NovelToon NovelToon
THE MAIN CHARACTER IS ME

THE MAIN CHARACTER IS ME

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: lightfury799

Sinopsis

Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.

Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.

Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.

•••••

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Berjalan dengan langkah yang guntai, Quella merasakan akan apa artinya ketidakberdayaan. "Aku harus apa?" Quella menundukkan kepalanya, mengambil tempat duduk, dirinya masih berada di area restoran, karena kebodohannya yang ternyata malah tidak membawa tasnya.

"Cih... Kalo begini bagaimana aku bisa ke rumah sakit?!! Harus berjalan kaki yang benar saja," Quella menggerutuki kebodohannya saat ini, jika tau begini tadi dirinya akan meminta untuk diantarkan ke rumah sakit terlebih dahulu.

Menutup wajahnya dengan tangannya, Quella meneteskan air matanya, dirinya menangis dalam diam. Belum masalah omanya yang masih belum siuman, dan sekarang Queez Hotel akan dalam masalah kembali. Jika sampai berita bodoh itu tersebar.

"Quella....," suara seseorang yang sangat dikenalinya memanggilnya. Menghapus air matanya kasar, Quella sedikit terkejut karena dugaannya benar, orang yang memanggilnya ialah Elvis.

"Elvis...," gumam Quella. "Mengapa kamu bisa ada di sini?" Quella bertanya karena tidak mungkin ini hanya kebetulan, karena Elvis tipe orang yang sangatlah rajin untuk bekerja.

Dirinya juga merasa canggung, karena niatnya saat kemarin malam yang ingin menjebak Elvis. Namun sangatlah disayangkan ternyata perbuatan jahat itu, berbalik padanya.

"Mengapa mempertanyakan hal itu, jelas-jelas ini restoran ku. Sepertinya kamu terlalu lelah, sampai tidak sadar," Elvis merasa lucu akan pertanyaan yang Quella katakan.

Mendengar ucapan itu, Quella menatap sekitarnya ternyata benar tempat yang dirinya kunjungi ialah Beez Restaurant, tempat dimana usaha Elvis berjalan. Pantas saja semua menunya sangatlah sesuai seleranya. Merasa malu akan tingkahnya barusan, Quella beralasan. "Oh aku tidak sadar," ucapnya dengan biasa-biasa saja, tapi terlihat pipinya yang memerah.

"Ha... Ha... Haha....," Elvis tertawa akan tingkah Quella yang malu. "Pipi mu merah sekali," tangan Elvis mencubit pipi Quella, dan langsung mendapatkan tatapan garang dari pemilik wajah.

"Ih... Lepas," Quella melipat kedua tangannya, dan mengalihkan pandanganya. Dirinya merajuk atas ledekan Elvis padanya.

Menyudahi tawanya, Elvis segera meminta maaf sebelum Quella bener-bener marah padanya. "Maaf... Maaf.... Hanya bercanda." 

"Hm...," Quella hanya membalas dengan gumamnya saja.

Menggelengkan kepalanya atas tingkah Quella, Elvis kemudian bertanya lebih lanjut. "Lagi pula sebenernya kenapa? Aneh sekali sampai kamu baru menyadari tempat sebesar ini," Elvis bertanya karena dirinya menyadari Quella sedang banyak sekali pikiran.

"Aku diajak seseorang makan ke sini, posisiku sedang serba salah. Mungkin itu yang membuat ku tidak sadar tempat," ucap Quella yang kebingungan harus menceritakannya dari mana.

Menarik kursi yang berada di depan Quella, mereka duduk saling berhadapan satu sama lain. "Ayo katakan semuanya, mungkin ada sesuatu yang dapat aku bantu," bujuk Elvis yang menyadari bahwa masalah Quella kali ini sepertinya berat.

"Yah semuanya di mulai saat pagi tadi.....," Quella menceritakan kejadian tadi pagi saat dirinya bangun tidur. "Hingga akhirnya oma masih belum juga siuman, dan aku dengan bodohnya tidak membawa tas atau ponsel. Sekarang ini aku kebingungan harus kembali ke rumah sakit dengan bagaimana?" Quella meneteskan air matanya, meluapkan emosi yang belum selesai. Dirinya belum sanggup untuk menceritakan akan percakapannya dengan kedua orangtua Xaver.

"Shut....., sudah... Sudah tidak apa-apa," Elvis menyentuh pipi Quella, dan menghapus air mata Quella yang terus berjatuhan.

Elvis sedikit tidak menyangka karena Quella ternyata terlalu terlibat dengan keluarga Parvez. Dirinya memang mengetahui rumor yang beredar, tapi tidak memperhitungkan bahwasanya Quella bener-bener sampai terlibat jauh, bahkan ini bisa dikatakan. Jika sampai salah langkah, semuanya akan kacau balau.

Berdiri dari kursinya, Elvis dengan repleks memberikan sebuah pelukan untuk Quella. Merasakan keterpurukan dan ketakutan yang Quella rasakan. "Elvis aku tidak mau sendirian lagi....," ujar Quella sambil mengeratkan pelukannya pada Elvis.

"Tidak Quella, semuanya akan baik-baik saja," Elvis hanya memberikan ucapan penenang. Dirinya tidak mengatakan apapun, yang sebisanya akan membuat Quella berpikir buruk lagi.

Diam dalam posisi saling berpelukan selama hampir sepuluh menit. Elvis melepaskan pelukan diantara mereka, setelah tidak lagi mendengar isakan tangis dari Quella. "Sudah lebih baik," Elvis bertanya, dan mendapatkan anggukan kepala dari Quella.

"Ayo, aku juga ingin melihat keadaan Oma," ucap Elvis menghapus air mata Quella, setelahnya menggenggam tangan Quella agar mengikuti langkahnya.

Mereka bejalan bersama menuju sebuah sepeda motor. Quella melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku tidak mau naik benda itu," tunjuk Quella pada motor sport yang akan digunakan Elvis.

"Hah....," Elvis mengendus kecil, lupa akan ketidaksukaan Quella pada sepeda motor yang sepertinya masih tetap sama. "Quella, percayalah naik motor lebih baik. Masa kamu masih membenci benda keren ini. Harganya mahal bukan barang murah," Elvis secara tidak langsung memamerkan bahwa motornya ini terbilang mewah.

"Aku benci benda ini, tidak mau. Kita pakai taksi saja," protes Quella dirinya tidak menyukai sepeda motor hanya karena semasa sekolah ada yang tidak sengaja melintas saat hujan dengan kecepatan tinggi, dan semua cipratan air mengenai badannya. Semenjak itu Quella sangatlah membenci benda seperti motor ini

"Pakai taksi itu lama, lebih enak menggunakan motor. Lagi pula sudah lamakan kamu tidak merasakan menaikkan nya," Elvis berusaha membujuk Quella agar mau menuruti keinginannya. "Atau aku tinggalin mau. Kamu saja sana naik taksi. Aku tetap naik sepeda motor," ucap Elvis mutlak, dirinya sedang ingin menikmati segarnya angin.

Berdecak kesal, Quella dengan terpaksa mengambil helm yang di ulurkan oleh Elvis. Memakainya dengan asal, hingga sebuah tangan memperbaiki cara pakainya.

"Untuk perlindungan, ini harus dikunci, agar kepala mu ini tidak kenapa-kenapa," ucap Elvis dengan begitu fokus membantu Quella.

Jarak mereka begitu dekat, Quella seolah kesulitan bernapas, napas Elvis bisa dirinya rasakan. "Hei.... Malah melamun ayo," Elvis mengguncang bahu Quella pelan, dan mengajaknya untuk naik ke sepeda motornya.

Semua pergerakan mereka, tanpa sedikitpun terlepas dari pengawasan mata biru shappire seseorang. Tangannya mengepal marah, napasnya memburu, rahangnya mengeras. Menandakan kecemburuan pada kedua sejoli yang sudah melaju meninggalkan kawasan Beez Restaurant.

°°°°°

Mendapatkan sebuah pesan teks dari ibunya, Xaver yang masih bersama dengan Jad meminta untuk mampir ke sebuah restauran terlebih dahulu. Baru turun dari mobilnya saja, Xaver sudah menerima sebuah pemandangan yang membuat hatinya panas.

"Bisa-bisanya sekali," gerutu Xaver yang kesal melihat pemandangan yang terbilang cukup romantis itu.

"Tuan," Jad memanggil karena tuan mudanya terus memandangi kepergian sepeda motor, yang ditumpangi oleh Quella dan Elvis.

"Apa perlu aku hancurkan semuanya, agar dia menyadari bahwa tidak ada yang bisa membantunya kecuali diriku," ucap Xaver yang mengingat kembali apa yang sudah dirinya lakukan saat kemarin malam.

°° FLASHBACK

Merekam semua percakapan anatara Quella dan pelayanan itu. Xaver menyembunyikan dirinya saat Quella akan beranjak pergi. Menekan nomor seseorang, Xaver menghubungi Jad asistennya agar datang ke Queez Hotel ini.

"HALLO!!!?" suara Jad diseberang sana terdengar marah.

"Turunkan nada suaramu itu," ucap Xaver yang tida senang, akan nada suara yang lebih tinggi darinya.

"Eh... Tuan muda, ada apa menelepon?" ucap Jad yang menormalkan kembali nada suaranya.

"Datang ke Queez Hotel segera, secepatnya jangan lebih dari dua puluh menit," tekan Xaver yang kemudian segera menutup telepon, mengabaikan ucapan yang belum sempat dikatakan oleh asistennya itu.

"Halo.... Tu..an," Jad tentu menggerutu kesal, dirinya seharusnya sekarang sedang menikmati waktu libur. Tapi karena tuannya yang egois, membuatnya mau tak mau harus segera datang memenuhi panggilan.

Setelah merasa aman, dirinya memandangi pelayan itu. Memperhatikan gerak-geriknya yang akan bersiap menuju tempat perjamuan. Xaver mengikuti dari arah belakang dengan perlahan.

Tidak ada sebuah kecurigaan apapun, hanya sebuah kegiatan yang dilakukan pelayan itu. "Sepertinya kita tunggu saja dulu," gumam Xaver yang melihat jam perjamuan masih belum waktunya untuk dimulai.

Xaver memilih menuju lobby untuk menunggu kedatangan asistennya, yang pastinya akan kesulitan untuk masuk, jika tanpa undangan atau seseorang yang memiliki undangan yang dapat mengajaknya masuk.

Sambil melihat-lihat interior ruangan, Xaver mendapatkan sebuah pesan teks dari Jad yang tidak bisa masuk. 'Tunggu,' Xaver membalas pesan itu, dan segera menuju depan.

"Dia datang bersamaku," ucap Xaver kepada penjaga.

"Baik tuan," ucap penjaga dan mempersilahkan Jad untuk masuk ke dalam.

Berjalan kearah taman, Xaver ingin mengatakan sesuatu terlebih dahulu. "Aku ingin kamu melakukan sesuatu," ucap Xaver setelah merasa, mereka akan aman membicarakannya di tempat ini.

"Kamu membawa benda yang aku mau kan," ucap Xaver dengan tatapan menyelidik.

"Tentu tuan, saya membawakannya," Jad menganggukkan kepalanya, dirinya juga sudah melihat rekaman video yang dikirim tuannya.

Mengulurkan tangannya, Jad memberikan sebuah benda yang disimpan di dalam kotak perhiasan agar tidak dicurigai. "Bagus, memuaskan," Xaver puas apa yang dilakukan Jad.

"Awasi pergerakan pelayan itu, jangan sampai hal yang diinginkan oleh Ella terjadi," Xaver memberikan perintah.

"Baik tuan," Jad siap menjalankan rencana yang dinginkan oleh Tuannya.

Melihat arloji jam ditangannya, Xaver merasa sudah waktunya untuk jam perjamuan. "Sepertinya sudah waktunya, ayo lakukan seperti yang aku perintahkan," ucap Xaver yang berjalan lebih dulu.

"Bukankah harus aku libur," Jad sebenarnya masih belum terima, tapi tetep menerima perintah sesuai yang diinginkan oleh tuannya.

°°

Sesuai yang diperintahkan, Jad sedari tadi mengawasi pergerakan yang dilakukan oleh pelayan itu. Hingga karena dirinya yang saking fokus mengawasi, terlihat jelas pelayan itu mulai melakukan aksinya. Memasukan sesuatu ke dalam minuman itu, dan bersiap mengantarkannya.

"Melelahkan, tapi apa boleh buat," Jad berjalan setelah pelayan itu mengantarkan minuman ke meja Elvis. Ditangan kanannya juga terdapat minuman yang sangat persis dengan yang disajikan oleh pelayan itu.

Jad berpura-pura menyapa Elvis. "Hi tuan Elvis," sapa Jad sambil tersenyum ramah.

Mendapati ada yang memanggil namanya, Elvis mendongakkan kepalanya. "Oh asisten Jad, hi juga," Elvis tentu mengenalinya, sebagai asisten pribadi milik Xaver Parvez.

Tangan Elvis terulur padanya. "Oh betapa tidak sopannya saya," Jad meletakkan minumannya tepat di sisi minuman yang disajikan Elvis.

"Senang bertemu dengan anda," Jad menerima uluran tangan itu, dan sesudahnya mengambil minuman yang digunakan untuk menjebak Elvis.

Matanya tidak sengaja melihat Loretta yang juga berdiri tersenyum ramah. "Oh anda sepertinya bersama seseorang," ucap Jad melirik kearah Loretta.

"Ini pacar saya tuan, namanya Loretta," Elvis memperkenalkan Loretta, belum juga Loretta akan memperkenalkan dirinya, tapi Jad lebih dulu beranjak.

"Oh sepertinya saya menganggu, kalo begitu saya permisi," Jad segera meninggalkan dua sejoli itu, karena ditakutkan akan ada yang mencurigainya.

Elvis dan Loretta saling berpandangan bingung, tapi tidak merasakan sebuah kecurigaan apapun. "Sepertinya aneh, dan aku tidak sengaja melihat minumannya tertukar denganmu," ucap Loretta yang sedari tadi memperhatikan.

"Oh benarkah, tapi sepertinya menurutku tidak. Lagi pula hanya minuman yang disajikan kepada semua itu sama, jadi mungkin asisten Jad tidak sengaja tertukar," Elvis menjelaskan karena tidak merasakan sebuah kecurigaan apapun.

"Yah kamu benar, lagi pula hanya minuman," Loretta setuju dan tidak mempersalahkan lebih lanjut lagi.

°°

Di tempat yang lainnya, Xaver melakukan aksinya mengambil salah satu jus jeruk, kemudian membuka sebuah kotak perhiasan dan mengeluarkan isi di dalamnya yang berisikan sebuah bubuk obat tidur. Bentuknya seperti gula kesamaan saset, dan tentunya persis seperti yang digunakan di perjamuan Queez Hotel ini.

Setelah aman dengan yang dilakukanya, Xaver berjalan menuju tempat keberadaan Quella. Langkahnya semakin mendekat dengan jus jeruk di tangannya, seolah baru tersadar dengan penampilan Quella malam ini yang begitu memukau.

"Gorgeous," puji Xaver yang terpesona akan penampilan Quella saat ini, dengan dress merah maron yang menyala, membuatnya terlihat panas sekali.

Menyapa sambil memberikan sindiran pada Quella, tidak menyaka bahwa Quella sangatlah mudah tersulut emosi. Bahkan Xaver dengan sengaja menghalau arah pandang Quella yang terus memperhatikan ke arah Elvis.

Tanpa merasa curiga sedikitpun Quella meminum habis terus duduk yang dibawakan Xaver. 'Oh ya, habisan semuanya dan mulailah tertidur,' batin Xaver, menaikan sudut bibirnya akan apa yang dilakukan oleh Quella.

Beberapa menit kemudian Xaver dapat melihat dengan jelas obat itu akan beraksi. Quella yang berjalan menjauh menuju toilet, Xaver mengikuti langkahnya dari belakang dengan sangat santai.

Sebelum Quella terjatuh, Xaver dengan cepat menggapai tubuhnya. Menggendongnya ala bride style, Xaver melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang tentunya sudah disiapkan olehnya.

Terdapat Jad yang sudah berdiri di depan pintu, dengan sebuah paper bag di tangannya. Membukakan pintu untuk tuannya, Xaver masuk ke dalam untuk meletakkan tubuh Quella yang tertidur di atas kasur.

Jad hanya menunggu di depan pintu menunggu urusan tuannya selesai. Xaver mengahampiri asistennya, dan mengambil paper bag di tangan Jad. "Jangan sampai ada jejak yang terlihat," ucap Xaver yang kemudian langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.

Mengelus dadanya dengan sabar, Jad kemudian melakukan kembali apa yang diinginkan tuannya.

°°

Seperti yang direncanakan oleh Xaver, dirinya mengganti baju yang dikenakan oleh Quella dengan baju tidur yang senada dengannya. Melihat jam sudah tengah malam, menarik selimut untuk Quella.

"Good night, dan kamu pasti akan terkejut dengan kejutan yang aku berikan untukmu besok hari," ucap Xaver dengan seringai di wajahnya.

Kepercayaan akan rencananya berhasil, membuat Xaver senang bukan main. Merebahkan tubuhnya di sofa, kemudian memejamkan matanya. Xaver bersantai karena memang Queez Hotel menyediakan kamar agar bisa digunakan untuk orang-orang yang memang ditunjukkan untuk menikmati fasilitas dari Queez Hotel

Membayangkan semuanya akan sesuai dengan rencananya. Membuat Xaver tersenyum kecil dalam tidurnya, hanya menunggu waktu semuanya akan tepat sasaran.

°° Flashback end

"Tuan," panggilan dari Jad, membuat Xaver kembali tersadar dari lamunannya. Wajahnya yang masih tersulut emosi, padahal Xaver sudah melakukan hal yang merepotkan. Bahkan Xaver tidak mengira bahwa Quella akan mendapatkan sebuah tamparan.

"Lakukan rencana yang aku lakukan, tapi jangan dulu disebar luaskan. Pertama-tama berikan berita itu kepada Omanya terlebih dahulu," pinta Xaver mengingkan berita akan Quella yang berniat menjebak Elvis terkuak, tapi Xaver akan merevisinya dengan judul Quella akan menjebaknya bukan Elvis.

Jad hanya diam mendengarkan, tuannya terlihat jelas sedang dalam cemburu buta. "Baik tuan, apa ada lagi? Atau perlu saya kirimkan juga kepada nona Quella," ucap Jad.

"Tidak biarkan Omanya terlebih dahulu yang mengetahuinya," Xaver merasa puas akan rencana yang akan dilakukannya.

"Tinggal menunggu, waktu dimana kamu datang sendiri kepadaku," gumam Xaver yang kemudian berbalik masuk ke dalam restauran untuk mencari keberadaan ibunya.

Jad berdiri bernapas dengan kasar, akan apa yang di rencanakan oleh Tuannya. "Saya harap anda tidak kecewa akan hasil atas perbuatan yang dilakukan," ujar Jad yang merasa bahwa ini salah. Bagiamana nanti jika nona Quella tau bahwasanya Tuan muda orang dibalik ini semua.

"Tentu semua itu bukan urusanku, ayo Jad fokus. Tugas mu hanya bekerja," Jad langsung melangkah kakinya mengikuti Tuannya masuk. Kepala dibuat pusing saja, jika harus memikirkan ini itu.

•••••

TBC

JANGAN LUPA VOTE

1
@Biru791
mau lanjut gak nih thour
Ochi Mochi
sya sdahin aza bacanya sya kira ela sudah mulai suka sma xavir
Ochi Mochi
kpan ella sdar kok ini kayak gak ada harga dri y si lelaki.
Anggi Puspita
ada yg tau komik Serena ga...mirip bgt cerita nya..TPI ga mirip²kli sii cmn ada kesamaan
shaqila.A
halo kak, ka ini serius gantung gitu? padahal seru, aku pengen tau endingnya huhu
Alan
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Flynn
Author, aku jadi pengen jalan-jalan ke tempat yang kamu deskripsikan di cerita ini 😍
Hairunisa Sabila
Gak nyangka endingnya sekeren ini, terima kasih udah bikin aku senang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!