Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Pujian Yang Membuat Deg-degan
Bab 18
"Siapa wanita di pigura foto itu?"
Reyhan yang hendak memeluk Arumi untuk dijadikan guling, mengurungkan niatnya. Dia tahu foto yang dimaksud oleh sang istri.
"Dia adalah mamaku. Cantik, kan?" Terlihat Reyhan tersenyum lebar.
"Iya, cantik sekali! Matanya mirip kamu, Mas. Bulu matanya juga lentik sama seperti Mas," jawab Arumi. Dia pernah merasa iri kepada Reyhan, karena mempunyai bulu mata yang panjang dan lentik, padahal laki-laki. Ternyata itu yang diturunkan oleh ibunya.
"Ish, jangan bilang bulu mataku lentik! Aku sering badmood jika ada yang bahas bulu mataku ini. Karena sering diejek palsu," ujar Reyhan memasang wajah cemberut.
"Bagus, kok! Mas terlihat semakin tampan, apalagi dengan alis yang tebal dan tertata rapi," balas Arumi. Dia lagi-lagi dibuat iri sama alis milik Reyhan yang tumbuh rapi tanpa tumbuh berantakan di sekitarnya.
"Jadi, di matamu, aku ini tampan?" tanya Reyhan yang malah semangat menggoda Arumi.
Ucapan Reyhan membuat Arumi salah tingkah. Dia bicara apa adanya. Wajah Reyhan semakin hari semakin terlihat tampan karena sekarang banyak tersenyum. Berbeda dengan ketika awal mereka bertemu. Mukanya masang, kusut, dan ucapannya juga ketus. Buat orang malas berinteraksi dengannya.
"Ya. Kan, Mas adalah laki-laki! Masa aku bilang cantik?" balas Arumi sambil memutar bola matanya karena Reyhan sedang menjahili dirinya.
"Walau aku belum pernah melihat wajah kamu, tapi aku yakin kalau kamu juga mempunyai wajah yang cantik. Tidak kalah dari artis-artis," puji Reyhan yang kini meraba kepala sang istri.
Mendapat pujian dari Reyhan, jantung Arumi berdebar-debar. Dia merasa senang sudah dikatakan cantik.
"Kenapa Mas punya pemikiran seperti itu sama aku?" tanya Arumi.
"Hmmm, hati kecilku yang mengatakan itu," ucap Reyhan sambil meraba wajah Arumi. Dia sentuh semua bagian wajah sang istri.
Arumi terdiam. Dia terkesima oleh ucapan Reyhan. Wanita itu memejamkan mata ketika sang suami mencium bibirnya lembut, lalu membalasnya.
"Apa kejadian kemarin malam akan terulang lagi?" batin Arumi.
Namun, setelah merasa puas mencium bibir lembut milik istrinya, Reyhan kembali merebahkan diri dengan muka mengarah ke langit-langit kamar. Sebelah tangannya digunakan untuk merangkul tubuh Arumi agar menempel.
"Ini sudah malam. Kita tidur, jangan sampai besok bangun kesiangan," kata Reyhan.
Sebenarnya Arumi masih ingin bertanya banyak tentang ibu mertuanya. Namun, Reyhan malah mengajak tidur.
"Kapan-kapan aku tanya lagi tentang mamanya," batin Arumi yang masih penasaran.
***
Ryan menatap langit malam tanpa bintang, apalagi bulan. Dia merenungi apa yang sudah terjadi kepadanya selama ini. Hidup dia terlalu di atur oleh Mami Rosalina. Sejak masih di dalam perut sampai dewasa.
Hal yang paling disesali dalam hidupnya adalah melepaskan Arumi. Dia sering berpikir, seandainya saja waktu itu dia nekad menikahi kekasihnya meski tanpa restu Mami Rosalina, sekarang pastinya sedang berbahagia dengan Arumi.
Namun, apa boleh buat? Arumi ingin menikah setelah mendapatkan restu dari Mami Rosalina. Hal yang sampai kapan pun tidak akan pernah didapatkan.
"Sedang apa kamu di sana?"
Tanpa menoleh ke belakang, Ryan sudah tahu siapa orang yang datang ke kamarnya. Tempat yang bersifat pribadi seperti ini saja, dia tidak bisa berkutik. Ibunya suka masuk seenaknya dan mengatur dekorasi kamarnya. Jika ada foto Arumi terpajang di sana akan segera dibuang.
"Cuma melihat langit yang gelap," jawab Ryan.
"Mami dengar akan datang investor asing ke perusahaan papi. Kamu harus bisa mendapatkan tender kali ini," kata Mami Rosalina.
Ryan tahu dengan kabar itu. Dia selalu dituntut untuk bekerja dan berprestasi dalam setiap hal yang dilakukan olehnya. Tentu saja ini menjadi beban dan tekanan baginya. Dahulu, akan ada Arumi yang selalu memberikan support dan mendengarkan keluh kesahnya. Akan tetapi, sekarang sudah berbeda, Jangankan bisa untuk diajak berkeluh kesah dan bertukar pikiran, wanita itu sekarang terlihat menjauhi dirinya.
"Ya," balas Ryan pendek agar ibunya diam.
"Kamu harus bisa memanfaatkan keadaan perusahaan saat ini. Reyhan sudah lama tidak datang ke kantor, jadi sekarang saatnya kamu unjuk kemampuan. Tunjukkan kepada dewan direksi kalau kamu ini lebih hebat dan lebih bisa diandalkan dari Reyhan," tukas Mami Rosalina dengan menggebu-gebu.
Ryan sebenarnya tidak terlalu obsesi ingin diakui oleh para dewan direksi. Dia ingin bekerja itu sebaik mungkin dan menikmati prosesnya. Tidak harus mempunyai target pencapaian yang membuatnya tertekan.
"Ryan, tadi Mami bertemu dengan Tante Sandra. Kamu masih ingat dia, nggak?" tanya Mami Rosalina secara tiba-tiba.
Ryan akhirnya tahu maksud kedatangan ibunya. Dia mana mau tahu siapa saja teman-teman Mami Rosalina. Laki-laki itu juga masa bodoh dengan orang-orang yang dianggapnya suka hura-hura dan berfoya-foya.
"Tidak kenal, Mi," jawab Ryan singkat. Dia berpindah ke dalam kamar.
Mami Rosalina pun mengikuti putranya masuk. Dia sudah bertekad untuk mengenalkan Ryan kepada putri temannya yang baru saja kembali dari luar negeri.
"Tante Sandra ... istrinya Om Billy Wijaya. Masa kamu tidak kenal?" Mami Rosalina berdiri di samping meja kerja sang anak.
Ryan yang berniat pura-pura bekerja, jadinya harus bekerja beneran. Dia membuka laptop dan melanjutkan sisa pekerjaannya dari kantor tadi.
"Aku mau melanjutkan pekerjaanku, Mi. Jadi, jangan ganggu, ya," kata Ryan melirik kepada ibunya.
Mami Rosalina mendengus kesal. Dia lagi-lagi gagal mau mengenalkan wanita idaman yang bisa dijadikan menantu. Akhirnya wanita paruh baya itu pergi meninggalkannya kamar mewah yang sengaja dia buat agar menyaingi kamar milik Reyhan.
***
Pagi-pagi Arumi dan Reyhan pulang ke rumah. Hari ini mereka akan menjalani rutinitas seperti biasanya.
"Panggilkan Bram!" perintah Reyhan kepada Arumi sambil memberikan handphone miliknya.
Arumi pun menjalankan perintah sang suami. Tidak butuh waktu lama panggilan itu tersambung.
"Bram, nanti datang ke rumah!"
"Hah? Ada apa?" tanya Bram di sebrang sana.
"Di rumah sepi dan bosan. Lebih baik aku berbuat kekacauan di kantor," jawab Reyhan sambil menyeringai.
Bram tertawa ngakak. Dia tahu maksud kekacauan yang dikatakan oleh Reyhan.
Sementara itu, Arumi yang sedang menyisir rambutnya dibuat terkejut dengan ucapan Reyhan. Dia langsung menoleh ke arah suaminya yang duduk di sofa.
"Mereka pasti senang," kata Reyhan.
"Tentu saja," balas Bram. "Aku jemput kamu nanti."
"Oke. Aku tunggu."
Pembicaraan antara Reyhan dan Bram pun berakhir. Laki-laki itu memasukan handphone ke dalam saku celananya.
"Mas, kamu mau berbuat kekacauan di kantor perusahaan? Kenapa?" tanya Arumi dengan nada tidak suka.
"Memangnya perlu aku bilang alasan itu sama kamu?" Reyhan balik bertanya.
"Mas, tidak baik berbuat buruk. Apalagi di tempat kerja."
"Siapa yang mau berbuat buruk?" tanya Reyhan mengejek sambil menahan tawa. Dia membayangkan ekspresi wajah sang istri.
"Tadi, Mas bilang akan berbuat kekacauan di kantor!" Arumi gemas sama kelakuan suaminya.
"Oh, itu," balas Reyhan menyeringai. "Kalau kamu penasaran dan ingin tahu kekacauan yang aku buat di kantor, ikut saja sama aku."
Arumi menggigit bibir bawah. Dia jadi bingung antara pergi kerja ke kantornya atau ikut Reyhan pergi ke kantor sang suami.
"Mas sedang tidak merencanakan sesuatu yang buruk, kan?" tanya Arumi dengan nada pelan.
"Ikut saja sama aku. Biar kamu lihat sendiri."
"Tapi ...." Arumi malah galau sendiri. Sementara Reyhan tertawa senang di dalam hatinya.
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan