?" lirih wanita paruh baya itu menatap Gio.
"Seperti kita dulu, cinta akan datang seiringnya waktu" jawab Gio menatap dalam pada wanita paruh baya itu.
"Semoga saja"