zahrana atau zahra nadhifa , di dunia maya ia adalah seorang penulis novel daring yg cukup terkenal namun di dunia nyata ia adalah istri seorang ceo perusahaan perfilman terkenal zayn aditya alfatih .
Terlahir dari anak pembantu, tiga tahun zahra diperlakukan layaknya asisten rumah tangga. Namun, tiga tahun yang seharusnya berakhir justru masih berlanjut.
Kisah cinta dimasa lalu dan strata sosial yang berbeda membuat hubungan keduanya semakin di uji. yang menjadi alasan mereka bertahan atau berpisah.
Bagaimana kisah mereka ?
Akankah zayn melepaskan zahra atau mengikatnya erat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kau menyukainya?.
Karina merasakan ketakutan yang luar biasa, saat yang ia tunggu ternyata adik dari mantan sahabatnya. Tangannya gemetar kala nathan mulai menatapnya drngan tajam.
Wanita itu hanya berusaha menyembunyikannya, meski lelaki itu tetap bisa melihatnya. Nathan sendiri hanya bersikap biasa saja bertemu dengan mantan sahabat kakanya itu.
" Untuk apa kamu kesini?" tanya karina dengan gugup.
" Hanya meminta penjelasan tentang ini" sahut nathan, lalu memberikan amplop besar ditangannya.
Karina menerimanya, lalu membuka amplop tersebut sembari sesekali melihat ke arah lelaki dihadapannya. Matanya membola kala isi dari amplop tersebut membuatnya terkejut.
Ia memasukan kembali lembaran kertas itu dan melemparkan kasar ke arah nathan yang hanya tersenyum licik. Nathan menaruhnya diatas meja tak akan ia bawa pulang bukti itu.
" Untuk apa kau memberikan itu padaku?" tanya karina semakin ketakutan.
" Aku tahu kau pasti tahu, siapa yang menghamili kakaku ? Aku hanya ingin tahu apa benar zayn atau ada laki-laki lain selain dia" tanya nathan dengan suara tegas dan menekan.
" Aku tak tahu apapun nathan! Mereka berkencan dibelakangku tanpa aku tahu" jawab karina dengan suara kian meninggi seolah tak ingin membicarakan soal elsa lagi.
" Baiklah, tapi jelaskan tentang bukti itu" tanya nathan kembali bertanya.
" Sudah kubilang aku tak tahu apapun " ujar karina keukeuh.
" Kau juga ada di Aula saat kejadian itu. Sungguh kau tak tahu apapun" tanya nathan menekankan.
"Jika kau berbohong dan ternyata terlibat kematian kakaku lihat saja nanti" ujar pria itu lagi memberi peringatan.
" Terserah apa yang ingin kau lakukan aku tak peduli" ucap karina tak ingin rahasianya terbongkar oleh siapa pun termasuk nathan. Adik dari sahabatnya itu.
" Kita lihat saja nanti" ujar nathan beranjak dari kursinya dan berlalu pergi.
Selepas nathan pergi karina juga beranjak dari tempat duduknya. Berjalan menuju dapur yang dimana ada beberapa asisten rumah tangga disana.
" Bi sarah!" teriaknya memanggil kepala asisten rumahnya.
" Bibi!" teriaknya lagi.
" Iya non" sahut wanita paruh baya yang berjalan cepat menghadap padanya.
" Jika laki-laki yang tadi datang lagi jangan biarkan dia masuk, paham!" titahnya pada kepala asisten itu.
" Iya non" sahut bi sarah sembari membungkukkan tubuhnya.
Wanita itu pun pergi dari sana, setelah menyampaikan apa yang ingin diucapkannya. Namun saat melewati ruang tamu ia melihat amplop yang dia lempar tadi diatas meja.
Ia berjalan mengambil amplop itu dan pergi kekamarnya.
...****************...
Zahra yang tengah menulis novel daringnya tersenyum sendiri mengingat sikap tuannya semalam. Namun bibir itu berubah menjadi datar kala ia ingat siapa dirinya.
Jemari yang tadinya menari mengetikkan kata-kata yang tertulis di laptopnya seketika berhenti. Ragu dan gelisah menjalar kembali ke hatinya. Apa ia salah mencintai tuannya?
Ucapan bu sophi saat malam pertama mereka membuatnya ketakutan. Tak hanya itu ibu mertuanya itu bahkan memberinya ancaman yang tak main-main.
" ingat ijah jika kau berani menggoda putraku aku tak segan untuk menghancurkan keluargamu. Kau tak sepadan dengan zayn kau hanyalah pengantin pengganti itu saja. Cukup tiga tahun saja sampai karina kembali, setelah itu kau tak boleh pergi sejauh mungkin dari keluargaku" ujar wanita paruh baya itu.
Ancaman itu membuatnya takut jika ibu dan adiknya akan mengalami hal buruk, karena perasaannya. Namun ini sudah tiga tahun lebih zayn lah yang tak ingin berpisah dengannya, hingga perasaannya tumbuh.
Bingung, wanita itu memeluk lututnya erat. Memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, jika bu sophi tahu hubungan mereka semakin dekat.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya dan bi ima masuk ke dalam kamarnya.
" Ada tuan erik non " ucap wanita paruh baya itu yang zahra angguki.
Sesampainya dibawah erik sudah menunggunya sembari menyeruput kopi. Zahra mendekat dan duduk berhadapan dengan lelaki itu.
" Ada apa kamu kesini ?" tanya zahra tanpa basa basi.
"Hanya ingin mengobrol saja. Kamu gak apa apa za?" sahut erik menaruh cangkir kopi yang masih berasap itu.
"Baik, emang kenapa?" jawab zahra.
" Soal kemarin_" ucap erik menghentikan ucapannya matanya tertuju pada ruam yang ada dileher wanita itu.
" Er! Soal kemarin apa?" tanya zahra mengerutkan dahinya bingung.
" Gak apa apa, cuma gak ada teman buat kencan" ujar erik mengurungkan niatnya bertanya tentang kemarin.
" Kamu jalan sama pacar kamu aja aku lagi dilarang keluar sama abang kamu" ucap zahra menolak ajakan erik dan beranjak dari tempat duduknya.
"Apa kamu menyukai abang?" pertanyaan itu akhirnya keluar, setelah zahra hendak naik ke atas tangga.
" Tidak, kamu menyukai dokter nathan kan gak mungkin menyukai bang zayn" ucap erik membuat zahra menoleh.
" Dari mana kamu tahu soal itu?" tanya zahra yang berjalan mendekati erik yang kini sudah berdiri.
" Aku menyukai kamu za, apa ada rasa kamu ke aku za ?" ucapnya mengakui perasaan dan tak menjawab pertanyaan zahra.
Gadis itu semakin terkejut kala sepupu yang dia anggap teman selama ini memiliki perasaan padanya. Apa ini alasan erik mendekatinya?
Zahra mengerutkan dahinya. Tak seharusnya ia dekat jika ternyata erik juga menginginkannya, karena mereka satu keluarga.
" Kamu gak mungkin menyukai abang, lalu bisakah kamu menyukaiku? Aku akan bantu kamu keluar dari rumah ini dan bercerai dengan abang asalkan kamu mau menerimaku" papar erik menawarkan sesuatu. Antara perpisahan dan cinta.
" Maaf er aku gak bisa " ucap zahra dingin yang langsung pergi meninggalkan erik sendirian tanpa menoleh lagi.
Lelaki itu hanya mematung paham bahwa cintanya sudah ditolak. Dia mengalihkan pandangannya dan melihat bi ima yang kemarin memberi penjelasan.
Wanita paruh baya itu mendekat ke arah erik lalu menaruh camilan yang dibawanya.
" Sudah saya bilang kemarin tuan er, kenapa masih keukeuh ngejar non zahra?" ucap kepala asisten rumah tangga itu namun erik hanya diam.
" Mau bibi kenalin sama wanita lain saja ?" tawar bi ima menatap lelaki itu iba.
" Gak usah bi aku bisa cari sendiri" tolak lelaki itu dengan ketus yang langsung pergi meninggalkan rumah abang sepupunya.
Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya saja sembari melihat lelaki muda itu, hingga hilang dibalik tembok.
...****************...
Karina membuka kembali amplop yang dibawa nathan tadi. Dengan tangan gemetar ia melihat dan membaca berkas yang menjadi bukti bahwa ia juga ada di aula.
Foto bukti sebuah jepitan rambut yang ia pakai ternyata terjatuh di tempat kejadian. Hadiah kecil yang pernah elsa berikan padanya dihari ulang tahunnya itu.
" Bagaimana bisa benda itu ada disana ?" tanyanya pada diri sendiri.
Namun seketika bayangan kejadian hari itu terlintas kembali. Ia ingat elsa sempat menarik rambutnya untuk berpegangan.
Artinya jepit itu terjatuh saat itu dan ia tak menyadarinya.
" Sial! Aku tak bisa diam saja nathan pasti akan terus mencari tahu siapa pelakunya" fikirnya mengira-ngira.
Ia merobek berkas tersebut hingga menjadi sobekan kecil dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Matanya menatap cermin yang tak jauh darinya, namun tiba tiba ia seolah menatap elsa berada di cermin itu.
Matanya membelalak dengan mulut rahang terbuka. Ia meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya adalah mantan sahabatnya yang sudah meninggal.
" Pergi lo dari sini pergi" pekiknya sembari menutup wajahnya tak ingin melihat mantan sahabatnya.
Setelah tenang ia kembali menatap cermin itu dan ia lihat tak ada siapapun disana. Hanya dirinya sendiri yang terpantul dicermin tersebut.
Tubuhnya ambruk terduduk.
" Buka aku yang salah, bukan !" gumamnya meyakinkan dirinya sendiri dengan suara bergetar, lalu ia mengangguk yakin ia tak salah.