NovelToon NovelToon
Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Healing / Cinta Lansia
Popularitas:67.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Bukan Emak-Emak Biasa

KDRT dan sederet teror, Mendung dapatkan setelah dirinya menolak rencana pernikahan Andika, suaminya. Andika akan menikahi Yanti, bosnya sendiri. Demi kehidupan enak, dia tega menjebloskan Pelangi—putri semata wayangnya dan Mendung, ke penjara.

Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.

Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—pria dari masa lalunya dan kini sangat sukses, datang. Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka, meski kini mereka sama-sama lansia.

Akan tetapi, selain Salman masih terikat pernikahan, penyakit kronis juga tengah menggerogoti kesehatannya. Masihkah Mendung bisa bahagia, bersama pria yang selalu meratukannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Tujuh

“Harusnya kamu mikir. Meski status Salman merupakan mantan istrimu yang nenek-nenek. Sekarang dia merupakan sumber daya alam kita. Salman ibarat pundi-pundi pendapatan keluarga kita!” Yanti tidak bisa untuk tidak emosi. “Andai tadi kamu enggak bertingkah, pasti kita enggak harus susah ngemis biar dapat kerja sama!”

“Kamu percaya, alasan Salman ke sini memang buat kerja sama dengan kamu?” sergah Andika tak kalah berteriak dari Yanti.

“Ya! Aku percaya. Memangnya kenapa? Bisa jadi, istrimu yang nenek-nenek yang memintanya! Karena istrimu itu belum bisa move on dari kamu!”

Kedua tangan Yanti segera mengeluarkan satu tas kosmetik dari ranselnya. Tanpa pikir panjang, ia yang tengah menegur sang suami habis-habisan, segera memakai rangkaian kosmetik miliknya yang memang masih baru.

Dampak kebakaran yang menimpa rumah pokoknya. Juga, diratakannya rumah pemberian Salman, oleh sang pembeli. Membuat Yanti sampai membeli stok kosmetik baru.

“Ini agak beda, ya. Aromanya cukup menyengat, terus di kulit juga galak. Pedih panas gini rasanya. Berarti efeknya keras, biar cepat putih mungkin!” lirih Yanti yang kemudian mengipasi wajahnya menggunakan kipas mungil berkarakter doraemon, dan ia ambil dari meja rias di hadapannya.

“Masa iya, mau ajak kerja sama, sampai bawa bahan masakan. Dia sendiri yang tadi bilang mau bikin masakan spesial buat jumat berkah. Terus, hubungannya dengan kerja sama, apa?” sergah Andika masih marah-marah.

“Apaan sih, Sayang. Berisik terus. Ini kipasin wajahku apa gimana, biar cepat netral reaksinya. Panas gatel gini, kamu justru berisik terus!” kesal Yanti dan langsung membuat Andika diam.

Andika mengambil alih kipas kecilnya dari tangan Yanti. Ia mengipasi Yanti yang terus mengeluh panas sekaligus gatal.

“Kalau panas, gatal, ya jangan dipake. Berarti enggak cocok,” ucap Andika.

“Ah, kamu ngerti apa, Mas soal kosmetik? Yang namanya kosmetik ya gini. Lagian masih pakai kosmetik yang biasanya. Bedanya, ini baru buka. Sementara kalau baru buka, biasanya khasiatnya makin terasa. Gatal, panas, biasanya karena langsung bekerja kosmetiknya. Biar kulitnya putih glowing! Lagi pula kalau aku makin cantik, kamu juga yang senang!”

Yanti memang tipikal orang yang sangat mementingkan kulit putih sekaligus glowing. Bagaimanapun prosesnya, termasuk yang sangat menyakitkan sekalipun. Yanti akan menjalaninya, asal hasilnya ada. Mau yang berharga mahal, atau sebaliknya.

“K–kok ... kok gatel banget, ya?” keluh Yanti merasa makin tidak nyaman saja.

“Tadi bilangnya itu efek kosmetiknya bekerja. Apalagi masih baru,” ucap Andika, mengingatkan sekaligus ngeyel. Hingga yang ada, Yanti merasa tersinggung.

“Kalau enggak tahu, sudah enggak usah komentar!” sengit Yanti.

Di tengah kenyataannya yang sedang bingung, panik, dan juga merasakan sakit akibat reaksi kosmetik dan dirasa-rasa berbeda dari biasa, Yanti memang makin emosi. Itu sebabnya, Yanti wanti-wanti agar Andika tidak berisik. Yanti meminta Andika diam. Meski ketika Andika benar-benar Diam, bagi Yanti Andika tetap salah.

Makin lama, reaksi kosmetik Yanti makin tidak jelas. Gatal dan panas, membuat Yanti jadi emosional. Andika yang paling apes karena terus menjadi bahan luapan emosinya.

“Ayo ke dokter kalau gitu. Besok kan kita wajib datang ke kantor polisi, jadi besok kita enggak mungkin fokus ke hal lain. Jangan langsung dipenjara saja untung.”

“Ah, berisik kamu Mas! Enggak tahu apa, rasanya tersiksa banget. Nah lihat ... ini malah jadi bentol!”

“Nah, kan! Makin terbukti kalau itu kosmetik abal-abal!”

“Kosmetik abal-abal apa, itu kosmetik mahal, Mas! Karena itu juga, aku jadi glowing gini!”

“Ya sudah, mending sekarang kita ke dokter, biar ada solusinya. Biar kamu juga enggak berisik.”

“Gimana enggak berisik kalau rasanya enggak karuan banget? Lihat ... nih aku sampai merinding saking enggak enaknya!”

“Ya sudah ... ya sudah. Aku salah. Sudah ayo siap-siap ke dokter.”

“Bentar kalau gitu. Aku cuci wajah dulu, habis itu pakai lagi—”

“Ngapain pakai lagi, kalau yang sekarang saja, bikin wajahmu mirip jalan di RT sebelah rumah Mendung?!”

Meninggalkan kehebohan yang membuat Andika dan Yanti ribut, Mendung juga tak hentinya garuk-garuk.

“Pergilah berobat ke rumah sakit, Mas. Apa kata orang kalau lihat kondisi kamu,” ucap Mendung.

“Kaki kirimu kenapa, sih?” heran Salman masih kerap meringis.

Wajah Salman memang babak belur. Belum bagian tubuh yang lain karena Salman sempat Andika banting. Namun lagi-lagi, tahta tertinggi dalam kehidupan seorang Salman masih tetap ditempati Mendung.

Sekitar setengah jam kemudian, Salman membawa Mendung ke sebuah klinik. Mereka tak perlu antri, dan langsung disambut oleh satpam yang bertugas.

Seperti biasa, Salman kembali melakukan penyamaran. Topi, masker, dan kacamata hitam, menjadi andalan pria kurus itu.

“Lihat, Mir. Hasil racikanmu ini!” kecam Salman berucap dengan suara lirih.

Salman sengaja jongkok kemudian menunjukkan punggung kaki kiri Mendung yang sudah ruam parah. Tubuh khususnya kedua tangan Mendung, sudah sampai gemetaran karena menahan rasa gatal yang sangat kuat.

Dokter Amir dan kiranya berusia di pertengahan tiga puluhan itu, melepas kacamata beningnya. Ia sudah jongkok di sebelah Salman dan turut memperhatikan punggung kiri Mendung.

“Memang sekeras ini Om, dampaknya. Makanya aku sudah wanti-wanti, kan. Agar—”

Salman tahu, Amir belum selesai bicara, tetapi ia sengaja memotongnya. Meminta anak dari sahabatnya itu mengobati luka Mendung secepatnya.

“Cepat, Mir! Ruamnya mirip matang gitu. Sampai gemetaran nahan gatal!” sergah Salman makin gelisah saja. Ia meraih kedua tangan Mendung kemudian menggenggamnya erat.

“Berbaring dulu di ranjang pemeriksaan. Aku kasih antibiotik suntik sama beberapa obat. Untuk sementara, Ibu Mendung juga dirawat di sini dulu. Biar aku bisa pantau ya, Om,” ucap dokter Amir yang segera bersiap mengambil beberapa keperluan penanganan dari etalase tak jauh dari meja kerjanya.

“Ya sudah terserah kamu! Yang penting obati. Andai pun enggak bisa langsung sembuh, yang penting sudah dapat penanganan tepat!” sergah Salman buru-buru membopong Mendung tanpa permisi apalagi izin.

“Aarggghhh!” Salman tak kuat melakukannya. Punggung dan pinggangnya sangat sakit. Sampai ada bunyi “pleketuk” dari punggungnya.

“Mas kan memang lagi sakit,” ucap Mendung khawatir.

Mendung sengaja bertukar posisi dengan Salman. Ia berdiri, kemudian membuat Salman duduk di tempat duduk bekasnya.

Lain dengan Mendung yang sampai memijat punggung Salman. Amir justru terpingkal-pingkal menertawakannya.

“Faktor usia itu, Om. Faktor usia!” seru Amir sengaja mengejek.

“Bandi t emang kamu Mir!” lirih Salman. Sekadar napas saja, ia kembali susah. Napasnya kembali sesak.

“Aku kasih tahu yang bener, Om enggak dengar. Mulai hidup sehat. Stop rokok, fokus bahagia. Itu resep kita menikmati hidup, dan juga awet muda!” lanjut Amir yang kemudian meminta Mendung untuk berbaring. Ia akan memasang infus pada Mendung kemudian melakukan penanganan yang diperlukan.

***

(Ramaikan ya ❤️❤️❤️❤️)

1
Neneng Liauw
ahhh s Koneng pintar memanfaatkan situasi 🤣🤣
Dedeh
ternyata ini akun baru ya semoga lancar update nya
Dedeh
semoga Kaka outhor mau up lagi cerita nya 🥰
Mira Hastati
bagus
Heni Maryanti
bolak balik ngecek gak ada kelanjutannya
aca
kok g up
aca
salah sendiri merokok terus
aca
males klo ma ester mending ma pelangi
aca
kok jd inget ojan sang pemuja janda ya/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/ aduh maaf Thor
aca
jangan bertele-tele Thor bkin sedihnya jd anjlok mood buat bacanya klo menderita terus
Heni Maryanti
bagus, mengisnpirasi
Dcy Sukma
Luar biasa
Ira mamaya
kok tiba2 dr. andri 🤔
Wiwik Retno Eni
bagus
Wiwik Retno Eni
bagaimana td jujur dengan masa lalu
🥀HartiQueenn_Dee🥀
ya allah kasihan banget pelangi akibat kelakuan bapaknya sampai mentalnya kena,,,,,
🥀HartiQueenn_Dee🥀
kenapa yanti selamat thor setidaknya kena luka bakar atau cacat
🥀HartiQueenn_Dee🥀
maaf kak ros aku baru mampir,,ketinggalan jauh nih harus maraton bacanya
Anna Nurhasanah
eh,beneran gak dilanjut ya Thor? ya udh,smg othornya sabar,ikhlas,biar sehat selalu
@alfaton🤴
semoga Salman mendung pelangi......semua sehat bisa kembali bersatu..... Mendung dengan Salman..... Pelangi dengan dokter Amir.......dan si koneng yang mungkin suruhannya Salman bisa dengan Talita ....mereka semua kan bahagia 🤩🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!