Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan Belas
"Maksud kamu apa, Rasya? Aku tak mengerti," ujar Naura. Dia masih terus berpikir dimana mereka bertemu dan kenalan. Dia yakin pernah melihat pria itu, tapi dari tadi dia tak bisa mengingatnya.
"Kita sekampus, tapi beda jurusan. Aku sering melihatmu, tapi mungkin kamu tak pernah tau," jawab Rasya akhirnya.
"Kamu dan aku satu kampus? Satu angkatan?" tanya Naura dengan penuh keheranan.
Naura memang tak mengenal banyak teman sekampus. Walau dia cantik dan banyak yang suka, tapi tak pernah menanggapi siapa pun pria yang pernah mendekati sehingga terkadang lupa dengan wajah mereka.
"Aku di atasmu dua tahun. Tapi aku mengenalmu, kamu saja yang tak kenal aku," balas Rasya.
"Maaf, aku emang tak banyak kenal teman sekampus," jawab Naura.
"Kamu memang tak banyak kenal teman sekampus, tapi mereka banyak mengenalmu. Siapa yang tak tau dengan Naura, anak ekonomi yang paling cantik!" seru Rasya.
"Kamu bisa aja. Masih banyak yang lebih cantik," ujar Naura. Wajahnya memerah karena tersipu mendengar pujian dari Rasya.
Lina memandangi keduanya silih berganti. Tampak Naura maupun Rasya seperti salah tingkah dan gugup.
"Kalian kenapa sih, gugup banget?" tanya Lina akhirnya.
"Siapa yang gugup?" Rasya balik bertanya.
Naura membuang mukanya. Tak berani menatap Rasya. Kalau tadi dia mencoba curi pandang, sekarang dia yang merasa gugup karena pria itu menatapnya dengan intens.
"Rasya, aku mau mengucapkan banyak-banyak terima kasih karena telah membantuku. Aku tau ini sebenarnya sangat berisiko. Jika nanti suatu hari terbongkar, aku tak akan melibatkan kamu. Biar semua aku yang tanggung jawab," ucap Naura.
"Jangan berkata begitu. Aku ikhlas menolong mu, jadi jika suatu hari semua yang kau lakukan ketahuan, kita akan tanggung bersama, bukan hanya kamu sendiri."
"Sekali lagi terima kasih, Rasya," ucap Naura. Tanpa bisa di cegah air mata keluar dari sudut matanya. Bersyukur dikelilingi orang-orang baik seperti Rasya dan Lina.
"Sudah ngomongnya, kita makan dulu. Sudah lapar nih," ajak Lina.
"Maaf, Lin. Kali ini aku tak bisa. Masih ada urusan. Tapi aku janji besok malam akan datang lagi. Tapi aku ada satu permintaan," ucap Rasya.
"Apa ...? Jangan yang sulit dan mahal!" seru Lina. Naura hanya tersenyum melihat kedua orang itu yang tampak sangat akrab.
"Aku mau masakan rumahan, bukan pesan. Bosan aku makanan restoran," jawab Rasya.
"Permintaan kamu susah-susah gampang. Sebenarnya gampang bagi yang bisa masak, tapi bagiku yang rebus air aja bisa hangus, itu adalah permintaan sulit," balas Lina.
"Biar aku yang masak. Kalau masakan rumahan dan kampung, aku bisa. Asal jangan makanan seperti restoran," ucap Naura.
Lina dan Rasya memandangi Naura serempak dan langsung tersenyum. Merasa mendapatkan undian keduanya tersenyum semringah.
"Kalau gitu kamu tinggal bilang, apa saja bahan yang dibutuhkan. Pulang kerja aku beli di supermarket dekat sini," ujar Lina.
"Boleh, nanti aku masak kamu jaga Darren. Takutnya nangis," balas Naura lagi.
"Aman, jaga bayi ganteng itu pekerjaan yang paling menyenangkan!" seru Lina.
Setelah disepakati besok Naura yang akan masak, akhirnya Rasya pamit. Lina mengantar hingga pria itu masuk ke mobil.
Setelah mobilnya meninggalkan halaman rumah, Lina masuk dan langsung menghampiri Naura yang telah berada di dalam kamarnya.
"Sepertinya Rasya menyukaimu!" seru Lina.
"Tak mungkin, Lina. Aku juga masih berstatus istri orang. Masih banyak gadis di luaran sana yang pantas menjadi pendampingnya," ucap Naura.
Naura menggendong putranya yang menangis dan menyusuinya. Lina ikutan duduk di samping wanita itu.
"Jika benar dugaanku, apakah kamu mau menerima Rasya?" tanya Lina.
"Entahlah, Lin. Aku tak bisa jawab sekarang, karena statusku dan juga aku belum berpikir untuk menikah lagi setelah gagal. Terlalu dini memikirkan itu," jawab Naura.
"Semoga saja dugaanku salah, jika Rasya tak menyukaimu, hanya kasihan. Aku yang telah memendam rasa suka ini hampir sepuluh tahun, tak pernah melihat dia begitu salah tingkah di depan wanita. Hanya di hadapanmu tadi dia tampak gugup," gumam Lina dalam hatinya.
Lina pamit karena harus membersihkan diri dan setelah itu mereka akan makan malam.
**
Ditempat lain, Ibu Rini, Alex dan Weny juga sedang makan malam. Tampak ketegangan di wajah mereka.
Malam itu, suasana di rumah Ibu Rini terasa cukup hangat meski hujan deras mulai mengguyur dari luar. Aromanya harum, masakan favorit Alex sudah siap di meja, nasi goreng spesial dengan ayam, sayur, dan telur dadar. Ini menjadi salah satu cara Ibu Rini memperlihatkan kasih sayangnya kepada putranya itu. Namun, di tengah momen hangat itu, ada satu topik yang membuat semua menjadi tegang.
"Alex, ada yang mau Aku tanyakan," ucap Ibu Rini, menghentikan canda tawa yang sedang berlangsung. "Kamu masih ingat tentang brankas mantan istrimu, Naura?"
Raut wajah Alex seketika berubah. Dia sedang tidak ingin membahas Naura, apalagi saat sedang bersama Weny, yang melihat berulang kali ke arah Alex.
"Iya, Bu. Kenapa?" jawab Alex canggung.
"Bagaimana dengan harta Naura yang hilang itu? Padahal brankas itu belum hanya kamu yang tau kode membukanya, kenapa bisa hilang? Apakah ada titik terang di mana harta itu berada?" tanya Ibu Rini lebih lanjut, memperhatikan reaksi Alex dan Weny.
Alex memandangi Weny. Selain dirinya, wanita itu yang tau nomor brankasnya. Namun, dia tak mungkin menuduh karena wanita itu tak pernah masuk ke kamar. Sejak istrinya meninggal, kamar itu dikunci. Semua untuk menjaga brankas. Tapi tetap saja hilang.
Saat Naura masih ada, dia tak pernah mengizinkan orang lain masuk ke kamarnya. Dia selalu menguncinya jika tak ada di rumah.
Weny yang ditatap Alex sedemikian rupa menjadi salah tingkah. Dia tak suka cara pria itu memandangnya.
"Kenapa kamu memandangku seperti itu? Jangan bilang kalau kamu mencurigai'ku?" tanya Weny dengan penuh penekanan.
Laura.. muncul
tergeser produk baru, Laura 🤭🤭
.stlh apa yg lauara dptkn mka alex akan di depak..oleh laura