Naya menjadi wisudawan terbaik di hari itu. Tapi siapa sangka, ternyata Papanya sudah menikahkan Dia dengan anak temannya sendiri secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naya.
Lantas apakah Naya akan terpaksa melanjutkan rumah tangga barunya atau lari dari kenyataan?
Simak terus updatenya di TERJEBAK PERNIKAHAN RAHASIA DI HARI WISUDA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07 Idaman Papa
“Gimana udah ada perkembangan mengenai Naya belum? barangkali Kamu udah mencoba laporin ke polisi atau gimana gitu Fath ”. Papa Firman mulai membuka pembicaraan di meja makan.
“Emm_, gimana ya Pa_”. Alfath menjawab dengan ragu-ragu. Dia berfikir antara harus bilang kalau Naya sudah ada di kamarnya atau terpaksa berbohong.
“Atau gini aja deh, nanti Papa sama Mama mau ke kantor polisi terus Kamu lanjut mencari ke tempat-tempat yang mungkin di singgahi Naya. Gimana? ”.
“E__enggak Pa, biar nanti Aku aja yang ngurusin semua. Papa ke kantor aja atau istirahat di rumah dulu...! ”. Dia menjawab dengan sedikit gugup.
“Nggak apa-apa Fath, Papa sama Mama nggak keberatan kok. Iya kan Ma...! ”.
“Hmmm..., iya gapapa kok. Biar Kita cepet nemuin Naya”. Raut Mama Sindi, Mamanya Naya tampak khawatir.
“Ngapain sih tuh anak pakek kabur-kabur segala. Bikin susah orang aja. Nggak kasihan apa sama orang tuanya. Tapi nggak apa-apa lah, yang penting Dia udah kembali sendiri. Tinggal ngurusin Papa sama Mamanya nih. Gimana caranya biar mereka nggak khawatir”. Batin Alfath.
“Maafin Papa ya Fat, sepertinya Papa kurang bener mendidik Naya. Padahal usia pernikahan kalian baru bisa di hitung dengan jari. Tapi Naya udah ngerepotin Kamu sampai harus mencari kesana kemari”.
“Ah, enggak Pa. Nggak keberatan sama sekali kok. Ini udah tanggung jawabku Pa”. Alfath berusaha senyum semanis mungkin agar rasa cemas mertuanya berkurang. “Dasar Keras kepala tuh anak. Kalau bukan karena keluarganya Aku nggak menikahin Dia”. Alfath terus-terusan mengumpat.
“Memang ya Kamu, menantu idaman Papa memang kayak gini”. Papa Firman menepuk pundak Alfath. Beberapa detik kemudian Mbok Jah menghidangkan menu sarapan mereka.
Naya, mengintip dari lantai dua. Menguping percakapan orang-orang yang di meja makan.
“Hi...h, dasar Bodong bisa-bisanya Dia cari muka di depan Mama Papa. Awas aja Dia...!”. Naya mengepalkan tangannya gemas dengan Alfath, andaikan saja Dia di hadapannya langsung di tonjok sampai babak belur.
“Huh...,Tapi nggak apa lah minimal Dia nggak bilang dulu sama Mama Papa kalau Aku udah pulang.”
Kruk... kruk....
Perutnya berbunyi lagi yang kesekian kalinya. Reflek Dia berjalan beberapa langkah seakan kakinya menuntut untuk berjalan ke meja makan. Namun, Alfath melihat dan menyadari jika Naya akan melangkah kesitu. Alfath melotot ke arahnya menyuruh Naya untuk bersembunyi lagi. Dia tau apa yang di rencanakan Naya setelah ini. Dia juga sudah punya rencana lain. Untung saja saat itu tatapan Naya dan Alfath bertemu. Jadi Naya bisa mengontrol dirinya.
Sendok dan garpu berkelontangan di piring. Mereka sarapan dengan khidmat. “Pa Ma Aku ke Kamar dulu ya, mau siap-siap pergi lanjut ngurusin Naya. Nanti Papa langsung ke kantor aja. Aku yang akan mengurus semuanya.”
“Ya udah kalau gitu, Papa mau langsung berangkat ke kantor ini”.
“Siap Pa”. Alfath segera meninggalkan meja makan. Menuju ke kamar Naya.
Ceklek... pintu di buka. Naya segera mengumpat berusaha bersembunyi seaman mungkin.
“Mau main petak umpet Kamu? ”. Alfath melihat Naya yang bersembunyi di balik tirai.
“Hi...h suka banget sih bikin orang jantungan...! ”. Naya keluar dari tempat persembunyian dengan kesal. Perutnya yang udah berteriak dari tadi membuat Dia makin naik darah.
“Heh enak-enaknya ya Kamu ngabisin makanan ku di lemari. Kamu nggak bisa seenaknya di Kamarku”.
“Suka-suka lah, nggak pernah ada larangan untuk makan kan...!”.