Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Athariq Satya Syailendra
Beberapa jam sebelum kedatangan Athariq.
"Ibu kenapa sih? Kok dari tadi wajahnya cemberut gitu?" tanya Athariq yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Sepulangnya dari rumah sakit tadi, memang wajah Azura tampak selalu ditekuk masam. Sementara Arkandra sudah kembali ke kantor sebab ia ada pertemuan penting. Bahkan pertemuan Athariq dengan pihak rumah sakit Husada pun terpaksa ditunda akibat kecelakaan itu.
Azura menghela nafas panjang. Kemudian ia melirik Athariq.
"Ibu tuh heran, kamu kok susah banget sih dapetin jodoh. Padahal kamu nggak ada trauma kayak ayah dulu. Kalo ayah dulu kan kamu udah tau sendiri ceritanya kenapa sampai Aunty Kencana turun tangan jodohin ibu dan ayah, ya karena masa lalunya itu. Lah kamu Riq, kok kamu belum mau nikah. Susah juga dicariin jodoh. Sekalinya ketemu yang ibu suka dan ibu rasa pas, eh malah istri orang. Kenapa nggak ibu tuh bete tau. Padahal tadi ibu udah ancang-ancang mau lamar Ariana, eh taunya dia dah punya suami. Naseeeb ... Naseeeeb ... " cerocos Azura panjang kali lebar kali tinggi. (Rumus volume kali ah. 😂)
Athariq memutar bola matanya malas.
"Namanya bukan jodoh. Gitu aja kok pake ribet," ketus Athariq.
"Lah, jadi jodoh kamu siapa dong?" Bibir Azura mencebik.
"Ya mana Ariq tau lah, Bu. Kalau Ariq tau, udah Ariq bawa kemari biar nggak selalu ditanya 'kapan kawin'?" Athariq mengangkat jarinya ke samping kepala dan menggestur tanda kutip. "Nikah aja belum, udah ditanya kapan kawin. Aneh!"
Azura terkekeh. Kemudian ia mengusap puncak kepala sang putra.
"Oh ya, kaki kamu nggak papa kan? Bisa dibawa pergi agak jauh nggak? Tenang aja, nggak disuruh nyetir kok. Entar pak Antok yang nyopirin."
"Emangnya ibu mau minta aku ke mana?"
Azura tersenyum lebar, "anterin makanan untuk Ariana."
Athariq melebarkan matanya.
"Apa? Nggak, nggak, ah, aku nggak mau, Bu."
Mata Azura seketika memicing tajam.
"Ayoloh, ibu masih marah ya kamu udah buat motor kesayangan ibu penyok gitu? Velgnya rusak, kaca spionnya pecah, lampu variasinya juga pecah. Kalo jodohnya beneran dapat sih, ibu ikhlas. Lah ini ... Motor rusak, dapat menantu gagal, otomatis motor kamu jadi gagal milik ibu. Ayo, mau nurut atau motor kamu ibu pretelin terus ibu jual ke loak?" ancam Azura dengan mata melotot.
Athariq lantas membelalakkan matanya.
"Yang bener aja, Bu. Mending motor itu ibu jual ke dealer daripada dipretelin. Rugi lah."
"Biarin. Biar tau rasa."
Athariq mengeratkan giginya.
"Oke, oke! Ariq anterin. Dasar tukang paksa," jawab Athariq ketus.
Azura melebarkan senyumnya, "anak pintar!" pujinya yang direspon Athariq dengan delikan.
Dan di sinilah Athariq sekarang. Ia sudah menyodorkan makanan yang dibawakan ibunya khusus Ariana pada Giandra. Giandra pun membuka paper bag yang berisi beberapa kotak makan. Isinya beberapa macam kue dan cemilan.
Ariana yang melihat aneka makanan itupun melebarkan matanya. Di dalam kotak makan itu ada gabin tape, onde-onde, ongol-ongol, bola-bola ubi, dan pempek. Padahal itu hanya makanan sederhana, tapi bisa membuat Ariana girang bukan main saat melihatnya.
"Ini ibu kamu semua yang buat?" tanya Ariana dengan mata berbinar.
Melihat ekspresi lucu Ariana, Athariq tersenyum kecil.
"Nggak tau juga. Taunya ibu suruh anterin, ya udah."
"Ya ampun, ibu kamu kok baik banget sih, Bang. Kamu juga sampe mau repot-repot gini, makasih banget ya. Sampaikan juga ke ibu Abang, makasih. Tau aja aku suka makanan kayak gini. Padahal baru kenal lho."
Athariq mengulum senyum. Memang Ariana belum tahu kalau mereka sebenarnya dulu sudah pernah saling mengenal, tapi mungkin Ariana sudah lupa. Apalagi saat itu Ariana masih SD.
"Ya, nanti aku sampaikan."
Ariana tersenyum lebar.
"Boleh aku cicip?"
"Silahkan! Kan itu memang buat kamu."
Ariana lantas mengambil ongol-ongol dan melahapnya. Kenyal dan manis dicampur gurihnya kelapa meleleh di mulut Ariana. Ariana menyantap makanannya dengan senyuman merekah.
"Kak Ana kalo udah ngadep makanan kesukaannya, lupa deh sama yang lain. Nawarin kek. Nggak tau apa, adeknya juga laper," omel Giandra pura-pura merajuk membuat Ariana terkekeh.
"Kalau mau ya, sini! Atau mau kakak suapin?"
Mata Giandra bersinar. Ia pun segera mendekat dan membuka mulutnya.
"Hmmm ... Enak ya, Kak?" Ariana mengangguk. Lalu Giandra menoleh ke arah Athariq yang diam saja. "Kak, kayaknya Bang Ariq minta disuapin juga tuh?" Ariana menoleh. Athariq membulatkan matanya.
"Beneran, Bang? Kalau mau, sini, sekalian aku suapin?" tawar Ariana polos.
"Eh, ng-nggak. Nggak usah. Kamu Gi, ada-ada aja," ujar Athariq salah tingkah.
Tawa Giandra pecah. Apalagi saat melihat wajah Athariq yang memerah.
"Bang, kok mukanya merah gitu? Salting nih ye!" goda Giandra.
"Heh, mana ada." Athariq seketika memalingkan wajah membuat Giandra tergelak kencang.
Namun tawa girang itu seketika menghilang saat melihat kedatangan 3 orang ke dalam ruang perawatan sang kakak. Mereka adalah Danang dan kedua orang tuanya.
"Ana, ya Allah, Nak, kamu kenapa bisa sampai begini?" seru ibu Danang khawatir.
"Iya, Na, mama kamu panik banget saat Danang kasi tau kamu kecelakaan." Ayah Danang ikut bersuara.
Ariana tersenyum kaku. "Ana nggak papa kok, Ma, Pa. Nggak usah khawatir."
"Gimana nggak khawatir, kamu sampai luka gini lho. Terus gimana yang nabrak kamu? Udah dilaporin ke polisi kan? Dia harus dijebloskan ke penjara supaya tau rasa. Apalagi kamu itu seorang dokter, gimana kalau kamu kenapa-kenapa. Semua bagian dari diri kamu itu berharga, apalagi tangan kamu yang diciptakan untuk mengobati orang lain," ucap ibu Danang membuat Ariana seketika melirik Athariq yang serba salah.
Sementara itu, sejak masuk Danang tampak menatap heran para Athariq.
'Siapa laki-laki ini? Kenapa dia ada di ruang rawat inap Ana?' batinnya bertanya-tanya. 'Kok mukanya kayak nggak asing gitu ya?' Danang lupa kalau ia pernah bertemu dengan Athariq di supermarket. Tapi karena saat itu ia langsung membawa pulang Ariana, jadi ia tidak begitu mengingat wajah Athariq. Selain itu, saat itu Athariq mengenakan pakaian ala preman jadi hal itu semakin membuatnya tidak mengenali rupa Athariq.
Sementara itu, Giandra tampak bungkam. Sejak dulu entah kenapa ia tidak pernah menyukai sosok Danang. Meskipun sering ke rumah bersama orang tuanya, tapi Giandra selalu menghindar dari Danang. Apalagi setiap datang, pasti orang tuanya selalu saja sibuk memuji-muji Danang. Danang cerdas lah, Danang hebat lah, dia berhasil ini lah, dia bisa itu lah. Seolah-olah Danang itu benar-benar sempurna.
Dan saat Giandra tahu kakaknya menerima lamaran Danang, sebenarnya ia tidak setuju. Tapi mau bagaimana lagi. Ia hanya seorang adik. Ia tidak memiliki hak untuk melarang. Apalagi kala itu kakaknya tampak bahagia sekali saat Danang dan orang tuanya melamarnya.
"Ana nggak ngelaporin dia ke polisi, Mas."
"Lho kok gitu? Jangan terlalu baik jadi orang, Na. Yang salah tetaplah salah jadi sudah seharusnya ia mendapatkan sanksi atas perbuatannya. Jangan karena kamu masih selamat jadi kamu biarin pelaku penabrak kamu itu bebas berkeliaran," ujar Mama Danang lagi.
"Tapi dia nggak sepenuhnya salah, Ma, makanya Ana nggak laporin dia. Ana saat itu mendadak pusing banget jadi nggak sengaja nyerempet dia. Dia juga udah bertanggung jawab kok, Ma. Malah dia yang temenin Ana ke rumah sakit. Dia juga sebenarnya cedera. Itu orangnya ... "
Ariana lantas menunjuk ke arah yang sejak tadi diam duduk di sofa ruangan itu. Semua orang pun menoleh, termasuk ayah Danang yang sebenarnya sejak tadi curi-curi pandang ke arah Athariq.
"Dia ... " beo ibu Danang.
"Iya. Namanya bang ... Bang apa tadi ya? Bang, nama Abang siapa tadi? Maaf, Ana lupa." Ariana tersenyum kikuk.
"Perkenalkan, nama saya Athariq, Tante, Om, Em ... Pak ... " Athariq mendekati ketiga orang itu dan mengajaknya bersalaman. Ibu Danang menyambut kaku salaman itu. Apalagi paras Athariq sungguh rupawan. Meskipun sorot matanya tajam dan dingin, tapi tetap saja pesonanya tak sungguh luar biasa.
"Kau ... Kalau bawa motor itu hati-hati! Bagaimana kalau istri saya terluka parah? Pasti sudah saya habisi kau!" sentak Danang dengan tatapan tajamnya.
"Namanya musibah, Kak. Nggak perlu diperpanjang lagi. Toh kak Ana sudah bilang kan, ini bukan 100% kesalahan Bang Ariq," sela Giandra membuat Danang terperangah sebab baru kali ini pemuda itu mau bicara dengannya. Tapi pemuda itu bicara justru untuk membela Athariq membuat Danang kesal bukan main.
"Apa yang Gian bilang itu benar, Mas. Sudahlah, jangan memperpanjang masalah lagi," imbuh Ariana.
Danang mendengus mendengar pembelaan sang istri terhadap Athariq. Ia lantas menatap tak suka pada Athariq.
"Maaf, bukankah Anda Athariq Satya Syailendra, direktur operasional Satya Medika sekaligus putra pertama dari CEO Arkandra Satya Syailendra?" tanya Andi-ayah Danang. Ia adalah kepala instalasi farmasi. Rumah sakit Husada sudah lama bekerja sama dengan perusahaan farmasi Satya Medika. Satya Medika merupakan pemasok utama obat-obatan di rumah sakit itu. Oleh sebab itu, Andi banyak mengetahui tentang seluk beluk perusahaan itu.
Athariq tersenyum tipis, kemudian mengangguk.
"Anda benar, Pak."
Jawaban singkat itu ternyata mampu membuat mata semua yang ada di sana terbelalak, terutama Ariana yang dua kali sebelumnya bertemu dengan Athariq dengan penampilan preman. Ia tidak pernah menyangka kalau laki-laki itu bukanlah orang biasa. Dibalik penampilannya itu tersimpan identitas yang sungguh luar biasa.
Ternyata bukan hanya Ariana dan Giandra yang terkejut luar biasa, tapi Danang juga. Entah mengapa, ia jadi semakin tidak suka dengan sosok Athariq .
...***...
Udah panjang lagi ya. Semoga puas.
Btw, di tempat kakak hujan nggak? Di sini berrrr ... dari pagi hujan, berhenti, hujan lagi, berhenti lagi, dan sekarang hujan lagi. Mana deras. Dingiiiin. Kopi sama mie instan kayaknya enak. 🍜☕🤤😂
...Happy Reading ❤️❤️❤️...
tolong kirim obat sakit kepala thor,aku banyak nangis hu hu hu.....
surpres......😁
nggak perduli kamu udah pacaran berapa abad,tapi kamu menikah dengan wanita lain dan tetap berhubungan dengan pacarmu
Itu namanya SELINGKUH