Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6 Jahil
Cinta adalah sebuah kata yang memiliki banyak rasa. Rasa yang tak bisa dijelaskan melalui lisan, tapi melalui hati.
“Kayra, lo mau nggak jadi pacar gue, gue sayang sama lo.”
“Iyah, aku mau.”
Pernyataan Vero pada malam pensi itu membuat dua sejoli itu kini menjadi pasangan remaja pada malam itu juga.
Ungkapan Vero malam itu tak akan pernah Kayra lupakan, karena untuk pertama kalinya ada seseorang yang berani mengungkapkan cinta pada wanita pemilik jepitan kupu-kupu itu.
“Selamat pagi pacar aku!” Vero sudah memarkirkan motornya di depan rumah Kayra sejak lima belas menit yang lalu.
“Pagi juga!” Kayra memberikan senyuman pagi.
“Masya Allah senyum kamu itu bikin aku semangat aja,” kata Vero.
Dengan teliti, Vero memasangkan helm itu di kepala Kayra, tangannya juga merapikan beberapa helai rambut gadis itu yang berantakan.
“Udah siap?” Vero memastikan Kayra sudah benar-benar nyaman di posisi duduknya.
“Iya udah.”
Lalu Vero menarik kedua tangan Kayra untuk memeluk perutnya. Kayra hanya tersenyum mengiyakan.
Keromantisan mereka berdua ternyata diperhatikan oleh Mama Nisa di jendela sendari tadi. Kayra sudah memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia sudah berpacaran, namun mereka tidak tahu siapa lelaki yang di pacari anaknya itu.
“Kok pacarnya Kayra, kayak nggak asing gitu ya kaya pernah liat, tapi dimana?” Mama Nisa berusaha mengingat.
Padahal memang benar, mereka sudah pernah bertemu Vero pada saat pernikahan Naya dan Naufal, namun saja wajah Vero tidak terlalu di notif hanya saja sekilas melihat.
**
Sejak sedari tadi, Naya hanya termenung di kamar, aktivitasnya sendiri tadi hanya makan, nonton, tidur, dan bermain handphone di kamar. Setiap dirinya ingin membantu Bibi di dapur, Oma selalu melarangnya untuk membantu, dia harus berdiam diri seperti ratu dan jika ingin meminta sesuatu hanya bisa memanggil tanpa bergerak.
“Gue kaya kambing ngurung aja di kamar. Gabut banget sumpah, ngapain ya.” Naya memandar-mandir sembari tangannya memainkan gagang permen yang tengah di emutnya.
Tiba-tiba sebuah ide terlihat di otaknya. Naya mengambil kotak kado yang ia simpan di lemari, lalu membukanya. Foto-foto para aktor dan artis kpop itu mengisi kotak kado itu, bukan hanya foto-foto para aktor dan penyanyi korea, Naya juga menyimpan poster idolanya dan berniat memasangnya.
Kini Naya tengah menempelkan foto-foto mereka di dinding kamar. Buka hanya satu atau dua namun banyak sekali foto itu Naya pasang. Bahkan foto Naufal yang terpasang di depan cermin pun ia ganti dengan foto Taehyung.
“Ini jelek, nah kalau ini kan ganteng.”
Naya melihat kamar dia bersama Naufal, nampak seperti kamarnya waktu di rumah dulu. Setiap sudut dinding ia pasang foto idol K-Pop. Tak peduli bagaimana reaksi Naufal saat pulang melihat kamar dengan suasana berbeda.
“Gini kan berasa di kamar sendiri.” Naya merebahkan tubuhnya di kasur sembari memeluk bantal dengan foto Jungkook.
**
Pukul 21.00 wib
Naufal baru saja pulang dari rumah sakit. Saat dirinya membuka pintu kamar, wajah lelahnya tadi seketika berubah menjadi wajah terkejut juga kesal.
Naufal melihat dari sudut kanan dan kiri dinding kamarnya terpasang foto-foto idol K-Pop. Kekesalan semakin memuncak ketika melihat foto dirinya di ganti dengan foto idol K-Pop.
“Naya!” teriak Naufal.
Naya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat tak terjadi apa-apa, seperti tak ada kesalahan yang ia buat.
“Kenapa sih teriak-teriak?” tanya Naya sibuk mengeringkan rambut dengan hair dryer.
“Lo apa-apa sih, liat kenapa foto gue di ganti sama foto cowok Korea?” protes Naufal menunjukan letak foto-fotonya yang di ganti dengan foto mereka.
“Ya biarin aja sih, kan mereka ganteng,” jawab Naya enteng.
“Tadi tuh gue liat-liat kayaknya muka lo itu nggak cocok di pasang di dinding, jadi gue ganti sama foto pacar-pacar gue,” jelas Naya duduk di kursi rias sembari mengenakan masker wajah.
Terlihat helaan nafas panjang dari lelaki itu, ia hanya bisa mengelus dadanya. Naya tersenyum melihat ekspresi Naufal yang terlihat begitu kesal, rencananya berhasil membuat Naufal kesal.
“Awas aja ya lo!”
Naya tertawa meledek dan melanjutkan bermasker. Kemudian Naufal beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri.
Selang beberapa menit, Naufal keluar dengan handuk melingkar di pinggangnya, ia telanjang dada. Lalu dirinya mendekati Naya yang sedang asyik bermain games di.
Naya baru menyadari keberadaan Naufal di depannya, terkejut hingga handphone nya terjatuh di lantai. Buka terkejut karena Naufal di hadapannya, namun terkejut Naufal bertelanjang dada, tatapan tajam itu membuat Naya mematung seakan tak bisa apa-apa. Langkah kaki Naufal semakin mendekat, Naya terkejut apa yang di lakukan Naufal sudah di luar dugaannya.
Saat Naufal ingin mendekati wajahnya, Naya mendorong tubuh Naufal dan menjauh darinya. Dorongan Naya itu tak akan mampu membuat Naufal terjatuh, Naufal kembali mendekati Naya dengan tatapan yang masih tertuju pada gadis itu. Langkahnya mundur perlahan saat Naufal semakin mendekatinya, hingga langkahnya sudah mentok di dinding. Kini jarak mereka semakin dekat.
Naufal mengunci pergerakan dengan kedua tangannya ia letakan di dinding.
“Mau ngapain lo?” tanya Naya, dirinya benar-benar takut, jantungnya berdebar tak karuan.
“Mau menerkam lo.” sikap Naufal layaknya seperti serigala yang sudah siap menerkam mangsanya.
“Awas ya, kalau lo macem-macem, gue laporin lo ke polisi!" ancam Naya.
Naufal mengangguk-angguk tak kuasa menahan tawa, ucapan itu begitu konyol. Mana mungkin seorang istri melaporkan suaminya karena ingin menyentuh istrinya.
“Emang ada ya, seorang suami di laporin ke polisi atas dugaan ingin menyentuh istrinya,” ledek Naufal.
Naya tak bisa menjawab, dirinya masih saja lupa kalau mereka sudah menikah.
Dengan wajah yang begitu pasrah dan Naufal mulai mendekat, Naya memejamkan matanya berharap Naufal tidak melakukan apa-apa.
“Hahahahaha ...!”
Naya mengerutkan keningnya, Naufal tiba-tiba tertawa tak jelas.
“Hahaha … lo kalau lagi panik lucu juga ya,” ledek Naufal tertawa puas.
“Ihh, nyebelin banget sih!” Naya mencubit lengan tangan Naufal.
Naya membuang nafas lega untungnya itu semua tidak terjadi, Naufal hanya ingin mengerjainya.
“Kenapa, lo mau gue cium beneran?” goda Naufal.
“Jangan harap,” sahut Naya.
**
Pacarnya Kayra (Alvero)
Kamu udah makan belum?
Pacarnya Vero (Kayra)
Belum, mama sama papa lagi pergi.
Pacarnya Kayra.
Aku pesen makanan ya buat kamu, aku nggak mau liat kamu telat makan nanti maag kamu kambuh.
Pacarnya Vero.
Makasih, kamu perhatian banget sih, makin sayang 🥰
Pacarnya Kayra.
Emangnya dulu-dulu nggak sayang?
Pacarnya Vero.
Sayang, tapi sayangnya meningkat jadi 100 %.
Dan benar saja, tak berselang lama makanan itu sampai di rumah Kayra, ayam geprek dan minuman matcha kesukaan Kayra.
**
Pagi hari yang cerah, matahari tersenyum dengan sinarnya. Begitu juga dengan Naya, dengan suasana pagi senyuman manis terukir di bibirnya. Sebab dirinya akan pergi ke butik milik mama Nisa. Setelah lulus kuliah satu bulan lalu, mama Nisa meminta Naya untuk mengelola butiknya karena sebelum Naya lulus, mama Nisa sudah membicarakan ini dengan Naya dan Naya pun menyetujui dengan senang hati.
Naya pergi dengan Naufal menggunakan motor, jarak arah ruang sakit dan butik pun tak jauh, jadi Naufal bisa menghantar Naya lebih dulu.
Sesampainya mereka disana, mereka sudah disambut oleh Mama Nisa di depan butik.
“Assalamualaikum, Ma.”
“Waalaikumussalam.”
Keduanya mencium punggung tangan Mama Nisa.
“Apa kabar, Ma?” tanya Naya.
“Kabar Mama baik, kalian gimana kabarnya?”
“Baik juga.”
Naufal melihat arlojinya, ia hampiri telat 5 menit. Kemudian Naufal berpamitan dengan Naya dan Mama Nisa.
Mama Nisa melihat putrinya itu tak berpamitan dengan suaminya seperti suami istri pada umumnya.
“Naufal, tunggu sebentar!” Naufal yang sudah menyalakan mesin motornya, kembali dimatikan.
“Kenapa, Ma?”
“Naya mau salim sama kamu.”
“Hah!”
Naya melongo, padahal dirinya tidak mengatakan itu. Itu hanya inisiatif Mama Nisa, dirinya haru mengajari Naya menjadi istri yang baik dan hormat pada suami, ia tak mau putrinya itu menjadi istri durhaka.
“Cepet Naya, kamu salim sama Naufal!”
Dengan amat terpaksa, Naya menuruti permintaan Mamanya. Lagipula tangan Naufal seperti sudah menerima ciuman dari sang istri.
Dengan sangat singkat, Naya mencium punggung tangan Naufal, begitu juga Naufal mencium kening Naya tanpa di suruh. Mama Nisa tersenyum bahagia, ia jadi semakin percaya kalau Naufal adalah laki-laki yang tepat untuk putrinya.
“Aku pergi dulu ya, Baby.” pamit Naufal dengan senyuman tipis di bibirnya.
“Hmm.”
Kata ‘Baby’ itu terdengar muak di telinga Naya.