Demi melunasi hutang karena kalah judi, Kanya dijual oleh Haikal pada pria hidung belang hingga akhirnya membuat Kanaya kehilangan mahkota yang selama ini dia jaga. Tak hanya itu saja, kejadian kelam itu ternyata menghadirkan benih di dalam rahimnya.
Tanpa diduga oleh Kanaya, ternyata pria yang sudah merenggut mahkota dan membuatnya hamil adalah ayah dari Dean— pria yang sudah menjalin hubungan cukup lama dengannya bahkan keduanya sudah berniat untuk mengesahkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius.
Bagaimanakah reaksi Dean saat mengetahui jika ayah kandungnya menghamili calon istrinya bahkan berniat untuk menikahi Kanaya sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya atas janin yang dikandung oleh Kanaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Dia Cukup Berani
Darius sudah malas untuk berdebat. Dia lelah dan ingin segera istirahat. Agar perdebatan mereka segera usai, Darius memilih diam. Membiarkan Oma Sarah terus mengomel hingga akhirnya lelah sendiri.
Capek mengomel, Oma Sarah akhirnya beranjak pergi menuju kamar yang biasanya ia tempati jika tinggal di rumah Darius. Darius pun ikut beranjak pergi menuju kamarnya. Pun dengan Dean yang ikut pergi ke kamarnya berada.
Baru saja masuk ke dalam kamar, Darius sudah kepikiran dengan Kanaya. Apa yang sedang Kanaya lakukan saat ini di apartemennya. Tanpa membuang waktu lama, Darius membuka ponsel. Melihat rekaman cctv apartemen untuk melihat aktivitas Kanaya sekarang.
Deg
Entah mengapa jantung Darius tiba-tiba berdetak kencang melihat Kanaya yang saat ini sedang menggulung rambut panjangnya saat baru saja keluar dari dalam kamar. Kanaya terlihat sangat cantik sekali di mata Darius saat menggulung rambutnya.
“Ck. Apa-apaan aku ini. Gak seharusnya aku tertarik dengan wanita muda seperti dia!” Darius menggelengkan kepala. Mengusir segala pemikiran liarnya.
Pukul setengah delapan malam, Oma Sarah sudah kembali berteriak. Memanggil Darius untuk keluar dari dalam kamar untuk menikmati makan malam bersama.
“Kamu ini gimana sih, Darius. Udah kayak anak kecil aja yang harus dipanggil buat makan. Lihat anak kamu, Dean. Tanpa dipanggil dia udah duduk di sini menemani Oma sebelum makan.”
Darius memilih diam. Dia sudah terbiasa dengan sikap bawel ibunya. Bahkan dibandingkan almarhum istrinya, Oma Sarah terkesan lebih bawel.
Seperti biasanya, Dean lebih banyak diam. Putra Darius itu juga sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini sebelum Oma Sarah memutuskan pindah ke desa.
“Oma, Papa, ada yang mau aku sampaikan pada kalian.” Tiba-tiba saja Dean buka suara dengan wajah yang nampak serius setelah mereka baru saja selesai menyantap makan malam.
Pandangan Oma Sarah dan Darius kini tertuju penuh pada Dean. Menunggu Dean menyampaikan sesuatu pada mereka.
“Sepertinya mulai minggu besok sampai tiga bulan ke depan aku akan pindah bekerja ke Malaysia. Aku ingin membantu mengembangkan bisnis Papa yang ada di sana sesuai dengan saran dari Tuan Mubarok.”
Darius terkesiap. “Apa Tuan Mubarok mau menanamkam saham di perusahana kita, Dean?”
Dean mengangguk. “Dia mau. Tapi tidak dengan perusahaan yang ada di sini. Dia mau menanam saham untuk perusahaan cabang kita yang ada di Malaysia. Tuan Mubarok juga menjanjikan beberapa keuntungan untuk perusahaan kita kalau aku mau terjun langsung ke sana.”
Darius gusar. Antara sedih dan senang karena putranya berhasil mendapatkan saham yang cukup besar dari Tuan Mubarok. Di satu sisi dia senang karena mendapatkan saham, namun di sisi lain dia sedikit tak rela karena harus berjauhan dari putranya.
Dean kini sudah diam. Menunggu respon dari sang papa. Alasan terbesarnya menyetujui tawaran dari Tuan Mubarok karena ingin memulai hidup baru di negeri orang dan benar-benar melupakan Kanaya. Ya, tidak dapat Dean pungkiri sampai saat ini dia belum bisa melupakan cinta sejatinya itu.
“Lakukanlah selagi kamu menginginkannya. Kalau kamu keberataan, silahkan tolak tawarannya. Papa gak maksa kamu buat melakukan hal yang tidak kamu suka.” Kata Darius. Dalam berbisnis, dia bukan hanya mementingkan keuntungan saja. Namun, kenyamanan putranya juga. Darius tidak ingin membuat Dean merasa tertekan nantinya.
“Aku gak keberatan. Aku akan mengambil tawaran Tuan Mubarok.” Putus Dean. Darius mengangguk. Mendukung keinginan putranya. Sementara Oma Sarah, nampak bersedih karena harus berjauhan kembali dengan cucunya sementara mereka baru saja bersama kembali.
Keesokan harinya, Darius kembali menemui Kanaya ke apartemen sebelum pergi menuju perusahaan. Kedatangan Darius kembali ke apartemen membuat Kanaya yang sedang memasak sarapan terkejut.
“Mau apa Om ke sini?” Tanya Kanaya. Dia selalu saja kelihatan takut saat melihat wajah Darius. Seakan Darius adalah seorang monster yang siap menerkam Kanaya hidup-hidup.
“Aku datang cuma buat mastiin kamu masih tetap di sini dan tidak berniat untuk kabur.”
Kanaya menghela napas. Bagaimana dia bisa kabur dari apartemen sementara Darius memberikan penjagaan yang ketat pada dirinya?
“Kenapa, kamu gak suka kalau saya datang ke sini buat lihatin kamu?”
Kanaya spontan mengangguk. Membuat Darius menatap tajam wanita muda itu. “Kalau bisa Om gak usah ke sini lagi. Aku pastikan aku gak bakalan kabur dari sini.” Lirih Kanaya.
Lagi, Darius dibuat melotot karena jawaban Kanaya. Walau Kanaya acap kali bersikap takut pada dirinya, namun, wanita itu sangat berani untuk memberikan perintah padanya.
“Maaf…” menyadari raut wajah tak bersahabat Darius, membuat Kanaya takut hingga akhirnya tertunduk.
Darius enggan memberikan tanggapan. Dia hanya menatap Kanaya dengan kedua kelopak mata yang nampak menyipit.
***
Sebelum lanjut ke bab berikutnya, jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya dulu teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih kesayangan semua🤗🤗