Nasib malang menimpa Celine Violetta Atmadja. Baru saja dia berkabung kerena meninggalnya sang ayah, dia justru diusir oleh Ibu dan juga saudara tirinya. ternyata selama ayahnya sakit keras, mereka sudah membalik nama semua aset kekayaan milik keluarga Atmadja menjadi milik mereka. Untuk itu, Celine tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.
Tapi bukan berarti Celine akan diam saja. Dia bersumpah akan membalas ibu dan saudara tirinya itu. Apapun akan dia lakukan, termasuk menikah dengan pria cacat yang kaya untuk membalas mereka.
Nicholas Arian Dirgantara, CEO tampan yang bernasib tragis. Dia harus duduk di kursi roda setelah kecelakaan hebat yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu. Karena hal itu juga, kekasihnya berselingkuh dengan sahabat Nick
Semenjak saat itu, Nick menjadi pria yang agresif. Kondisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa membuatnya mudah marah. Hingga suatu hari, ibunya datang membawa seorang wanita yang akan menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Ciuman Kedua
Celine membantu Nicholas naik ketempat tidur. Dia mengganjal punggung Nicholas yang bersandar di Headboard menggunakan bantal dan meluruskan kedua kaki pria itu.
Dia tersenyum menatap Nicholas dan memasangkan alat pijat di kedua kaki Nicholas. "Bagaimana?" tanya Celine
"Apanya yang bagaimana? Kau tahu pasti jika kedua kakiku tidak bisa merasakan apapun." gerutu Nicholas
"Ah.. Iya, aku lupa. Tidak masalah, ini juga bisa merangsang otot-otot di kakimu." ucapnya meyakinkan Nicholas. Dia diam sejenak dan teringat dengan kue buatannya. "Tunggu sebentar!!" Celine turun dari tempat tidur dan mengambilkan kue untuk Nicholas.
Sedangkan Nicholas hanya bisa menghela nafas panjang. Dia menatap nanar kedua kakinya yang terpasang alat pijat pemberian Celine.
Tidak ada yang bisa dilakukan, semua hanya sia-sia saja. Dia tidak bisa merasakan apapun. Bagaimana bisa dia sembuh? Rasanya semua itu tidak mungkin terjadi. Tapi keyakinan yang Celine berikan, seolah membuatnya percaya jika dia bisa.
"Haruskah aku melakukannya lagi?" gumam Nicholas. Dia mendongak dan memejamkan kedua matanya. Dua tahun yang lalu dokter mengatakan sulit untuknya bisa berjalan. Dan selama itu juga dia tidak pernah melakukan terapi ataupun pengobatan lagi. Jadi, kemungkinan untuk sembuh pasti sudah jauh dari perkiraan sebelumnya. Atau mungkin dia sudah cacat permanen.
"Sangat sulit tuan. Tapi saya rasa, anda bisa membantu nona Celine untuk mendapatkan perusahaan itu kembali."
Nicholas membuka matanya. Masalah Celine hanya dia yang bisa membantu, tapi dengan keadaannya yang sekarang, apa dia bisa?
Tidak!! Dia harus mencobanya. Dia sudah bertekad untuk membantu Celine, tapi bukan karena dia ingin, melainkan dia tidak mau Celine tersiksa karena terus berada di samping pria cacat sepertinya.
Mendengar cerita dari Dista membuat Nicholas sadar, jika kehidupan Celine begitu mengenaskan. Dia tahu betul bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang kita sayangi. Oleh karena itu, dia bertekad untuk membantu Celine mendapatkan kembali apa yang menjadi miliknya. Dan untuk masalah Jenny dan Rian, dia bisa pikirkan nanti.
Hah... Rasanya ini seperti bukan dirinya yang sekarang. Yang suka marah-marah dan tidak suka orang lain mengaturnya. Tapi dengan Celine, semua berbeda. Wanita itu membuatnya tersentuh dan perlahan kembali ke sifat lamanya.
"Wanita itu..... Andai aku tidak sakit, pasti aku sudah menghukumnya." Nicholas tersenyum tipis. Apalagi saat dia teringat ciuman mereka tadi pagi. Ah... Andai dia bisa mengulanginya.
"Aish... Apa yang aku pikirkan?" gumamnya merutuki kebodohannya. Dia menghela nafas dan tersenyum mengingat wajah Celine. "Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Nicholas . Tapi tiba-tiba tatapan nya berubah tajam kala mengingat cara Rian menatap Celine. Dia yakin jika pria itu mempunyai maksud terselubung, atau mungkin dia tertarik pada istrinya? Itu tidak bisa dibiarkan.
"Jika aku terus begini, maka aku tidak bisa melindungi Celine apalagi membantunya." ucapnya bermonolog.
"Ya, sepertinya aku memang harus mencobanya. Yang jelas aku tidak akan membiarkan pria itu menyakiti Celine." ucapnya lagi
Cklek
Nicholas menatap kearah pintu dan terlihat Celine yang membawa nampan berisi jus buah dan juga kue. Dia meletakkan nampan tersebut di nakas dan berkata jika itu adalah kue buatannya dan menawarkannya pada Nicholas.
"Kau membuat kue?" tanya Nicholas memastikan
"Iya, Aku sangat suka membuat kue. Bahkan Daddy bilang jika aku membuka toko kue, maka tokoku akan laris manis." ucapnya sambil tersenyum
Melihat itu, Nicholas ikut tersenyum. Dia mengambil satu kue dan memasukkannya kedalam mulutnya. "Enak." Nicholas mengunyah perlahan kue tersebut dan tersenyum, "Lumayan."
"A-apa? lumayan?" tanya Celine yang dijawab anggukan oleh Nicholas
"Tidak mungkin, Daddy selalu bilang jika kue ku enak." ucapnya tidak percaya
"Mungkin dia tidak ingin kau sedih jika dia bilang kue mu tidak enak." Nicholas melahap kue tersebut lagi dan lagi.
Celine memicingkan matanya menatap Nicholas yang tidak henti-henti memakan kue buatannya. Dia merebut piring berisi kue ditangan Nicholas dan menjauhkannya.
"Hei... Mana kue ku?" pekik Nicholas
"Kau bilang lumayan, tapi kenapa kau memakannya terus?"
"Kau membuat kue menggunakan bahan di dapurku, kan? Dan semua bahan itu di beli menggunakan uangku. Jadi tidak masalah jika aku memakannya. Lagipula kau membuat kue itu untuk ku, kan?" Nicholas berusaha merebut kue dari Celine dengan menarik tangan Celine hingga akhirnya kue tersebut kembali ke tangan Nicholas.
"Bilang saja kalau enak." gerutu Celine
"Cih... terlalu percaya diri sekali." ucap Nicholas sinis
Celine tidak terima, dia berusaha merebut kembali kue tersebut, tapi Nicholas menjauhkan tangannya dari Celine. Namun Celine tidak kehabisan akal, dia naik ke tempat tidur. Dia berusaha meraih kue tersebut dengan duduk di pangkuan Nicholas.
Nicholas tertegun menatap Celine yang terus berusaha meraih kue di tangannya. Hingga tanpa sadar, Nicholas meraih pinggang Celine dan menegakkan tubuhnya.
Pandangan mereka bertemu, Celine mulai terdiam dan menatap dalam kedua mata Nicholas. Dia sampai lupa dengan kue di tangan pria itu. Dan seolah terhipnotis, mereka berdua sama-sama mendekatkan wajah mereka dan.......
Cup
Mereka saling menempelkan bibir mereka dan memberikan lum*t*n lembut. Bahkan Nicholas menekan tengkuk Celine dan memperdalam ciuman mereka hingga terdengar decapan dari bibir keduanya. Untuk sesaat mereka lupa dengan kue tersebut dan lebih fokus pada ciuman mereka. Tidak, maksudnya lebih menikmati ciuman mereka.
"Ugh.."
Satu lenguhan keluar dari mulut Celine dari sela-sela ciuman mereka. Membuat Nicholas bersemangat dan menerobos masuk, mengakses setiap rongga mulut wanita itu. Tapi suara ketukan pintu menghentikan aktivitas mereka.
Tok Tok Tok
Celine membuka matanya, dia memukul bahu Nicholas agar menyudahi kegiatan mereka, tapi Nicholas Seolah tidak perduli. Dia terus menikmati bibir istrinya hingga ketukan pintu terdengar lebih keras membuat Nicholas berdecak dalam hati. Dia terpaksa melepas ciumannya dan memeluk pinggang Celine erat, saat wanita itu mencoba untuk turun dari pangkuannya.
"Siapa?" teriak Nicholas
"Ini saya, Tuan." sahut pak Anton dari balik pintu
"Ada apa?" tanya Nicholas yang tersenyum menatap Celine yang masih meraup oksigen. Seolah oksigen di sekitarnya akan habis.
"Ada telepon dari Tuan Aiden. Ada hal penting yang ingin beliau bicarakan." seru pak Anton
"Katakan padanya, nanti aku akan menghubunginya. Sekarang aku mau istirahat dan jangan ada yang menggangguku."
"Ba-baik tuan."
Untuk sesaat mereka terdiam. Tidak terdengar suara apapun diluar sana yang artinya pak Anton sudah pergi.
Celine bergegas untuk turun dari pangkuan Nicholas, tapi lagi-lagi Nicholas memeluk erat pinggangnya. "Mau kemana, hm?"
"A-aku... I-itu..." Celine terlihat gugup. Apalagi posisi mereka saat ini sangatlah intim. Bahkan dia dapat melihat lebih dekat wajah tampan suaminya. Ini ciuman keduanya, apakah akan ada ciuman ketiga, keempat dan seterusnya? Hah... yang pertama saja sudah membuat kedua kakinya lemas, nyaris tidak bisa berdiri karena bergetar hebat. Dan sekarang ciuman kedua, membuat jantungnya terasa mau copot karena posisi mereka yang sangat intim. Bisa-bisa ciuman ketiga membuatnya masuk ke rumah sakit.
"Kau gugup? Bukankah kita suami istri. Jadi sah-sah saja jika kita melakukan ini." ucap Nicholas yang membuat Celine semakin gugup.
Nicholas menyelipkan rambut Celine dibelakang telinga wanita itu, tapi tanpa sengaja, dia melihat ada sesuatu di pipi Celine. Dia menyipitkan matanya dan menekan tengkuk Celine hingga wajah mereka sangat dekat.
Celine memejamkan matanya takut, dia pikir Nicholas akan menciumnya lagi. Tapi untuk beberapa saat, setelah merasa tidak terjadi apa-apa, dia membuka matanya dan melihat tatapan Nicholas yang berubah tajam.
"Siapa yang melakukan hal ini padamu?"
Deg