NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Rumah Sakit

"Mbak, tolong lepasin aku dulu! Aku bisa jelasin ini semua," kata cowok itu sambil mengangkat kedua tangannya. Melihat gadis di depannya, dia sudah dapat menebak bahwa mereka berdua bukan orang yang bisa dibodohi.

"Ayo cepat katakan!" desak Anya.

"Pasti Arya sudah melakukan sesuatu yang buruk terhadap saudara Mbak kan?"

Anya dan Windi heran, kenapa dia bisa tahu.

"Tahu dari mana? Kalian sekongkol kan? Apalagi aku pernah lihat kamu jemput Arya di depan rumah aku," kata Anya.

"Oh, saat itu aku cuma disuruh aja, Mbak. Dia kirim pesan ke aku, katanya gini "Devan, tolong jemput aku di depan rumah Sasha!" ucap Devan mengulang persis seperti apa yang dikatakan oleh Arya.

"Lo tahu dia di mana?" tanya Windi. Dia tetap menaruh rasa curiga pada Devan, dia tidak mau percaya begitu saja kalau Devan tidak tahu di mana keberadaan Arya.

"Enggak, aku enggak tahu dia di mana!"

Windi menatap Anya. "Lo gimana, Anya? Lo percaya kalau dia enggak tahu di mana Arya?"

Anya bimbang, dia hanya diam tidak memberikan jawaban.

"Devan, aku harap kamu bicara jujur sama kami. Sasha tidak di rumah, dia pergi mencari Arya setelah melahirkan, aku takut Sasha kenapa-kenapa. Benar kamu enggak tahu Arya di mana?"

Devan mengangguk, ada satu hal yang ingin dia katakan pada mereka.

"Mbak, kenapa Sasha harus pergi mencari Arya? Apa dia benar-benar cinta sama cowok brengsek itu?" tanya Devan dengan tinju terkepal kuat.

"Kenapa kamu ngomong gitu? Dia kan teman kamu juga," ucap Windi.

"Aku baru tahu, Arya itu lebih brengsek dari yang aku duga sebelumnya. Di luar sana, entah sudah berapa banyak perempuan yang dijadikan korban dia, dan mungkin Sasha bukan yang terakhir." Devan memandang dua perempuan di depannya dengan perasaan tidak tenang.

Tiga puluh menit waktu mereka habiskan hanya untuk bicara dengan Devan, namun mereka tidak mendapatkan titik terang akan di mana keberadaan Arya maupun Sasha.

Omongan yang paling melekat di pikiran Anya tentang obrolan tadi adalah, Arya tidak pernah berniat melakukan hal tersebut pada Sasha. Dia tidak berniat dari awal, tapi Sasha lah yang dengan suka rela memberikan tubuhnya sendiri untuk Arya.

.

.

"Kamu menemukan Sasha?" tanya bu Aila begitu Anya pulang.

"Enggak, Bu. Kita udah cari-cari dia ke seluruh pelosok kota tapi tetap aja enggak ketemu!" jawab Anya sedih. Dia duduk di atas sofa sambil memijit pelipisnya, Anya pikir Sasha tidak akan melakukan hal seperti ini.

"Ayah pikir dia sudah nyaman dengan hidupnya sekarang, ternyata dia masih sama saja. Apa Sasha sengaja pergi dari rumah agar dia bebas? Agar dia tidak perlu menjaga Fatih?" Berbagai dugaan berputar di pikiran pak Faisal tentang Sasha.

"Mungkin dia ingin mencari keberadaan Arya, Yah." Anya menatap ayah dan ibunya bergantian.

"Ngapain dia nyari laki-laki itu lagi, sudah jelas-jelas Arya itu enggak mau tanggung jawab. Kita kan juga udah bilang sama dia, kalau Fatih akan jadi tanggung jawab kita. Kita akan merawatnya sama-sama! Apa itu semua belum cukup!" sentak pak Faisal, beliau marah. Amarah yang sejak tadi ditahan akhirnya dikeluarkan juga saat Anya menyinggung nama Arya.

"Yah, tolong jangan marah-marah gini. Nanti Ayah bisa sakit!" ujar bu Aila berusaha menenangkan.

"Ayah cu_ akh ...."

Pak Faisal tercekat, beliau tak dapat menyelesaikan ucapannya. Dadanya mendadak sakit, dan akhirnya beliau jatuh pingsan.

"Ayah!" jerit Anya dan ibunya bersamaan.

.

.

Malam itu juga pak Faisal dibawa ke rumah sakit karena kondisinya yang tak kunjung sadar.

Anya sangat khawatir akan keadaan sang ayah, dia kemudian mengabarkan akan keadaan ayahnya pada Tino.

Tino dan Elsa segera menuju rumah sakit malam itu juga, mereka membutuhkan waktu tiga jam untuk tiba di sana. Akhirnya Tino tiba saat menjelang subuh, dengan rasa khawatir dan mata berkaca-kaca ia menghampiri ibu dan adiknya.

"Gimana keadaan ayah sekarang, Bu?" tanya Tino.

Elsa berdiri di sampingnya, ia menyapa ibu mertuanya dengan ramah, tak ketinggalan juga Anya.

Ternyata Elsa juga memakai jilbab, dia berpenampilan tertutup seperti Anya.

Beruntung sekali kesalahan yang mereka lakukan membawanya menjadi wanita yang semakin baik dan dekat dengan Rabb-nya.

"Sekarang ayah sudah sadar, tapi masih belum bisa ditemui," jawab ibunya.

"Anya, kenapa ayah bisa jadi kek gini?" tanya Tino.

Anya yang kala itu sedang menggendong Fatih, ia memberikan Fatih untuk digendong ibunya. Kemudian mengajak Tino untuk bicara di tempat lain.

Tino mengikuti langkah sang adik, dia meninggalkan Elsa bersama ibunya di depan ruang rawat ayahnya.

"Kalau Sasha tidak pergi secara tiba-tiba, mungkin ayah juga tidak akan seperti ini," ucap Anya, "kalau tahu akan seperti ini jadinya, mungkin aku tidak akan meninggalkan Sasha dan Fatih di rumah, Bang," lanjutnya berkata.

Tino menghembuskan napas kecewa. "Sasha, abang enggak nyangka kamu berulah lagi. Apa kamu enggak bisa duduk tenang dan melupakan cowok brengsek itu," geram Tino.

"Aku sama Windi, dan dua anak buahnya juga udah nyariin Sasha, tapi kita enggak menemukan dia, Bang."

Tino tidak tahu harus berbuat apa sekarang, Sasha pergi dengan meninggalkan anaknya, sedangkan Anya harus mengurus ayah yang sedang sakit, adiknya itu juga harus menjaga ibu. Sedangkan dia sudah menikah, dan pastinya harus meminta persetujuan dari istrinya juga jika ingin melakukan sesuatu.

"Anya, ayah sakit, dan kamu harus merawat Fatih. Abang tahu kamu lelah, abang enggak bisa bantu banyak, tapi untuk ini kita bisa saling membagi tugas."

"Maksudnya?"

"Gimana kalau Fatih sama aku dan Elsa aja, dengan begitu kamu bisa mengurus segala keperluan di rumah dan membantu ibu ngerawat ayah," usul Tino.

"Enggak usah, Bang! jawab Anya cepat.

"Kenapa? Kamu takut abang enggak bisa rawat dia?"

"Bukan begitu, tapi kamu kan udah punya keluarga sendiri."

"Kami belum punya anak, apa salahnya menjaga dia. Ini juga bisa membuat kamu tidak terlalu terbebani," ucap Tino meyakinkan.

"Abang kamu benar, Anya. Mbak juga enggak keberatan kalau Fatih tinggal bersama kami, mbak akan merawat Fatih dengan baik," kata Elsa yang datang tiba-tiba dan menimpali obrolan mereka.

"Mbak Elsa?" Anya kaget melihat iparnya yang mendadak sudah ada di sana.

"Maaf kalau aku ikut nimbrung, aku ke sini karena disuruh ibu. Ibu nyuruh bang Tino buat temuin ayah," ucap Elsa.

"Gimana, kamu mau kan?" tanya Tino sekali lagi. Ia berharap kiranya sang adik menyetujui sarannya itu.

"Enggak usah, Bang! Aku bisa ngerawat Fatih sendiri. In sha allah aku enggak akan terbebani dengan semua ini." Anya tersenyum di akhir obrolannya. Dia pergi lebih dulu meninggalkan Tino dan Elsa di sana, Anya merasa tidak tenang saat Tino menawarkan diri untuk merawat Fatih.

Dia juga tidak yakin orang lain bisa mencintai Fatih, dan sayang pada bayi itu seperti cinta dan rasa sayangnya.

Anya sudah bertekad untuk merawat Fatih sendiri sampai Sasha kembali pulang dan berkumpul bersama mereka.

.

.

"Mungkin ini arti dari mimpi yang aku alami beberapa bulan yang lalu, Win. Aku harus jadi orang tua pengganti untuk Fatih," kata Anya.

"Sampai Sasha kembali?" tanya Windi dengan sedikit menunggingkan kepalanya.

"Iya."

"Gimana kalau Sasha enggak akan kembali lagi? Gimana kalau dia udah pergi jauh dari kota ini?"

Anya menggeleng, ia yakin kalau adiknya akan kembali setelah dia berhasil menemukan apa yang dicarinya.

"Aku yakin dia akan kembali, bagaimana pun Fatih adalah anaknya, meskipun awalnya dia tidak mengharapkan kehadiran Fatih," ucap Anya.

"Sebenarnya gue mau ngajak lo untuk kembali ke kafe, tapi melihat keadaan lo yang sekarang, gue jadi enggak yakin. Gue juga enggak mungkin nambah beban lo." Windi berkata lirih.

Anya menatap sahabatnya penuh arti, selama ini Windi begitu setia padanya, selalu ada di saat ia butuhkan. Lantas, kenapa dia harus meninggalkan sahabatnya hanya karena banyak kata-kata kejam dari para pelanggan hari itu. Lagi pula pembeli bukan cuma mereka, masih banyak orang yang mau datang ke kafe Windi karena suasana nyaman dan masakannya yang terkenal enak itu.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!