NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Galang meradang. Karena kejadian Galang yang mendorong teman Naraya, sekarang Naraya benar-benar seperti menjauh darinya. Galang sudah mencoba berbagai cara. Namun setiap kali Galang mendekat, maka adiknya itu akan berlari menjauh dan menghampiri Mama nya. Jelas Galang tidak dapat menjangkau Naraya jika adiknya itu sudah berdekatan dengan Mama nya. Galang jelas masih memiliki ketakutan terhadap seorang wanita dewasa. Hanya Naraya, satu-satunya yang bisa dia terima.

Namun Galang tidak kehabisan akal, dia terus mencoba mendekati adiknya. Meskipun adiknya seolah enggan dan takut padanya. Galang menghela napasnya. Dia sendirian sekarang, tidak ada Naraya yang menemani nya. Anak itu sepertinya kembali bermain dengan teman-teman nya. Galang tidak dapat melarang, karena ibu Naraya sendiri yang mengijinkan anak itu untuk bermain di luar.

Galang benar-benar merasa kesepian, sebulan setelah dia keluar dari rumah sakit. Tidak ada yang di lakukan nya selain berdiam diri di rumah. Dia belum berniat untuk melanjutkan sekolah nya. Dan sepertinya sang ayah tidak mempermasalahkan nya. Namun Galang ternyata salah. Karena sore hari ini, tiba-tiba sang ayah memanggil nya. Dan membicarakan tentang sekolah nya.

Galang duduk dengan tidak nyaman di sofa single sementara ayah nya duduk di sofa yang berada di depannya, Galang benar-benar merasa tidak nyaman karena di ruang keluarga itu juga ada ibunya Naraya yang duduk di samping ayahnya.

"Galang. Tentang sekolah mu, kapan kau mau melanjutkan nya hn?" Angga bertanya dengan begitu lembut pada Galang.

Galang menunduk. Tidak melihat wajah rupawan ayahnya. "Tidak tahu. Aku, sepertinya ingin Home schooling saja Papa."

"Tidak berniat bersekolah formal Galang?" Hana bertanya dengan begitu lembut. Berharap Galang mau menanggapi nya. Namun Galang tetap menunduk.

Galang menggeleng.

"Tidak. Lagi pula, aku tidak memiliki teman."

Hana tersenyum lembut, sebenarnya merasa kasihan melihat Galang yang hanya memiliki Naraya sebagai teman nya. Berharap jika Galang kembali sekolah, maka Galang tidak akan ketergantungan terhadap Naraya.

"Justru karena itu, sekolah formal saja. Nanti Galang pasti mendapatkan teman. Iya kan Mas?"

Angga menganggukkan kepalanya setuju. Lalu memandang putranya yang sejak tadi menunduk. "Benar Galang. Bagaimana? Mau sekolah formal saja ya...?"

Galang menggeleng tegas. "Tidak mau. Aku tetap mau Home schooling."

Angga menghela napasnya. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam. Merasa tidak memiliki topik pembicaraan lagi. Karena Galang benar-benar menolak usulan mereka. Hening sesaat sampai terdengar suara berisik seorang bocah yang sejak tadi bermain di luar.

"Papa... Mama... Raya pulang~"

Naraya berlari kecil sambil tersenyum riang. Begitu senang karena acara main nya tidak terganggu seperti kemarin kemarin. Dia lalu menghampiri Mama nya dan langsung menerjang sang Mama minta di peluk. Membuat Mama nya tersenyum dan langsung memangku tubuh gempal putrinya.

Hana menciumi kedua pipi gembil putrinya. "Ya ampun, ada apa dengan putri kecil Mama ini. Kenapa bau keringat ohh...?"

Naraya nyengir, memperlihatkan deretan gigi putih nya. "Hehe. Raya kan habis main di luar Mama."

Galang tersenyum begitu tipis melihat adiknya itu. Ingin nya mendekat, tapi tidak berani karena Naraya sedang berada di pangkuan Mama nya.

"Mandi yah. Dan setelah itu makan sama Kakak. Sejak tadi Kakak nya cuma sendirian loh. Raya main di luar terus sih." ucap Angga sambil mengusap lembut rambut Naraya yang sedikit lepek karena keringat. Naraya benar-benar anak yang aktif dan sangat senang bermain. Berbeda dengan Galang yang lebih suka menghabiskan waktu nya di dalam rumah. Naraya adalah tipe anak yang sukanya bermain di luar dengan banyak teman nya.

"Sana mandi..." ucap Hana lagi.

"Iya Mama."

Melihat Naraya berdiri dan meninggalkan ruang keluarga. Galang ikut beranjak dan mengikuti adiknya. Mengabaikan sang Papa yang sepertinya masih memiliki banyak hal yang ingin di sampaikan padanya. Galang tidak peduli.

.

.

"Naraya." Naraya yang sudah bersiap dengan handuk nya untuk mandi menghentikan langkah nya.

Naraya mendongak melihat sang Kakak yang kini sudah berdiri di depan nya.

"Iya Kak Galang, ada apa yah?"

Galang berjongkok. Memegang kedua bahu kecil adiknya. Membuat Naraya mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Tentang waktu itu,"

Naraya memiringkan kepalanya mencoba mengingat. Dan akhirnya Naraya ingat, dia masih marahan sama Kakak nya.

"Kakak mendorong Abim. Raya tidak suka tahu!"

Galang menganggukkan kepalanya. Mengakui kesalahan nya.

"Kakak melakukan nya karena mengkhawatirkan mu Raya. Kamu terhantam bola kemarin."

Naraya menganggukkan kepalanya mengerti. Dia juga yakin Kakak nya ini memiliki alasan yang kuat sampai mendorong temannya. Namun karena kejadian kemarin, Naraya kembali merasakan takut. Galang terkadang bersikap menyeramkan jika sedang marah padanya. Padahal seumur hidup dia tidak pernah dimarahin. Dulu dia pernah dimarahi oleh nenek nya. Tapi tidak sampai seseram Kak Galang.

"Kakak. Kakak boleh mengkhawatirkan Raya. Tapi Raya gak suka kalau Kakak menyakiti teman Raya. Dan Raya masih marah tahu!"

Naraya menghempaskan tangan Galang. Dan langsung berlari memasuki kamar mandi. Membuat Galang menghela napasnya kasar.

"Raya. Raya. Naraya!"

"Aish! SIAL!"

.

.

.

Malam harinya, Naraya menolak untuk tidur dengan Kakak nya. Bersikeras ingin tidur dengan sang Mama. Membuat Hana dan Angga terheran dengan bocah kecil itu.

"Naraya. Kenapa tidak mau tidur dengan Kakak hmm?"

"Ingin sama Mama saja."

Naraya semakin memeluk ibunya itu dengan erat. Tidak mau terpisah dari ibunya. Untuk malam ini saja, Naraya ingin menghindari Kakak nya. Jujur Naraya masih merasa takut.

Hana mengusap lembut rambut putrinya. "Tapi Kakak kesepian kalau sendiri Raya. Pindah yah."

Naraya menggeleng. Tetap memeluk Mama nya. Menolak untuk tidur dengan Galang Kakak. Naraya kan sedang marahan dengan Kakak nya itu.

Angga ikut berbaring di samping putrinya itu. Mengusap rambut tebal Naraya.

"Apa Kakak melakukan kesalahan sama Raya?"

Naraya menggeleng. "Hmm... Tidak Papa, Raya hanya sedang ingin tidur dengan Mama. Bolehkan?" Naraya memandang dengan puppy eyes nya, berharap sang Papa luluh dan mengijinkan nya untuk tidur dengan Mama nya.

"Ya ampun. Tentu saja boleh Raya. Mama ini masih milikmu haha."

.

.

.

Sementara di kamar Galang. Galang termenung sendiri. Tidak bisa tidur karena merasa tidak tenang, sebelum berbaikan dengan adiknya.

"Aku tidak mau sendiri. Aku mau Naraya. Aku mau Naraya. Hiks. Raya jangan menjauh dari Kakak...." Galang terisak, tubuhnya meringkuk karena merasa begitu kesepian tanpa adiknya. Sepertinya, malam ini akan Galang lalui dengan begitu panjang karena tidak dapat tertidur.

.

.

.

Keesokan harinya, Galang semakin merasa tidak tenang karena Naraya belum mau berbaikan dengan nya. Dia sudah memikirkan berbagai cara. Melakukan banyak hal. Namun bukannya semakin mendekat, Naraya malah semakin menghindar dan menjauh darinya. Galang semakin tidak tenang, otaknya terus berputar mencari berbagi cara agar adiknya kembali seperti biasa.

"Aku harus berbaikan dengan Naraya. Raya tidak boleh menjauh dari Kakak... aku tidak mau sendirian lagi. Aku mohon jangan menjauh dari Kakak Raya~" Galang terus bergumam tidak jelas seperti itu.

"Naraya tidak boleh menjauhi ku! Dengan cara apapun, aku akan membuat Naraya kembali, dan menjadi adikku, menjadi teman ku. Naraya adikku. Naraya milikku."

"Dengan cara apapun. Dengan cara apapun."

Galang terus berkelana dengan pemikiran nya sampai dia melihat pisau tajam yang tadi di pakai ibu Naraya untuk mengupas buah. Galang lalu mengambil pisau tersebut, tersenyum simpul saat mendapatkan cara agar Naraya mau memaafkan nya.

"Jika aku terluka, apa Raya akan mendekati ku? Benar, jika aku terluka Raya pasti tidak akan jauh jauh dariku."

Galang mengambil pisau tersebut. Mendekati adiknya yang sedang bermain di taman belakang rumah mereka. Galang menyembunyikan pisau tersebut di belakang tubuhnya. Mendekati Naraya yang tengah fokus dengan mainan nya.

"Naraya... "

Naraya terlonjak kaget mendengar suara itu. Dia berbalik badan dan mendongak, menemukan sang Kakak yang tengah berdiri menjulang di depan nya. Naraya langsung berdiri, hendak menghindar lagi dari Kakak nya.

"Naraya tunggu." Galang menahan tangan adiknya yang hendak pergi.

Naraya menggeleng. Mencoba melepaskan tangan sang Kakak.

"Raya pengen Mama. Raya mau sama Mama ~"

"Kakak ingin berbicara Raya. Kakak minta maaf tentang Kakak yang membuat teman mu terluka. Tapi itu semua juga salah nya kan. Pikir kan Raya. Teman mu itu sudah membuat mu sakit. Tidak ada salahnya, Kakak melakukan hal yang sama. Kakak tidak berbuat salah Raya! Kakak mohon, jangan menjauh dari Kakak yah~"

Naraya menggeleng mendengar penjelasan Kakak nya. Bukannya merasa menyesal dan bersalah terhadap Abim, Kak Galang malah menyalahkan temannya itu.

"Kakak harusnya minta maaf sama Abim! Bukan sama Raya saja..."

"Kakak tidak bersalah Naraya! Kenapa juga harus meminta maaf ha?"

"Kak Galang salah! Dan sebelum Kakak minta maaf sama Abim, Raya juga gak mau maafin Kakak!"

Galang menggeram kesal mendengar penuturan itu. Dia lalu membawa pisau yang sejak tadi di sembunyikan di belakang tubuh nya ke depan. Membuat Naraya membulatkan kedua bola matanya kaget dan takut. Tidak tahu apa yang akan dilakukan Kakak nya.

Kak Galang mau nyakitin Raya?

Galang Kakak marah dan mau menyiksa Raya...?

Mama ~ Raya takut~

Tubuh Naraya bergetar melihat pisau yang di pegang kakaknya itu. Ingin nya pergi dan menghambur ke dalam pelukan ibunya. Namun tangannya masih di cengkram oleh Galang. Dia sudah menangis, takut dengan apa yang akan dilakukan oleh kakaknya itu.

"Ka-Galang Ka-Kakak~"

Napas Galang terengah. Menahan amarah dan juga cemas dalam waktu yang bersamaan. "Jika Raya tidak mau memaafkan Kakak. Maka lebih baik Kakak mati!"

Tangan kiri Galang masih mencengkram tangan Naraya, sementara tangan kanan nya memegang pisau dengan begitu erat. Dengan begitu yakin, Galang mengarahkan pisau tersebut pada lengan kiri nya membuat Naraya semakin ketakutan. Berusaha kabur dari Kakak nya namun tidak bisa.

Galang menekan pisau tajam tersebut pada lengan nya, membuat kulit lengan nya tersayat dan membuahkan sebuah goresan luka. Darah mulai keluar dari luka yang Galang buat pada lengan nya sendiri. Galang meringis sakit, merasakan sensasi perih dan ngilu karena luka sayatan nya.

"Akh.." cengkraman Galang pada tangan Naraya melemah, dia langsung terduduk karena luka yang di rasakan nya.

Naraya menggeleng saat melihat darah yang terus keluar dari lengan Kakak nya. Kedua bola matanya terbelalak takut. Tubuhnya semakin bergetar, napasnya tersengal karena shock melihat darah yang terus keluar dari luka Galang.

Naraya mundur perlahan, menutup telinga nya. Menutup kedua matanya.

"AAAAAH MAMAAAAA"

BRUG

Galang membelalakan kedua bola matanya saat melihat adiknya tergeletak tak sadarkan diri di depan nya. Ingin nya menolong, namun dia merasa tubuhnya lemas karena darah yang keluar dari luka sayat yang di buat nya.

"Raya-Naraya..."

Galang mencoba mendekat, namun tubuhnya semakin melemas. Darah terus keluar dari luka di lengan nya membuat Galang pucat. Pandangan nya mulai berbayang. Galang tidak dapat melihat dengan jelas. Dan sebelum kesadaran nya benar-benar hilang, Galang melihat ibu Naraya yang mendekat dengan begitu cemas padanya dan juga Naraya.

"Galang! Raya!"

Adakah yg nunggu n baca...

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!