Arnetha Julia Richardo adalah seorang putri tunggal dari pengusaha kaya. Hidupnya sempurna, ayahnya seorang pengusaha kaya dan ibunya adalah seorang kepala rumah sakit besar. Hidupnya tak ada kekurangan apapun baik materi ataupun kasih sayang.
Arnetha biasa dipanggil Arne oleh teman-temannya. Arne juga memiliki sahabat bernama Aini, mereka adalah teman sekelas yg cukup akrab. Disisi lain, Arne juga memiliki kekasih tampan dan populer bernama Boy. Mereka sudah berpacaran sejak bangku SMA.
Suatu hari, Boy memutuskan hubungannya dengan Arne dan malah melamar Aini. Bukan hanya itu pula, saat pulang ke rumah, ada Aini dan ibunya Marta yg ternyata adalah simpanan ayahnya. Sejak hari itu, Arne dan mamanya Jeny pergi dari rumah karena diusir oleh ayahnya Arne, Richardo.
Bukan hanya hati Arne yg terluka tapi juga keluarganya hancur karena ayahnya yg mengkhianati mereka. Bagaimana Arne melewati kehidupannya yg pilu?? Dapatkah Arne menemukan belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.22 Kunjungan Resmi
Setelah hari itu, teman Tony pun dirawat di rumah sakit selama beberapa hari kemudian diperbolehkan untuk pulang. Selama itu pula, Tony bebas berkeliaran di rumah sakitnya tanpa harus menjaga sikapnya sebagai pemilik rumah sakit.
Dirinya memerhatian semua orang yg bekerja padanya. Mereka nampak sangat serius dan melakukan tugasnya untuk merawat pasien yg sakit. Begitu pula dengan para dokter residen yg cekatan menangani pasiennya. Meski mereka masih baru dan butuh banyak bimbingan seniornya, mereka tak ragu untuk bertindak atas perintah seniornya.
Tony juga melihat Arne bersama dokter residen lainnya. Dirinya pun melihat Arne selalu berusaha maksimal dalam bekerja. Tak jarang juga Arne bercanda gurau dengan temannya saat istirahat. Senyum wanita itu pun mengalihkan perhatiannya pada tujuannya meninjau rumah sakit ini.
Walau indah tapi Tony sadar kalau dirinya sedang mengawasi semua orang. Dan Tony juga takut kalau Arne mencurigainya apalagi sampai salah paham padanya. Hingga Tony pun melanjutkan peninjauannya secara rahasia tersebut.
Dapat disimpulkan dari hasil tinjauannya semuanya baik-baik saja. Dokter, perawat dan staf lainnya bekerja dengan sangat baik. Bahkan predikat rumah sakit tersebut pun tergolong baik dan populer.
Tapi Tony masih enggan menunjukkan wajahnya, dan meminta orang kepercayaannya menggantikannya. Baginya yg masih penasaran pada Arne pun mengurungkan niatnya untuk berkunjung sebagai pemilik.
Dan orang kepercayaannya Robi pun menggantikannya dalam meninjau rumah sakit secara resmi. Robi pun datang sesuai jadwal yg diterimanya. Dan pihak rumah sakit bersiap dalam penyambutannya.
Sesuai tugasnya Robi pun memperkenalkan diri sebagai tangan kanan Tony. Dan dirinya harus mengawasi banyak orang yg bekerja serta rumah sakit tersebut.
"Kalian bekerja dengan baik.. nampaknya tuanku menyukainya." ucap Robi.
"Terimakasih tuan, kami senang mendengarnya."
"Baiklah, ayo kita lanjutkan kunjungannya." ucap Robi.
Sesuai apa yg didapat oleh tuannya Robi pun melihat rumah sakit tersebut nyaman, bersih dan semua orang pun bekerja dengan penuh tanggungjawab. Robi pun lalu pergi setelah tugasnya selesai dan melaporkan segalanya pada Tony.
"Bagaimana Rob?" tanya Toni.
"Semua sesuai dengan penilaian anda tuan." ucap Robi.
"Kerja bagus." ucap Tony.
"Tapi kenapa anda merahasiakan identitas anda lagi?" tanya Robi.
"Ada yg membuatku penasaran." jawab Tony.
"Apa itu tuan? apa aku perlu menyelidikinya?" tanya Robi.
"Tak perlu, biar aku saja." ucap Tony.
"Baik tuan, kalau begitu aku permisi." ucap Robi.
"Ya, terimakasih Rob sudah menggantikanku." ucap Tony.
"Sama-sama tuan."
.
.
Di rumah sakit pun nampak semua orang merasa tenang karena tak ada kritikan atas pekerjaan dan rumah sakit tempat mereka bekerja. Para petinggi rumah sakit pun mengadakan makan malam bagi yg bisa hadir. Arne, Kenzi dan Nino pun bisa hadir karena shift mereka pada siang hari.
Begitu juga dengan Anderson yg ikut hadir bersama para profesor lainnya. Dan direktur rumah sakit tersebut bernama tuan Rafli pun hadir demi merayakan keberhasilan mereka membuat puas pemilik rumah sakit.
Arne yg duduk dengan para teman sesama residen dan seniornya pun nampak santai saja dengan suasana tersebut. Mereka hanya berbincang-bincang seputar rumah sakit dan para pasiennya.
Lalu Rafli ke meja para dokter residen untuk melihat bakat-bakat baru rumah sakit mereka.
"Kalian semua adalah dokter residen kan?" tanya Rafli.
"Benar tuan.." ucap mereka memberi hormat.
"Santai saja.. aku hanya ingin mengobrol dengan kalian karena kalian adalah bakat-bakat baru di rumah sakit ini." ucapnya.
Dan perkenalan pun dimulai, semua orang memperkenalkan diri. Begitu juga Arne dan kedua temannya.
"Oh, pantas saja pasien kita betah di rumah sakit ternyata ada banyak dokter cantik disini." ucap Rafli.
"Tuan berlebihan."
"Tidak aku jujur, dan Arne kau itu lebih cocok jadi artis atau model." ucap Rafli membuat Arne bingung.
"Tidak tuan, aku tidak punya bakat tersebut." ucap Arne.
Semua orang pun tertawa dan Arne hanya tersenyum mendengarkan tanpa banyak bicara. Untuk menghindar dari pembicaraan, Arne pun pura-pura ke toilet dan meninggalkan mejanya.
Ya, Arne agak tak nyaman dengan atasannya Rafli. Menurutnya, agak berlebihan kata-katanya malam ini. Arne pun mencari udara segar di luar hingga pikirannya tenang.
Sementara itu ada Anderson di luar yg sedang cari udara segar juga.
"Apa kau tak nyaman di dalam?" tanya Anderson.
"Ya begitulah prof." balas Arne.
"Kau bisa jujur juga rupanya, kupikir kau akan pura-pura baik-baik saja agar tak dimarahi atau diadukan." ucap Anderson.
"Karena sepertinya prof bukan orang seperti itu." ucap Arne.
"Kalau aku lihat, tuan Rafli sepertinya terus menatap ke arahmu.. kau harus hati-hati." ucapnya.
"Benarkah? hati-hati memangnya ada apa?" tanya Arne.
"Kudengar dia suka mendekati dokter muda, terutama dokter residen untuk mempermudah karirnya." ucap Anderson.
"Prof tahu darimana?" tanya Arne.
"Tak penting, yang jelas kau harus hati-hati begitu juga dengan temanmu yg lain, ada baiknya kau peringati mereka." ucap Anderson.
"Baiklah prof, terimakasih infonya.." ucap Arne.
"Jika terjadi sesuatu, kau harus mengajak teman pria bisa Nino atau senior lainnya." ucap Anderson.
"Baik prof, aku akan mengingatnya." ucap Arne.
"Lebih baik kau masuk, aku tak mau dirumorkan menjalin hubungan rahasia denganmu." ucap Anderson.
"Aku juga tak mau, karena prof itu pria yg dingin dan kejam." ucap Arne frontal.
"Kadang kejujuranmu bisa menyinggung orang lain, kau ingat itu Arne..!" ucap Anderson kesal.
"Bye.. prof.." balas Arne tersenyum.
"Setelah mengejek seseorang dia seenaknya tersenyum." gerutu Anderson.
Dan Arne pun kembali ke dalam, dirinya kembali bergabung dengan rekan-rekannya. Apalagi Rafli terlihat sudah kembali ke kursinya. Setelah itu, mereka semua pun pulang ke rumah masing-masing. Beberapa ada yg kembali ke rumah sakit untuk mengambil kendaraan mereka karena jarak resto dan rumah sakit yg dekat.
.
.
Keesokannya, Arne pun bekerja seperti biasanya dan dirinya mendapatkan sebuket bunga dari orang misterius. Arne pun cukup waspada dan tak ingin menerima bunga tersebut.
"Apa kalian lihat yg membawa bunga ini?" tanya Arne.
"Tidak, hanya kurir biasa."
"Aku takkan menerimanya, apalagi nama pengirimnya tak jelas.. bagaimana kalau ada kemera tersembunyi atau semacamnya." ucap Arne.
"Jadi Arne bunga ini mau diapakan?"
"Kita buang saja.. aku ngeri." ucap Arne.
"Sayang sekali, tapi kau ada benarnya juga." ucap resepsionis yg menerima paket tersebut.
"Ada apa ini?" tanya Anderson melihat kerumunan.
"Arne diberi bunga oleh orang misterius prof." ucap salah seorang.
"Bunga?" ucap Anderson kemudian melihat bunga tersebut.
"Tapi aku akan membuangnya karena mencurigakan.. bagaimana jika ada kemera tersembunyi dan mengintaiku?" balas Arne merinding.
"Ide bagus, biar aku saja yg membuangnya." ucap Anderson.
"Lalu yg lain, hati-hati jika menerima barang misterius seperti ini.. kita tak pernah bisa menebak kejahatan." ucap Anderson.
Anderson pun pergi membuang bunga tersebut setelah memastikan apa yg menjadi kekhawatirannya.
"Aku takkan biarkan ada wanita lagi yg jadi korbannya." gumam Anderson.
kenapa gk sekalian ketiban bom
🤣🤣🤣
hehheeh laki2 didunia halu memang meresahkan