Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Pelarian 2
Sudah dua hari lamanya Lin Tian bersama Zhang Qiaofeng terus melakukan perjalanan kearah selatan. Akan tetapi perjalanan kali ini berbeda dengan sebelumnya yang dilakukan dengan berlari cepat, saat ini mereka berdua melakukan perjalanan dengan berjalan kaki dikarenakan tubuh mereka yang sudah terluka terutama sekali Lin Tian.
Pagi hari itu terlihat Lin Tian dan Zhang Qiaofeng masih tertidur lelap di bawah sebuah pohon rindang yang menjulang tinggi, mereka terbangun karena terkejut dengan kokok ayam hutan dan nyanyian burung-burung liar yang suaranya memecah kesunyian hutan tersebut.
"Huaaa...."Zhang Qiaofeng menguap lebar sambil menggerakkan tubuhnya yang kaku.
Sedangkan Lin Tian sudah bangkit berdiri dan hendak berjalan pergi dari situ, namun langkahnya terhenti oleh pertanyaan Nona mudanya.
"Tian'er kau mau pergi kemana?"
"Saya ingin pergi kesungai dekat sini Nona, untuk membasuh wajah sekaligus mencari ikan untuk sarapan kita."
"Aku ikut!!" Jawab Zhang Qiaofeng sambil melompat berdiri.
"Tidak perlu Nona, anda sebaiknya beristirahat dahulu disini."
"Tidak, pokoknya aku ikut!! Tubuhmu sudah terluka seperti itu, dan sekarang tak ada orang lain yang bisa menjagamu selain aku. Jika kau tidak sengaja terpeleset lalu tenggelam bagaima!? Jika bukan aku yang menolongmu lalu siapa lagi!?? Pokoknya aku ikut, ayo!"
Lin Tian hanya mengehela nafas berat, jika Nona mudanya sudah seperti ini tak mungkin ada orang lain yang bisa mengehentikannya selain ibunya sendiri. Dasar keras kepala, pikir Lin Tian.
"Baiklah, mari lewat sini Nona."
Beberapa menit berlalu akhirnya mereka sampai disebuah sungai yang cukup lebar dengan dihias batu-batu hitam di kanan kiri sungai. Di ujung sana terlihat sebuah air terjun yang menjulang tinggi, percikan airnya yang bertemu dengan sinar matahari pagi membentuk sebuah pelangi yang menambah keindahan tempat itu.
"Waaahh...indah sekali." Gumam Zhang Qiaofeng kagum.
Lin Tian tak menghiraukannya, anak ini berjalan menuju tepi sungai lalu berjongkok dan langsung membasuh mukanya dengan air segar tersebut. Sensasi dingin dirasakan oleh wajah Lin Tian yang penuh dengan luka itu.
Setelah beberapa kali membasuh muka, dia bangkit berdiri dan mencabut pedangnya bersiap untuk mencari dan menangkap ikan-ikan yang lewat.
Tiba-tiba dari arah belakang terasa oleh Lin Tian sebuah angin tajam yang mengarah padanya, kemudian...
"Scraash...scraasshh"
Dua buah pisau tipis melesat cepat dan sudah menusuk dua ekor ikan yang sedang berenang di dekatnya, tanpa pikir panjang lagi Lin Tian lalu mengambil dua ikan itu dan dibawanya menuju Zhang Qiaofeng.
"Lemparan pisau anda sungguh hebat Nona." Puji Lin Tian dengan nada takjub kepada Zhang Qiaofeng. Memang dua buah pisau tipis tadi adalah milik Zhang Qiaofeng yang gadis ini lempar dari kejauhan.
Melihat dua buah pisau itu tepat mengenai sasaran apalagi dua ekor ikan itu sedang berenang cepat, menunjukkan bahwa kejelian mata gadis ini sungguh luar biasa.
"Hehehe....ternyata kau baru tau." Ucap Zhang Qiaofeng sambil bertolak pinggang dan membusungkan dadanya, dia merasa bangga kepada diri sendiri setelah mendengar pujian Lin Tian tersebut.
"Memang aku tau kalau ada dua ekor ikan yang lewat di depanmu, tapi aku tak pernah menyangka bahwa lemparanku akan mengenainya, jadi bisa dibilang semua ini hanya kebetulan hihihi." Kata Zhang Qiaofeng yang tentu saja untuk menjaga harga dirinya, dia tidak mengatakannya langsung kepada Lin Tian namun hanya berkata dalam hati.
"Baiklah, ayo buat api unggun dan isi perut kita." Akhirnya inilah perkataan yang keluar dari mulut Zhang Qiaofeng.
Lin Tian hanya menurut saja dan pergi mencari beberapa ranting kering untuk dibakar dan dijadikan api unggun.
*******
Ketika Lin Tian dan Zhang Qiaofeng sedang sibuk membuat sarapannya, tiba-tiba telinga mereka mendengar suara derap kaki kuda dari jauh yang lambat laun kian mendekat kearah mereka.
Lin Tian dan Zhang Qiaofeng langsung berdiri dan mencabut senjata masing-masing, mereka tidak bisa memastikan apakah yang datang kali ini adalah kawan atau lawan sehingga mereka memilih untuk bersikap hati-hati dan waspada.
Baru saja tangan mereka memegang senjata, terlihat bayangan berkelebat sangat cepat menuju ke arah tempat itu.
"Creepp"
Api unggun yang mereka buat langsung berhamburan akibat terjangan bayangan tersebut. Setelah dilihat lebih teliti, ternyata bayangan tersebut adalah sebuah anak panah yang ditembakkan oleh seseorang dari jarak jauh.
"Cihh...meleset."
Tak disangka ternyata rombongan berkuda tadi sudah sampai di hadapan mereka. Rombongan itu terdiri dari tiga orang berkuda yang melihat dari pakainnya, mereka semua adalah seorang pendekar.
"Itu dia!! Nona muda keluarga Zhang beserta pengawalnya, seraang!!" Ucap salah satu dari mereka sambil menggerakkan kudanya menghampiri Lin Tian dan Zhang Qiaofeng.
Lin Tian yang merasa sangat marah karena sarapannya sudah dirusak oleh mereka lalu mengambil segenggam ranting api unggun yang masih terbakar dan melemparkannya kearah kuda tersebut.
Kuda itu nampak kaget, dia hendak menghindar namun terlambat, ranting itu sudah mendarat di dadanya dan mulai membakar dirinya. Kuda itu meringkik kepanasan dan meloncat-loncat kesana kemari.
Spontan penunggang kuda itu langsung melompat turun, akan tetapi baru saja kakinya menginjak tanah, dadanya sudah ditembus sebuah anak panah yang ujungnya masih terbakar. Orang ini berteriak kesakitan lalu berkelojotan dan mati seketika.
Anak panah itu adalah anak panah yang telah merusak api unggun tersebut dan digunakan oleh Lin Tian untuk mengakhiri nyawa orang si penunggang kuda.
"Bangsaat!!" Teriak dua orang penunggang kuda lain dengan kemarahan yang memuncak. Mereka lalu membedal kudanya dan langsung menyerang Zhang Qiaofeng dan Lin Tian.
Namun dengan gerakan cepat dan indah, Zhang Qiaofeng sudah meloncat ke atas dan menedang kepala dua orang tersebut, membuat mereka terjatuh dari kuda masing-masing.
Kemudian secepat kilat Lin Tian langsung menggerakkan pedangnya menggorok leher dua orang tersebut yang belum sempat bangkit dari tanah akibat terjatuh dari kuda.
"Hmphh!! Ternyata hanya kroco rendahan!" Sambil bertolak pinggang Zhang Qiaofeng memandangi mayat mereka dan berkata.
Setelah berhasil membunuh mereka, Lin Tian langsung melompat menuju kedua kuda tersebut yang lari kesana kemari akibat ketakutan. Dia lalu menarik tali kemudi kedua kuda itu dan menenangkan mereka.
"Nona, sekarang kita punya kuda, ini sangat bagus untuk perjalanan kita." Teriak Lin Tian dari kejauhan kepada Zhang Qiaofeng yang masih mengomel tidak jelas kepada dua mayat itu.
"Eh? oh...bagus sekali Lin Tian." Zhang Qiaofeng berkata sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.
"Ayo kita pergi Nona, keberadaan kita disini sudah diketahui."
"Tapi aku masih lapar..."
"Nyawa kita lebih penting Nona, Kita harus bergegas." Ucap Lin Tian sembari melompat naik kepunggung salah satu kuda.
Dengan kepala tertunduk lesu Zhang Qioafeng menghampiri Lin Tian dan melompat naik pula kepunggung kuda satunya.
Pagi itu dengan perut yang masih kosong, mereka kembali melanjutkan perjalanan panjang untuk lari dari para kejaran musuh.
*******
Baru tiga puluh menit lamanya mereka melakukan perjalanan dengan menunggang kuda, tiba-tiba kepala kuda milik Lin Tian tertembus oleh sebuah paku hitam yang entah datang dari mana. Kuda itu langsung roboh begitu juga Lin Tian yang langsung terlempar kedepan.
"Tian'er!!" Zhang Qiaofeng menghentikan laju kudanya dan menengok kearah Lin Tian.
Belum sempat Lin Tian bangkit, dari arah belakangnya kembali meluncur beberapa paku hitam. Kali ini yang menjadi incarannya adalah Zhang Qiaofeng.
Zhang Qiaofeng lalu menggerakkan lengan bajunya dan keluarlah beberapa pisau tipis yang langsung meruntuhkan paku-paku itu.
"Ck...apalagi sekarang?" Gumam Zhang Qiaofeng yang kesal karena musuh terus berdatangan.
Beberapa saat kemudian munculah tujuh orang yang kesemuanya terdapat sebuah pedang menggantung dipunggungnya.
"Nona muda Zhang menyerahlah!! Kau tak akan bisa lari lagi." Ucap salah satu dari mereka dengan garang.
"Heh!! Punya hak apa kau hendak mengaturku!??" Balas Zhang Qiaofeng yang tak kalah galaknya.
Karena gadis ini sudah merasa lelah dan malas untuk terus bertarung, dia lalu mengelurakan sesuatu sebesar buah anggur dari balik sakunya. Ini adalah sebuah bom asap yang akibatnya dapat membuat mata perih dan menyesakkan nafas, benda ini sangat cocok untuk melarikan diri.
Lantas mengapa Zhang Qiaofeng tidak meggunakan benda ini dari kemarin? Karena dia hanya punya satu, sehingga gadis ini hanya akan menggunakan benda ini jika memang dalam situasi yang mendesak seperti sekarang ini.
"Makan ini" Zhang Qiaofeng berkata sambil melemparkan bom itu kearah mereka bertujuh, lalu secepat kilat tangannya sudah mencengkram kerah baju Lin Tian dan melemparkan anak itu ke punggung kudanya. Langsung saja dia membedal kudanya dan melarikan diri dari tempat itu.
"Sialaan!! uhuk...uhukk...berhenti kaliaaann!!" Teriak salah satu dari mereka dengan suara serak akibat asap yang ditimbulkan dari bom tersebut.
Zhang Qiaofeng tak memepedulikan itu dan terus melajukan kudanya.
*******
Setelah mereka berlari cukup jauh dari tempat tadi, Lin Tian tiba-tiba berkata. "Nona, asap tadi saya rasa hanya akan bertahan sementara, sebentar lagi mereka pasti akan segera menyusul kita."
"Aku tau, karena itulah kita harus cepat mencari tempat bersembunyi."
"Harus ada yang menahan mereka agar salah satu dari kita bisa selamat Nona."
Tiba-tiba Zhang Qiaofeng langsung menghentikan kudanya.
"Apa maksudmu Lin Tian!!" Zhang Qiaofeng membentak sambil melemparkan tatapan tajam kearah Lin Tian.
"Maaf Nona."
Setelah berkata demikian, sekali tangannya bergerak, Lin Tian sudah menotok jalan darah Zhang Qiaofeng yang membuat gadis itu lumpuh seketika dan jatuh terlungkup di atas punggung kuda.
Kemudian Lin Tian melompat turun dan menjura sambil berkata. "Sekali lagi maaf Nona, ini saya lakukan demi keselamatan anda. Seperti yang sudah saya katakan, harus ada seseorang yang menahan mereka agar salah satu dari kira bisa selamat, biarlah saya yang akan menjadi perisai untukmu Nona seperti sumpahku beberapa waktu lalu."
"Tidak!! kita akan selamat bersama-sama, cepat naiklah dan kita pergi dari sini!!" Perintah Zhang Qiaofeng dengan panik, khawatir kalau Lin Tian benar-benar akan pergi menghadang mereka seorang diri.
"Maaf Nona" Setelah berkata demikian, Lin Tian menendang bokong kuda itu dengan keras. Karena merasa kesakitan kuda itu meringkik dan langsung lari cepat membawa Zhang Qiaofeng yang masih lemas dalam keadaan tengkurap.
"Tidak...jangan Lin Tian, kembali kau!! Lin Tiaaaann!!!" Teriak Zhang Qiaofeng yang pergi semakin jauh.
Lin Tian hanya tersenyum lebar dan melambaikan tangan sambil berteriak. "Tetap hiduplah Nona!! Jangan sia-siakan pengorbanan kami semua."
Kemudian bayangan Zhang Qiaofeng bersama kuda itu benar-benar lenyap dibalik rimbunnya pohon hutan tersebut.
Lin Tian menghentikan lambaian tangannya, dia masih berdiri termenung di tempatnya memandangi kearah perginya Zhang Qiaofeng. Tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya.
"Maaf beribu maaf Nona karena saya telah melakukan semua ini, tapi entah kenapa saya merasa anda tidak akan mati hari ini dan akan masih tetap hidup hingga hari esok. Hanya anda seoranglah satu-satunya harapan keluarga Zhang saat ini, semoga anda sehat selalu dan dimasa depan kelak kita bisa berjumpa kembali. Selamat tinggal...Nona." Ucap Lin Tian dalam hati yang sebenarnya juga sangat enggan untuk berpisah dengan Nona mudanya.
Lalu Lin Tian cepat mengusap air matanya dan langsung membalikkan tubuh untuk menghadapi tujuh orang pendekar itu.
*******
"Trangg-trang"
Terdengar suara benturan senjata yang sangat nyaring memecah kesunyian hutan tersebut.
Ternyata benar dugaan Lin Tian, setelah dia dan Nona mudanya berpisah, baru lima belas menit Lin Tian berlari menuju arah sebaliknya dia sudah berhadapan dengan para pengejar itu.
Akan tetapi sepertinya Lin Tian terlalu menganggap tinggi ketujuh pendekar itu, dia mengira jika ketujuh pendekar itu memiliki kemampuan yang hebat ternyata kenyataannya kemampuan mereka jauh lebih lemah dibanding para penyerang kediaman pemimpin keluarga Zhang waktu itu. Bahkan bisa dibilang kemampuan individu dari ketujuh pendekar tersebut sedikit lebih lemah dibandingkan Lin Tian.
Tapi karena mereka menyerang bertujuh dan Lin Tian hanya seorang diri ditambah dengan keadaan yang terluka, repot juga dia menghadapi pengeroyokan itu. Saat ini Lin Tian baru berhasil membunuh empat orang dari mereka dan masih tersisa tiga orang.
"Jangan lari terus bocaahh!!" Bentak salah satu dari tiga orang tersebut.
"Kau harus membayar mahal atas kematian rekan-rekan kami!!" Sahut seorang lainnya.
Lin Tian tidak menghiraukannya dan terus berlari kearah timur, Lin Tian tidak tau kemana arah tujuannya saat ini yang jelas dia hanya ingin menjauhkan para pengejar itu dari Nona mudanya.
Setelah beberapa saat berlari, sampailah ia di depan sebuah jurang yang lebar dan dalam. Namun Lin Tian tidak takut atau panik, malah dia merasa lega karena terpikirkan satu rencana yang terbilang cukup curang untuk seorang pendekar sepertinya, tapi karena saat ini situasinya benar-benar terdesak dan tidak menguntungkan maka mau tak mau dia akan menggunakan rencana itu.
Tak berselang lama, sampailah ketiga pendekar itu.
"Heh bocah, sepertinya kau sudah tak bisa lari lagi ya...hahaha!!"
"Sebentar lagi kau akan mati bocah, jangan lupa sampaikan salamku kepada pemimpin keluarga Zhang di alam sana hahaha!!"
Ketiga pendekar itu sontak tertawa bersama-sama merendahkan Lin Tian yang terlihat sudah terpojok.
"Hm...kita lihat siapa yang akan mati hari ini. Majulah kalian!!" Bentak Lin Tian yang sudah siap dengan pedangnya.
Tanpa mengunggu lama lagi, salah seorang dari mereka langsung melompat maju dan mengirimkan serangan maut. Hal inilah yang diinginkan Lin Tian, ketika pendekar itu sudah dekat dengannya, Lin Tian menghindar dari serangan dengan cara menyelinap di antara kedua kaki pendekar tersebut.
Pendekar itu terkejut, namun sebelum hilang rasa terkejutnya, Lin Tian sudah berdiri dengan kedua tangan sebagai tumpuannya dan menendang punggung orang itu dengan pengerahan tenaga dalam.
"Deess"
Kaki Lin Tian berhasil mengenai punggung orang itu yang membuatnya terpental dan jatuh kedalam jurang.
"Aaaaaaarrrrggghhh!!" Terdengar jerit mengerikan dari orang yang jatuh itu. Kemudian suara itu terdengar makin jauh dan akhirnya menghilang.
Kedua orang yang masih tersisa itu berdiri dengan muka pucat dan badan menggigil, jika seperti ini kemungkinan besar mereka tidak akan mati di pedang Lin Tian tetapi akan mati jatuh kedalam jurang.
"Bagaimana?? Kalian ingin mencoba?" Ucap Lin Tian dingin yang sudah bangkit berdiri.
"Bajingaaaannn!!"
Bersama-sama kedua orang itu lalu mengeroyok Lin Tian. Namun setelah seperempat jam berlalu, Lin Tian berhasil merobohkan mereka dengan satu orang ia jatuhkan kedalam jurang dan satu lagi ia tusuk jantungnya.
"Hahh....hahh....hah...." Nafas Lin Tian memburu dengan wajah pucat. Luka ditubuhnya semakin parah akibat pertempuran kali ini. Karena tubuhnya sudah terlalu letih, ia akhirnya roboh pingsan di tepi jurang itu.
|•BERSAMBUNG•|