NovelToon NovelToon
Sheyza Istri Rahasia

Sheyza Istri Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Pernikahan rahasia
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: anotherika

Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri."

Deg

Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anotherika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Cup

Arzan langsung membungkam mulut yang sibuk membantahnya itu dengan ciuman. Dirinya terlalu gemas dengan gadis ini.

***

"Gus Arzan kemana ya? Udah sore hampir sore juga tapi kok belum datang. Dihubungi juga nggak diangkat, mana kerjaan banyak lagi." Dumel Ardi walaupun sambil mengerjakan beberapa tumpukan berkas yang menggunung di meja kerja Gus Arzan.

"Apa lagi sama istrinya ya? Kemarin kan sempat ditinggal ke Bandung, mungkin mereka lagi kangen-kangenan. Oke kalau gitu coba hubungi Ning Anisa aja, terus minta tolong Gus Arzan disuruh ke kantor gitu. Ah pasti langsung kesini kan, emang pinter banget kamu Ardi. Maaf ya Gus mengganggu waktu berduanya. Tapi kalau gak gini kerjaan gak selesai-selesai." Ide brilian Ardi muncul tiba-tiba. Ardi langsung mengeluarkan ponsel miliknya.

***

Anisa sedang duduk santai di kursi rotan samping ndalem, tiba-tiba ponselnya berdering. Buru-buru wanita berhijab biru itu mengambil ponsel di kantong gamisnya.

Kepalanya mengernyit saat membaca nama Ardi. Tidak biasanya asisten suaminya itu menghubunginya.

"Assalamualaikum,"

Dan saat Anisa mengangkat panggilan, langsung terdengar suara dari seberang sana.

"Waalaikumsalam Ardi. Ada apa? Apa ada sesuatu yang penting sampai kamu menghubungi saya?" Tanya Anisa cemas. Dirinya takut terjadi sesuatu pada suaminya karena Ardi tiba-tiba menghubunginya. Biasanya asisten suaminya itu akan menghubunginya jika ada sesuatu yang penting. Jantungnya berdebar tidak karuan.

"Sebelumnya maaf mengganggu waktunya Ning. Tapi ini memang penting karena Gus Arzan tidak bisa dihubungi." Ucap Ardi di seberang sana.

Deg

Anisa terkejut mendengar perkataan Ardi. "Loh bukannya Gus Arzan sudah dikantor sedari pagi? Bahkan sudah berangkat pagi-pagi sekali sehabis subuh."

"Loh tidak Ning. Tadi pagi saya hubungi katanya Gus Arzan ada keperluan mendadak nanti setelah selesai akan segera ke kantor. Tapi sampai sekarang Gus Arzan belum juga sampai di kantor. Saya hubungi juga susah Ning, enggak diangkat. Maaf sekali Ning tapi ini beneran penting, banyak berkas yang harus ditandatangani." Jelas Ardi merasa tidak enak sendiri dengan istri bosnya karena ternyata Anisa tidak sedang bersama dengan atasannya. Pertanyaan Ardi adalah kemana perginya Gus Arzan? Ingin bertanya lebih lanjut tapi rasanya segan.

Kepala Anisa mendadak pening mendengar perkataan Ardi. Apalagi mengingat perkataan yang diucapkan Bu Indah tadi, membuat pikiran-pikiran buruk langsung menjejal di kepalanya.

Suaminya kemana? Tidak dikantor?? Atau mungkin benar yang dikatakan Bu Indah tadi kalau suaminya pergi ke mall bersama perempuan? Kenapa suaminya berbohong?? Bukankah tadi ijin perginya ke kantor?

"Maaf Ning sudah menganggu waktunya. Kalau begitu saya permisi mau melanjutkan pekerjaan, assalamualaikum." Pamit Ardi.

"Waalaikumsalam,"

Setelah panggilan terputus, Anisa menangis sejadi-jadinya. Sungguh hatinya tidak baik-baik saja. Apalagi mengingat dirinya belum memiliki anak dengan Arzan, padahal mereka sudah menikah lima tahun lamanya. Mungkinkah suaminya selingkuh?

"Ya Allah kenapa sesak sekali." Anisa bahkan menepuk-nepuk dadanya sendiri untuk melampiaskan rasa sesak yang mendera hatinya. Tapi sakitnya juga tak kunjung hilang.

"Astaghfirullah Anisa, kamu kenapa?" Tanya umi Zulfa yang baru saja datang dari depan. Dirinya terkejut melihat menantunya menangis meraung-raung seperti itu.

Umi Zulfa memeluk tubuh menantunya dengan erat. "Sayang kamu kenapa? Ada apa nak?"

Anisa mendongak, seiring bulir bening terus keluar membasahi pipinya. "Ummi, mas Arzan bohong ummi." Suara Anisa tercekat, rasanya sangat sulit untuk berbicara.

Kening umi Zulfa berkerut mendengar perkataan Anisa. Dirinya sama sekali tidak paham apa yang dimaksud menantunya. "Anisa, coba kamu ceritakan dengan detail. Umi tidak paham maksud kamu nak,"

Dengan masih sesenggukan, Anisa menceritakan semua kegelisahannya pada umi Zulfa. Setelah bercerita umi Zulfa menatapnya tak percaya.

"Astaghfirullah," umi Zulfa membekap mulutnya ayok mendengar cerita dari Anisa. Tidak pernah terbayangkan putra kebanggaan nya bisa berbohong seperti itu.

"Anisa sudah berusaha tenang, tapi Anisa hiks hiks... Mas Arzan. Kenapa mas Arzan bisa seperti ini ummi. Bahkan sebelumnya mas Arzan tidak pernah berbohong," Anisa masih terus menangis. Sungguh hatinya sesak bukan main. Membayangkan suaminya dengan perempuan lain, hatinya hancur berkeping-keping. Gus Arzan adalah satu-satunya orang yang dia miliki di dunia ini. Dia tidak mau kalau sampai suaminya itu dimiliki oleh perempuan lain.

Umi Zulfa menghela nafas berat. "Kamu tenang dulu. Nanti setelah Arzan pulang, ummi yang akan bicara padanya. Nanti ummi tanyakan semua kejadian hari ini. Jangan nangis lagi ya nak, kamu harus tetap tenang karena ummi yakin ini hanya kesalahpahaman."

Anisa mengangguk mengiyakan. Toh sekarang yang bisa membantunya hanya umi Zulfa.

***

Arzan mengacak rambutnya kasar. Mengusap rambutnya yang sudah kusut sedari tadi. Lalu pandangannya menatap ke arah Sheyza yang masih menangis di sudut ruangan.

Ya Sheyza menangis karena pada akhirnya Arzan melakukannya lagi. Bahkan Sheyza sudah memohon untuk disudahi, tapi Arzan seakan tuli. Bahkan dia sampai melakukannya berulang kali.

Entah apa yang merasuki dirinya sampai berbuat seperti itu. Padahal istri rahasianya itu sudah menangis maraung, tapi Arzan seakan tidak mendengar. Arzan tidak mau mendengarkan Sheyza. Tapi Arzan juga tidak tahu, keinginan itu selalu hadir jika dirinya sedang bersama Sheyza.

"Jangan menangis, saya minta maaf." Ucap Arzan. Dia berjongkok di depan Sheyza yang masih saja menangis sambil menyeruakkan wajahnya di lipatan kedua kaki.

"Maafkan saya Shey, saya... Saya tidak bisa menahannya. Lagi pula ini tidak akan dosa karena kita sudah menikah, sah menjadi pasangan halal. Jadi tidak masalah bukan?"

Mendengar perkataan suami brengsek nya Sheyza langsung mendongak menatap Arzan tajam. "Ya! Kita memang sudah menikah. Tapi tidak seharusnya anda melakukan hal ini lagi kepada saya. Saya tidak mau! Saya tidak suka!!" Desis Sheyza. Sungguh hatinya sakit. Apalagi pria itu tidak mendengarkan keluhannya.

Arzan menggeleng. Tangannya terulur ingin menghapus air mata yang jatuh di pipi mulus gadis itu. Tapi Sheyza langsung menepisnya.

"Maaf Shey. Maafkan saya,"

"Tidak perlu. Lebih baik anda pergi dan tinggalkan saya sendiri."

"Saya tidak akan pergi ninggalin kamu sendiri. Kamu sedang sedih, jadi saya tetap akan disini."

"PERGI!!! Saya bilang pergi ya pergi!! Anda tuli?!"

Arzan mengela nafas panjang, memilih melangkah keluar dari kamar itu. Mungkin dia akan bicara nanti setelah emosi istrinya stabil.

Sheyza kembali menangis disana. "Kenapa kehidupan harus menyedihkan ini,"

***

Setengah jam kemudian Sheyza membuka pintu kamar, dirinya langsung bisa melihat suaminya sedang duduk diatas meja makan. Jangan kira Arzan hanya duduk saja, di depannya bahkan sudah banyak makanan terhidang disana membuat Sheyza mendengus melihatnya. Rasanya masih kesal sekali melihat pria itu.

Tadi Sheyza pikir Arzan sudah pergi jadi dia berani keluar kamar. Padahal tanpa disadari Arzan masih disana dan malah sibuk memasak makanan untuknya.

Sheyza sampai terheran, kenapa Arzan masih berada disini. Bukankah seharusnya dia sudah pergi sedari tadi? Ini sudah pukul sepuluh malam, tapi kenapa pria itu masih disini?

Aneh, tapi Sheyza lebih memilih mengabaikannya. Tidak penting juga untuknya bertanya.

"Shey makan dulu, ini sudah malam." Ucap Arzan sembari meraih piring dan meletakkannya di atas meja. Tadi sebelum memasak, Arzan sudah sempat mandi dan melaksanakan kewajibannya, sholat isya. Dia memasak karena merasa bersalah dengan gadis itu.

Sheyza melengos tak menanggapi panggilan dari Arzan. Dirinya malah melangkahkan kakinya menuju sofa, tujuannya ingin mengambil ponsel miliknya yang ada di sana.

Arzan yang melihatnya memejamkan mata guna menetralkan rasa yang ingin marahnya karena tidak dihargai. Tapi lagi-lagi Arzan sadar disini dirinya yang salah. Meski begitu, harusnya Sheyza tidak melewatkan makan malamnya.

Perlahan langkah Arzan mendekat ke arah istrinya. "Shey makan dulu. Saya tahu saya salah, tapi kamu harus tetap makan. Tubuh kamu butuh asupan juga. Ini juga udah jam sepuluh malam, saya harus segera pulang. Marahnya ditunda nanti lagi ya?"

Sheyza mendengus. "Pulang ya pulang saja. Saya tidak peduli juga," Ketusnya.

Arzan menghela nafasnya kembali. "Sheyza bagaimana caranya agar kamu memaafkan saya? Saya sudah berulang kali minta maaf, tapi kenapa sulit sekali memaafkan saya hmm??" Rasanya sungguh frustasi menghadapi Sheyza yang sedang marah.

"Kan saya sudah bilang, pergi ya pergi saja. Kenapa juga anda masih disini?! Saya tidak butuh apapun dan saya juga tidak mau bicara dengan anda!!" Geram Sheyza.

"Shey, jangan seperti ini. Maafkan saya, saya khilaf."

"Khilaf sampai berkali-kali? Bukan khilaf namanya tapi keenakan!" Cetus Sheyza yang masih dongkol dengan Arzan.

Arzan benar-benar bingung sekarang. Dirinya tidak mau meninggalkan Sheyza dalam keadaan marah seperti ini, tapi dia juga punya istri dirumah yang sudah dia tinggalkan sedari pagi. Arzan tampak menimang-nimang,

"Yaudah kalau kamu mau sendiri, saya pulang terlebih dahulu. Tapi kamu harus makan ya, jangan tidak makan. Marah boleh tapi tetap harus jaga kesehatan. Kesehatan kamu lebih penting dari apapun." Nasehat Arzan.

Tentu Sheyza tidak menanggapi apapun perkataan suaminya. Dia malah sibuk bermain dengan ponselnya.

Meskipun dongkol dengan sikap istrinya, Arzan tetap mencoba sabar. "Saya pulang dulu, kamu hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya. Saya sudah menyimpan nomor di ponsel kamu tadi."

Sheyza tetap bergeming.

Arzan menatap sendu ke arah Sheyza sebelum kakinya melangkah keluar dari apartemen. Hatinya merasa sesak, apalagi Sheyza sama sekali tidak mau bicara kepadanya kembali. Sikapnya kembali seperti kemarin waktu pertama kali melakukan itu. Padahal tadi pagi Sheyza sudah mau berbicara dengannya. Tapi kini, ya ampun, ini gara-gara dirinya tidak bisa menahan diri Sheyza marah lagi kan. Arzan beristighfar berulang kali. Entah setan mana yang merasukinya hingga bisa lepas kontrol seperti tadi.

1
Novita Mey
up yg banyak ya Thor ...
Mundri Astuti
mudah"an kebongkar kebusukkan Annisa, pengen tau karmanya
Novita Mey
ayo up yg banyak thor ... ceritanya bagus
Irma Minul
👍
🎃SЯ ШłŁŁ🎃
Mengharukan 😢
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Lia_Vicuña
Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!