Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebelas
Kalista Aldara,mulai hari ini panggilannya berubah menjadi Aldara.Setelah mengumpulkan formulir ekskul ke ruang OSIS bersama Aldo,ia memilih untuk langsung pulang. Keduanya kini tengah berjalan di koridor menuju ke parkiran.
"Pulang sama siapa Al?",tanya Aldo pada Aldara.
"Sendiri,"jawabnya.
"Lo bawa kendaraan atau naik angkutan umum?"
"Gue bawa sepeda,"jawab Aldara.
"Oh,yaudah kita pisah di sini,gue mau ambil motor di sebelah sana,"ujar Aldo, laki-laki itu melambaikan tangan padanya lalu pergi menuju ke parkiran motor.Di sekolahnya memang ada parkiran khusus motor dan mobil,juga ada parkiran khusus untuk menyimpan sepeda.
Aldara memakai Hoodie di kepalanya agar sinar matahari tidak terlalu terkena pada kulit wajahnya.Ia mengambil sepeda-nya lalu menggayuhnya menuju ke luar area sekolah.
Setelah berada di luar gerbang sekolah ia memakai masker terlebih dahulu debu dan asap kendaraan di cuaca panas seperti ini memang sangat menganggu pernapasannya.Ia kembali menggayuh sepedanya,karena cuaca cukup terik,ia memilih untuk melalui jalan pintas menuju rumahnya.
Setibanya di jalan yang cukup sepi, tiba-tiba suara gaduh terdengar dari kejauhan.Ia menghentikan laju sepedanya dan berhenti di pinggir jalan,ia merasa suara gaduh yang ia dengar semakin mendekat ke arahnya.Dalam sekejap Aldara sudah berada di antara segerombolan laki-laki yang sedang baku hantam.
Sialan! Gue kejebak di tengah orang tawuran.
"Woy,Bang*at!"
"Jangan lari Lo!"
Teriakan demi teriakan bersahutan bersamaan dengan suara pukulan.Di daerah ini memang ada beberapa sekolah yang berdekatan,dan pasti tiap sekolah memiliki anak-anak nakal seperti ini.Jadi tidak heran jika ada masalah sedikit langsung tempur di jalanan.Dan sialnya hati ini ia terjebak diantara dua sekolah yang saling menyerang.
Dengan keberanian yang ia punya,dirinya kembali menggayuh sepedanya."Permisi,gue numpang lewat,"ujarnya berusaha melipir keluar dari kerumunan.Untungnya diantara mereka tak ada orang gila yang membawa senjata tajam,mereka bertarung menggunakan sabuk atau tangan kosong.
Aldara menarik napas,mencoba untuk bersikap tenang.Ia harus segera keluar dari kerumunan berandalan ini.
Aldara goyah,ia hampir saja terjatuh saat seseorang menendang begian belakang sepeda-nya,ia mencoba menarik napasnya.Berusaha untuk tenang dan tidak terbawa emosi.
Ia mengedarkan pandangannya,mencari titik celah agar dirinya bisa keluar dari sana.Ia tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi di sini, bisa-bisanya ia jadi korban salah sasaran.
Matanya berbinar ketika mendapatkan celah agar bisa keluar dari sana.Baru saja ia akan menggayuh sepedanya,sebuah kepala sabuk tiba-tiba mengenai pelipisnya.Sabuk itu tidak terlalu keras mengenainya,meski ia meringis karena merasakan perih.Ia lalu mengusap pelipisnya yang tadi terkena sabuk,ia merasa sesuatu yang basah di sana.Matanya terbelalak melihat cairan merah yang berada di tangannya,sial pelipisnya terluka karena sabuk itu.
Ia menoleh untuk mencari tahu siapa yang sudah melukai pelipisnya itu.Ia menatap tajam beberapa orang yang memegang sabuk,ia tidak tau pasti sabuk siapa yang mengenainya tadi.
Semenjak melakukan perawatan,ia paling benci jika kulit wajahnya tergores atau terkena debu,ia pikir semua perawatan yang ia lakukan akan sia-sia jika kulitnya masih saja kusam atau terdapat bekas luka.
"Woy!"
Aldara menoleh m,ia melihat seorang laki-laki menghampirinya.
"Cewek! Lo ngapain disini?Bahaya tau!", ujar laki-laki itu.
Aldara menatap laki-laki itu,entah kenapa ia merasa seperti pernah melihat dia,tapi dimana? Atau mungkin hanya perasaannya saja?
Laki-laki itu lalu mengantarkan Aldara keluar kerumunan, melindungi tubuhnya yang hampir terkena pukulan salah sasaran dengan cara setengah memeluk,beberapa kali laki-laki itu menangkis setiap pukulan yang hampir mengenainya.Ia melihat seragam yang dipakai laki-laki itu,jelas dia bukan dari sekolahnya.
"Setelah dari sini,Lo langsung pergi ya,"ujar laki-laki itu.
Beberapa meter lagi menuju keluar kerumunan, tiba-tiba ada yang menarik rambutnya dari belakang.Kalau saja tubuhnya tidak ditahan oleh laki-laki itu,mungkin ia sudah terjatuh ke belakang bersama sepedanya.Tapi untungnya tidak,hanya ikatan rambutnya yang terlepas sehingga rambut panjangnya terurai.
"Dia cewek dari sekolah Lo,bego!",ucap laki-laki disampingnya pada pelaku yang menarik rambutnya.Ia lalu menendang keras kaki orang yang menjambaknya hingga terjungkal.
"Lo bisa keluar sekarang,gayuh sepedanya lebih cepet ya! Gue takut ada yang ngejar Lo!",ujar laki-laki itu.
Setelahnya laki-laki itu kembali masuk kedalam kerumunan dan kembali bertarung di arena yang semakin memanas.Aldara bukannya beranjak pulang,ia malah bergeming di tempat.Ia menoleh ke samping,memandang dirinya pada pantulan kaca jendela sebuah toko.
Pelipis yang berdarah karena terkena ujung sabuk,serta rambut yang acak-acakan seperti singa.Aldara tidak pernah merasa sejelek ini semenjak melakukan perawatan rutin di rumah,ia menyisir rambut panjangnya dan merapihkan ya.Setelah itu ia bersiap untuk segera pergi dari sana.
Baru saja ia akan mengayuh sepedanya sebuah batu menghantam pelipisnya yang terluka,karena lemparan batu itu luka di pelipisnya semakin deras mengeluarkan darah.Amarah yang sedari tadi ia tahan akhirnya tak bisa ia tahan lagi.
"Sialan!",umpat Aldara,ia membawa sepeda agak jauh dari tempatnya semula,lalu ia memarkirkannya.
Ia berbalik menatap segerombolan laki-laki itu dengan tatapan mengerikan,apa yang dilakukan mereka membuat singa dalam diri Aldara terbangun.Ia meregangkan tubuhnya seolah sedang melakukan pemanasan sebelum bertarung.
Awas Lo bocah-bocah sialan!
Aldara membenarkan posisi maskernya,lalu ia menutupi kepalanya dengan Hoodie.Dengan langkah tegap ia berjalan memasuki kerumunan laki-laki itu.Ia dengan lihai berhasil menghindari serangan yang mengarah padanya.Tak peduli anak sekolahnya atau anak sekolah lain,ia akan membalas perbuatan mereka yang telah membuat luka diwajahnya.
Sambil menghindari serangan,ia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang tadi menarik rambutnya.Setelah menemukan sosok yang dimaksud,ia segera menghampiri laki-laki itu dan menarik kerah laki-laki itu dengan kencang sehingga dia tersungkur kebelakang.Laki-laki itu meringis ketika tubuh bagian belakangnya menghantam panasnya aspal.Itu balasan karena sudah menarik rambutnya.
Aldara menatap beberapa orang yang tengah memegang sabuk,tak peduli siapa pelakunya,ia akan menghajar mereka.Ia menghampiri beberapa orang yang memegang sabuk itu dan melawannya.Dengan keahliannya dalam bela diri tentu dengan mudah ia melumpuhkan lawannya.
Setelah berhasil melumpuhkan sekitar tujuh orang laki-laki,ia menemukan kedua tangannya.Ia bertarung hanya berniat membalas orang-orang yang sudah melukainya.Namun,Aldara lupa berandalan seperti mereka pasti memiliki solidaritas tinggi,jika ada kawannya yang luka pasti mereka akan membalasnya.
Tanpa di duga, seseorang kembali menarik rambutnya dari belakang, laki-laki itu menatapnya dengan tatapan tajam.Ia lalu menarik tangannya menuju ke tengah kerumunan.
"Sebenarnya gue gak suka nyerang cewek! Tapi karena Lo dengan suka rela masuk ke sini,itu artinya gak ada pengecualian,"ujar laki-laki itu.
Aldara merapihkan pakaiannya,sehingga tidak ada yang mengenali identitasnya.Yang tadi ia serang adalah murid dari kedua sekolah itu.Ia memang tidak akan pandang bulu kalau sudah menyerang, prinsipnya jika ada yang mengganggunya maka dia adalah musuhnya.
Ia memekik ketika ada seseorang menarik kembali rambutnya."Sialan! Lo udah bikin temen gue pingsan!",ujar laki-laki itu dengan amarah.
Aldara meraih memegang tangan yang menarik rambutnya.Ia meremas dengan kuat tangan laki-laki itu,sehingga sang empunya mengerak kesakitan.Ia melepaskan tangan itu saat laki-laki itu memohon-mohon.
Seketika tawuran itu terhenti, semuanya tatapan kini tertuju pada Aldara.Ia menatap satu-satu persatu keruman laki-laki itu,lalu berkata.
"Gue sebenernya gak suka nyakitin orang kayak gini,tapi kalian udah berhasil bangkitkan iblis dari diri gue,jadi jangan salahin gue kalau kalian terluka,"ujar Aldara dengan menekan setiap kata-katanya.
Dalam sekejap, tawuran antar sekolah berubah menjadi seperti arena pertarungan.Beberapa laki-laki berusaha melawan Aldara,tentu saja ia juga melawan mereka.Ia membabat secara brutal laki-laki yang akan melawannya,mereka sudah salah memilih lawan.Meski Aldara perempuan,dia sudah menguasai berbagai teknik bela diri sejak kecil.
Beberapa orang sudah terkapar tak berdaya setelah melawannya,sebagain lainnya mulai menyingkir dan meras takut dengan Aldara.Hanya tersisa satu orang yang kini maju dan berhadapan dengan, laki-laki itu orang yang tadi menolongnya.
Laki-laki itu mulai menyerangnya,tentu Aldara tak tinggal diam.Ia memukul perut laki-laki itu sehingga terdorong ke belakang.Ia cukup takjub,karena laki-laki itu tidak mudah dikalahkan seperti teman-temannya.
Laki-laki itu bersiap untuk menyerangnya lagi,dengan sigap ia menghindar.Namun naas,ia salah membaca taktik laki-laki itu,sebuah pukulan mengenai pipinya.Ia meringis,namun ia tak gentar.Justru pukulan itu semakin membuat iblis dalam dirinya keluar.
Ia maju,mendorong laki-laki itu dengan sekuat sehingga terjungkal.Aldara menduduki dada laki-laki itu dengan sebelah tangan mencengkram kuat kerah seragamnya dan sebelah tangannya lagi mengayun ke udara bersiap untuk menghajar laki-laki itu.Tapi, tangannya tertahan diudara,meski iblis dalam dirinya berbisik untuk segera menghabisi laki-laki ini,ia masih memiliki hati nurani.
Aldara masih tau membalas budi,ia menatap tajam laki-laki itu.
"Bubarin sekarang!", ucapnya dengan tegas.
Laki-laki itu menatapnya dengan wajahnya terkejut juga napasnya yang tersengal akibat bertarung.Dia menatap mata gadis diatasnya,ia mengangkat tangannya dan mengibaskannya ke arah teman-temannya,seakan tanda jika mereka harus bubar.Segerombolan laki-laki itu menurut,perlahan mereka menjauh dari sana.
Laki-laki itu masih menatap Aldara dengan tatapan yang sulit diartikan, sedetik kemudian ia tersenyum miring."Menarik!"
Aldara berdecih,ia lalu melepas cengkeramannya pada kerah laki-laki itu.Ia bangkit lalu meninggalkan laki-laki yang masih terkapar itu.