NovelToon NovelToon
Perjalanan Cerita Cinta Kita

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam pengganti
Popularitas:650
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.

Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.

Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.

Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.

Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutang

   

    Flashback on.

 Saat ini, Kenan masih kesal mengetahui Bella berbicara dengan lelaki lain. Tetapi dia tiba-tiba mendapatkan tamu yang tidak diinginkan datang ke ruang kerjanya.

    "Tuan muda, saya harap kehadiran kami di sini tidak menganggu." Kata Adam  Alferd saat memasuki ruang kerja Kenan bersama dengan putrinya, Sofia Vergara Alferd dibelakangnya.

    Kenan mengernyitkan dahinya. Dia melayangkan tatapan tajamnya kearah Farel yang menggelengkan kepalanya seakan mengatakan bahwa dia tidak mengizinkan ayah dan anak itu masuk keruangan nya. "Kalian tentu saja mengganggu waktu saya, karena saya sedang tidak menerima kunjungan tanpa membuat janji bertemu." Kata Kenan ketika menoleh kearah mereka berdua.

    Adam menertawakan perkataan Kenan dan langsung duduk bersama dengan putrinya, di bagian ruang tamu tak jauh dari meja kerja Kenan. "Pertemuan ini tidak akan memakan waktu yang lama. Ada sesuatu yang ingin saya diskusikan bersama dengan anda." Adam menatap Kenan dan kembali buka suara. "Sudah berapa lama kita tidak bertemu—"

    "Hanya beberapa minggu. Anda selalu menghadiri rapat anggota dewan. Dan sekarang apa alasan anda datang ke sini?." Tanya Kenan. Perasaan jengkel muncul dalam dirinya saat melihat Sofia sedang memberinya tatapan tajam.

    Entah menyapa, tetapi Kenan tidak menyukai kunjungan dari ayah dan anak itu. Dan ini juga adalah pertama kalinya mereka datang pada nya secara bersamaan.

    "Apakah anda tidak ingin menyajikan secangkir kopi untuk saya?." Tanya Adam, melihat sekeliling tempat kerja Kenan dan mengangguk-angguk. "Tempat ini cocok untuk anda. Saya senang sudah memilih anda saat itu. Padahal saat itu para pemegang saham menentang anda mengambil alih jabatan sampai akhirnya saya harus ikut turun tangan."

    Rahang Kenan terkantup rapat mendengar kata-kata itu.

    Apakah Adam ada disini untuk mengingatkan dirinya tentang bagaimana dia dulu membantunya mengambil alih jabatan CEO enam tahun yang lalu?.

   Kenan mengalami beberapa kesulitan dalam mengambil alih jabatan CEO dari Ayahnya. Meskipun dia telah memenuhi syarat, tetapi anggota dewan yang lainnya tidak ingin seseorang yang bukan benar-benar anak kandung keluarga Narendra mengambil alih perusahaan. Mereka mengetahui bahwa Kenan adalah anak adopsi dan mereka juga menolaknya menjadi CEO. Mereka justru mempertanyakan apa yang Malvin pikirkan dengan menjadi orang luar sebagai pewarisnya.

    Sementara itu, Adam Alferd adalah investor terbesar saat itu dan dia juga memiliki pengaruh yang lebih besar. Saat dia memberikan dukungannya pada Kenan, anggota dewan yang tidak setuju pun mau tidak mau akhirnya menyetujui pengangkatan Kenan sebagai CEO.

    Kenan menghela napas, dia beranjak dari tempat duduknya dan menoleh kearah Farel. "Siapkan kopi untuk Tuan Adam dan putrinya." Perintahnya, lalu berjalan menuju Sofa single dan duduk disana. "Apa yang bisa saya bantu?."

    Adam tersenyum. "Sebentar, kami juga sedang menunggu seseorang. Dan saya akan memberitahu anda ketika dia sudah datang."

    Kenan mengernyitkan dahinya, dia nampak kebingungan. Tetapi kebingungannya itu segera terjawab ketika Bella tiba-tiba masuk kedalam ruang kerjanya. Dan dia juga terlihat kebingungan dengan situasi saat ini.

     Lebih parahnya lagi, Sofia hanya melontarkan permintaan konyol pada Bella.

    ""Bella, aku ingin kamu membuatkan perjanjian pranikah untuk aku dan Kenan sebelum kami menikah."

    Flashback off.

    Kenan menoleh, menatap Bella. Dan raut wajahnya terlihat marah. "Apa-apaan ini?."

    Sebelum Sofia sempat menjawab pertanyaan Kenan. Bella telah lebih dulu buka suara. "Saya minta maaf. Tapi saya akan menolaknya karena membuat dokumen pernikahan bukan keahlian saya. Saya menyarankan agar kalian mencari pengacara dari sebuah firma hukum. Saya berharap pernikahan anda dengan Tuan muda selalu bahagia."

    Kenan menoleh kearah Bella dan jantungnya berdegup kencang melihat wajah Bella yang tanpa ekspresi sedikit pun. Apa yang dia dia dapatkan saat ini, seolah-olah tidak mengganggunya.

    'Apa Bella benar-benar tidak perduli denganku lagi?.' Batin Kenan. 'Bagaimana bisa dia memiliki harapan seperti itu? Apa itu mudah baginya? Apa dia benar-benar baik saja kalau aku menikah dengan orang lain?.'

    Setelah berpamitan, Bella pun langsung keluar dari ruangan Kenan dan Kenan tanpa ragu-ragu mengikutinya.

    "Kenan!." Panggil Sofia, tetapi kenapa mengabaikan nya.

    Lelaki itu justru mengejar Bella di lorong. Kemudian dia segera meraih tangan Bella, tetapi Bella menepis tangan Kenan dengan kasar, berbalik badan hanya untuk memberikan pukulannya yang mematikan.

    "Ada apa? Bukankah seharusnya kamu bersama dengan calon istri mu?." Bentak Bella.

    "Ini bukan seperti apa yang kamu pikirkan—"

    "Bukan seperti apa yang aku pikirkan? Iya, tapi itu yang aku lihat. Kamu punya keberanian dan mengaku kalau kamu menginginkan aku kembali, padahal kamu sudah bertunangan dengan wanita itu." Tatapan matanya yang tajam menatap kearah Kenan.

    Dada Kenan terasa sesak. Dia menatap mata Bella dan mencoba menjelaskan. "Sekarang belum waktunya. Tapi aku bersumpah, tidak ada yang terjadi diantara aku dan di—"

    "Ya benar." Ejek Bella. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang arah pandangnya. "Hanya orang bodoh yang akan mempercayai mu."

    Kenan belum pernah melihat Bella semarah ini sejak dia kembali. Bella memang selalu bersikap dingin padanya, tetapi tidak separah ini. Apakah dia...?

    Kenan tiba-tiba menyeringai sembari menatap Bella. Tatapan matanya berubah menjadi lembut. "Apa kamu cemburu, sayang?."

    Mata Bella membelalakkan. "Aku? Cemburu? Dalam mimpimu!." Bella berbalik dan bergegas pergi.

    Sementara itu, Kenan diam dan memperhatikan Bella. Bibir melengkung membentuk sebuah senyuman, secercah harapan menyala dihatinya. 'Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, Bella.'

    Kenan kembali ke ruang kerjanya, sementara itu suasana disekitar Kenan terasa mengancam saat dia Adam dan putrinya. "Apa ini rencana kalian? Itu sebabnya kamu memanggil Bella ke ruanganku?." Tanya Kenan pada Sofia.

    Adam menggeser posisi duduknya. Dia menelan ludahnya dan menoleh kearah putrinya yang terlihat kebingungan. "Begini, Tuan muda. Kami sama sekali tidak mengerti dengan apa yang anda maksudkan. Tapi, saya datang kesini untuk mengajukan pertanyaan dan saya harap anda dapat memberi saya bantuan ini. Anda telah berhutang budi pada saya atas bantuan yang saya berikan kepada anda."

    Kenan menyipitkan matanya, menatap pria paruh baya itu. Dan Kenan tidak suka kemana dia membawa arah pembicaraan mereka.

    "Apa permintaan anda, Tuan Adam?."

    Adam dan Sofia saling berbagi pandangan. Mereka tampak menyetujui sesuatu dan dan kemudian Adam kembali mengalihkan pandangannya kearah Kenan..

    "Sudah enam tahun lamanya Sofia selalu berada disisi anda. Semua orang mengira jika dia adalah kekasih anda dan tidak ada seorang lelaki pun yang datang untuk melamarnya karena mereka takut menyinggung perasaan anda—"

    "Putri anda yang selalu mengikuti saya tanpa diminta. Apakah anda menyalahkan saya karena tidak ada yang melamarnya?." Tanya Kenan mengangkat sebelah alisnya keatas.

    Adam menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya tidak menyalahkan anda. Tapi, dia menyia-nyiakan sebagian besar masa mudanya untuk mencintai anda. Jadi, saya ingin anda menikahi putri saya."

    "Apa kau mencoba memaksaku?." Kenan menyipitkan matanya kearah Adam, dia tidak lagi menaruh hormat pada pria paruh baya itu.

    Adam menelan salivanya. Butiran keringat mengucur di dahinya saat melihat tatapan mengancam yang diberikan oleh Kenan padanya. Dia memang sudah tua, tetapi Kenan dibesarkan oleh orang yang paling berkuasa. Auranya sama seperti Ayahnya, Malvin Kevlar Narendra. Pria dominan, dingin dan kejam.

    "Bu-bukan begitu, saya—"

    "Bagus. Karena jawabanku adalah tidak." Kenan langsung menolak dan membuat Sofia terkesiap.

    "Anda berhutang budi pada saya, Kenan. Saya telah membantu and—"

    "Aku memang berhutang budi." Kata Kenan mengakuinya. "Dan aku akan membalas bantuanmu. Apa yang kau butuhkan? Kendali penuh atas sebuah proyek? Anak dari perusahaan? Aku bisa memberimu apa pun selain menikahi putrimu. Karena aku sudah memiliki wanita yang ingin aku nikahi."

    Wajah Adam tertekuk Karena marah. Dia mengarahkan jarinya kearah Kenan. Cepat tarik kata-kata anda tadi!."

    "Aku tidak pernah setuju untuk menikahi putri mu, Tuan Adam Alferd. Dia sendiri yang selalu mengikutiku kemana-mana dan bahkan ketika dia menjebak wanitaku, aku tidak langsung menghukumnya. Itu seharusnya cukup untuk membayar kembali hutangnya." Kata Kenan. "Jangan membicarakan hal ini lagi. Aku tidak pernah mencintai putrimu dan sampai kapanpun tidak akan pernah mencintainya."

    **

    Sementara itu, Bella berusaha menahan amarahnya sesampainya di ruang kerjanya. Dia tidak percaya jika Kenan memanggilnya untuk memamerkan hubungan mereka dihadapannya.

    'Dia pembohong! Tapi kenapa aku tetap berfikir kalau Kenan ada orang yang sama seperti yang dulu aku kenal?.' Batin Bella. Wanita beberapa kali mengatur napasnya dan mencoba menenangkan diri.

    Dan yang paling penting, Bella tidak menyangka Kenan akan mengizinkan Sofia  yang meminta padanya untuk dibuatkan dokumen pernikahan mereka. Apa dia sengaja?.

    Rasa sakit melanda hatinya dan kebencian yang besar semakin membesar dalam dirinya. Kenan masih kejam seperti dulu saat memutuskan hubungan mereka. Lelaki itu pantas mendapatkan apa pun yang Bella rencanakan untuknya.

    

    Bella tengah berjalan kesana kemari didalam ruang kerjanya dengan hatinya yang tidak tenang. Ada rasa sakit yang tidak bisa ia mengerti. Mengapa rasanya masih menyakitkan ketika melihat Kenan bersama dengan Sofia?.

    Dering dari ponselnya, menyadarkan Bella dari lamunannya. Dia merogoh ponselnya dari dalam saku jas dan melihat ke arah layar, membaca nama kontak si penelepon dan langsung segera menjawab panggilan tersebut.

    "Galvin, aku minta maaf soal tadi." Kata Bella merasa bersalah karena dia lupa menelpon Galvin kembali setelah Kenan tiba-tiba merebut ponselnya dan mematikan sambungan telepon mereka.

    "Apa kamu baik-baik saja? Panggilannya terputus tadi, jadi aku pikir jaringannya buruk." Terdengar sebuah suara yang berat menggema speaker ponsel. "Aku menganggumu atau tidak karena aku menelpon mu lagi. Karena kita belum menyelesaikan pembicaraan kita yang sebelumnya."

    Galvin adalah teman online Bella. Awal mereka berkenalan adalah dari salah satu aplikasi kencan online karena Nita diam-diam mendownload aplikasi tersebut dan mendaftarkan akun atas nama Bella di ponselnya. Awalnya, Bella tidak tertarik  untuk berkencan karena dia telah bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi. Tetapi, Nita menyakinkannya bahwa dia tidak harus jatuh cinta untuk berkencan dengan siapa pun.

    Mereka hanya bersenang-senang dan berkencan beberapa kali. Dan dibalik itu, ada sesuatu yang terasa menganggu dibenak Bella. Jika dia bisa menemukan sosok ayah yang pantas untuk Stevia, berkencan dan mencari orang yang tepat tidaklah buruk. Tetapi Bella tidak akan lagi jatuh cinta seperti orang bodoh.

    Butuh waktu beberapa hari baginya untuk mendapatkan kecocokan. Ini karena aturan ketat dari dirinya yang dia terapkan untuk pria yang mendekatinya.

    Tetapi nampak hanya Galvin yang tidak keberatan dan meminta agar mereka memulai saling mengenal antara satu sama lain. Mereka sering mengobrol dan bertukar pesan. Tetapi mereka belum pernah bertemu karena Galvin berasal dari Brentwood, sementara Bella juga baru saja pindah lagi dan menata pekerjaannya terlebih dahulu.

    "Jadi, maksudmu?." Suara Galvin kembali terdengar.

    "Hmm... kita bisa bertemu untuk meminum kopi bersama atau yang lainnya, tapi aku perlu memeriksa jadwal ku dan aku akan segera menghubungi mu." Balas Bella.

    "Sebenarnya ada sebuah pesta yang akan diselenggarakan oleh sebuah organisasi amal dan aku ingin kamu ikut. Bagaimana menurutmu?."

    Bella menggigit bibir bawahnya. "Kalau begitu, aku setuju."

    *Baiklah, aku sangat tidak sabar untuk bertemu denganmu. Aku yakin kamu akan sangat cantik ketika dilihat secara langsung."

    Bella tersipu malu. "Terimakasih, hm... kita lanjutkan nanti. Aku perlu kembali bekerja."

    Setelah Bella memutuskan panggilan mereka, suasana hatinya terasa sedikit lebih tenang. Sejauh ini Galvin sangat pandai menggodanya dan meskipun dia tidak membalas perasaan lelaki itu, Galvin mampu membuatnya merasa lebih baik.

    Bella mengecek aplikasi pesannya dan menyadari jika putrinya telah mengirimkan sebuah pesan padanya. Dan Bella hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika dia telah membacanya.

    Stevia: [Mommy!! Apa hari ini Mommy melihat paman baik itu? Apa dia setuju untuk menikah dengan Mommy?]

    Stevia: [Mommy.... aku bosan. Apa aku boleh datang ke tempat kerja Mommy?]

    Stevia: [Mommy, aku ingin paman baik itu yang menjadi Daddy baruku. Dia baik, tampan dan kaya raya]

    Menurut Bella, Stevia terlalu pintar untuk anak seusianya. Terkadang Bella bertanya pada dirinya sendiri, apakah yang terjadi pada Stevia itu baik?. Putrinya itu tidak bisa berhenti membicarakan Kenan setelah mereka bertemu.

    Stevia bertanya tentang Kenan setiap kali Bella pulang dari kantor. Dan hal itu membuat Bella berpikir jika mungkin Stevia merasakan adanya hubungan dengan Kenan. Stevia telah bertemu dengan lelaki lain sebelum Kenan yang juga pernah bekerja sama dengan Bella. Tetapi Stevia tidak tertarik pada mereka kecuali Kenan.

    Mungkinkah karena mereka adalah ayah dan anak? Bayangan ketika Kenan dan Stevia berinteraksi terlintas di benak Bella. Memang benar, Kenan sangat perhatian pada Stevia. Mungkin mereka secara tidak sadar bisa merasakan ada ikatan diantara mereka.

    Bella mengetik layar keyboard untuk membalas pesan dari putrinya itu.

    [Jangan nakal selama bersama dengan bibi Nita! Mommy akan segera pulang]

    Bella tahu jika Nita yang membantu Stevia untuk mengetik semua pesan itu. Untuk beberapa alasan, putri dan sahabatnya itu terkadang bermain sebagai mak comblang. Tetapi tetap saja, Bella tidak membutuhkan lelaki manapun untuknya. Apa lagi lelaki yang sudah menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.

    "Aku berharap sekolah segera dibuka agar kenakalan anak ini cepat berakhir." Kata Bella pada dirinya sendiri. Dan tersenyum melihat kenakalan putrinya ini.

    Bella belum mendaftarkan Stevia ke sekolah karena anak-anak sekolah sedang berlibur. Namun, ada sekolah bergengsi yang diincarnya. Itu adalah sekolah milik keluarga Narendra, tetapi Bella tidak bisa mengkompromikan pendidikan putrinya, meskipun dirinya membenci keluarga Narendra. Mereka tidak akan dapat mengenali Stevia karena putrinya itu sama sekali tidak mirip dengan Kenan.

    Kembali ke pekerjaannya. Bella sangat ingin menemukan bukti yang dapat memberatkan keluarga Narendra. Dia belum di beri akses untuk mengetahui file-file lama. Jadi, Bella belum bisa menemukan apa pun tentang ayahnya.

    Bagaimana pun juga, Bella telah bertekad. Dia akan segera membuktikan bahwa ayahnya tidak bersalah dan mengirim Malvin Kevlar Narendra ke penjara, dimana itu adalah tempat yang seharusnya pria paruh baya itu tempati.

1
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Asyik banget, thor! Makin sering update dong.
Jayrbr
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!