Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Kedua ujung bibirnya sudah membentuk sebuah senyuman yang sangat cantik sejak pagi tadi, tapi sepertinya wanita itu tampaknya belum merasa pegal sama sekali. Seolah ia tengah merasakan kebahagiaan di dalam hatinya.
Padahal saat ini dirinya sedang disibukkan dengan beberapa kontrak yang membutuhkan tandatangannya, ada Farah juga di sana sedang sibuk memberikan penjelasan padanya.
"Farah, pesawatnya Mas Ibra udah mendarat kan?" Penjelasan yang Farah berikan buyar begitu saja, kiranya Lara akan bertanya tentang kontrak yang sedang dibacanya ini. Tapi ternyata dugaannya salah besar.
"Sudah, Bu. Mungkin sekarang mereka sedang berada di perjalanan pulang." Tepat setelah Farah menyelesaikan kalimatnya, Lara segera menutup dokumen tadi dan beralih pada segelas teh hangat.
"Dokumennya kita selesaikan nanti ya, aku mau nyambut kepulangan Ayuna dulu." Bukan hanya Farah saja yang akan terkejut mendengar ucapan sang atasan, bahkan mungkin orang lain akan melakukan hal yang sama.
Bukannya menyambut kepulangan sang suami, Lara malah lebih bersemangat untuk menyambut Ayuna. Lara juga sudah meminta langsung pada kepala koki untuk membuatkan makanan yang enak hari ini.
Ingat kan kalau beberapa hari ke belakang Maminya Lara menginap di sini, tapi Lara tidak perlu khawatir sama sekali kalau keberadaan Ayuna akan diketahui oleh Imelda.
Pasalnya Ibunya itu sudah meninggalkan rumah sejak pagi tadi dengan alasan karena ingin bertemu dengan teman lamanya, dan juga Lara sudah mengatakan pada Imelda kalau Ibra akan kembali hari ini sehingga beliau tak perlu lagi menginap.
Lara jadi terlihat seperti anak durhaka karena telah mengusir Ibunya sendiri secara terang-terangan, tapi apa boleh buat. Ia harus melakukannya jika tidak ingin keberadaan Ayuna diketahui oleh Imelda.
Sebenarnya Lara terlihat sangat bersemangat karena suatu hal. Semalam itu Lara mendapatkan mimpi yang menurutnya sangatlah indah.
Di mimpinya itu, Lara bisa melihat Ibra yang sedang menggendong bayi yang sangat sehat dan juga lucu. Ia juga bisa melihat Ibra yang tengah menangis karena terlalu bahagia.
Bisa saja mimpinya semalam bisa menjadi pertanda baik untuk mereka, kan? Mungkin dalam waktu dekat ini, keinginan Lara akan segera tercapai.
"Nyonya, Tuan Ibra sudah tiba." Tanpa memerlukan bantuan dari Farah, Lara segera bangkit dari posisi duduknya dan langsung meninggalkan ruangan makan dengan terburu-buru.
Para pelayan yang ada di sana pun ikut berhamburan untuk berkumpul di ruangan tamu. Hal ini memang sering mereka lakukan guna menyambut Ibra yang baru kembali dari perjalanan luar negeri.
Tidak sampai sepuluh menit Lara berdiri di depan sana, pintu utama terbuka dengan sangat lebar sehingga ia bisa melihat entitas Ayuna dan juga Ibra yang berdiri tak terlalu jauh di depan sana.
"Selamat datang, Tuan dan Nona." Berbeda dengan para pelayan yang terlihat membungkuk, Lara justru melanjutkan langkah kakinya sembari terus saja mengembangkan senyuman cantiknya.
"Selamat datang, Ayuna." Pelukan hangat Lara berikan pada tubuh Ayuna yang masih terasa dingin.
Pemandangan ini tentu saja membuat orang-orang yang ada di sana keheranan. Bisa-bisanya Lara lebih dulu memeluk Ayuna ketimbang Ibra yang notabenenya adalah suaminya sendiri.
"Makasih, Mba Lara." Ayuna pun hanya bisa membalas pelukan hangat itu dengan senyuman yang luar biasa kaku pada bagian bibir ranumnya.
"Kamu nggak bosen kan selama di sana? Soalnya Mas Ibra sibuk banget pasti." Lihatlah, Lara bahkan tak membiarkan Ayuna untuk bisa bernapas dengan baik setelah pelukan mereka terurai.
"Enggak kok, Mba. Akunya juga jalan-jalan kok selama Mas Ibranya kerja, tapi aku udah izin ke Mas Ibra sebelum pergi." Jika Lara terlihat begitu antusias seperti ini, maka bisa apa Ayuna selain melakukan hal yang sama pada wanita penolongnya itu.
"Sayang, Ayunanya biarin istirahat dulu ya. Kamu sama aku aja ayo kalau mau cerita-cerita." Bibir Lara lantas mengerucut setelahnya, sepertinya ia masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ayuna.
Namun setelah melihat raut kelelahan yang begitu kentara di wajah cantik Ayuna, barulah Lara mengerti kenapa Ibra sampai memintanya untuk melepaskan Ayuna.
"Yaudah deh. Kamu istirahat dulu ya Ayu, nanti malem atau besok kita lanjut lagi ya ceritanya. Asher, bawain ya barang-barangnya Ayuna ke kamar." Tak perlu Lara memberikan perintah pada Asher, sudah dipastikan jika pria muda itu akan melakukannya dengan senang hati.
"Mari, Nona." Ketika melihat Lara menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan, barulah Ayuna mengikuti langkah kaki Asher yang menuntunnya menuju anak tangga.
Selama kakinya melangkah menuju anak tangga, Ayuna bisa melihat beberapa orang pelayan yang menatap penuh kebencian pada dirinya.
Tidak apa, Ayuna tidak akan mempermasalahkannya sama sekali. Toh jika itu dirinya, ia pasti akan melakukan hal yang sama juga.
Tepat sebelum kakinya memijak anak tangga yang pertama, Ayuna tak sengaja melihat Ibra dan Lara yang sedang saling memadu kasih di sana. Pasangan suami istri itu saling melepaskan kerinduan melalui ciuman yang begitu manis.
Apa ini? Kenapa Ayuna malah merasa ada sesuatu yang bergemuruh, perasaan ini tidak seharusnya Ayuna rasakan. Bagaimana bisa Ayuna merasakan perasaan yang seperti ini pada suaminya orang?
Ah sudahlah, Ayuna tidak mau lagi melihatnya karena ia tidak ingin merasa gemuruh yang aneh ini.
"Nona Ayuna, apa mau saya bantu un—"
"Asher, kita kan seumuran. Panggil Ayuna aja, nggak usah pakai embel-embel Nona segala." Permintaan ini juga bukan sekali atau dua kali Ayuna memintanya, tapi Asher tetap tak mau melakukannya.
"Please, Asher?" Baru saja Asher akan memberikan bantahan, tapi urung ia lakukan begitu melihat Ayuna yang sedang memasang tampang memohon di wajah manisnya itu. Bagaimana Asher bisa menolaknya kalau sudah begini?
Andai saja Ayuna tahu kalau ia berhasil membuat Asher berdebar tak karuan, dan juga ada semburat kemerahan di kedua pipi pria itu. Sayangnya Asher segera membuang pandangnya ke segala arah karena ia tidak ingin Ayuna bisa menemukan penampilan yang menurutnya sangat memalukan ini.
Ayuna dan pesonanya sangat sulit untuk ditolak, Asher sudah mengakuinya sekarang.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/