NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.1M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Ternyata oh Ternyata

Keluar dari ruang Pak Hendra, Puput segera menghampiri pintu ruangan sebelahnya. Sebentar berdiri di depan pintu. Menata jantung yang tiba-tiba berdegup kencang dan tubuh menegang. Untuk pertama kalinya ia akan berhadapan dan big boss RPA.

"Ssttt....ssttt Put-----" Via dengan pelan memanggil Puput sambil berjalan mengendap-ngendap keluar dari kubikelnya. Sejak sahabatnya itu masuk ruang Pak Hendra, jiwa kepo nya meronta. Ingin tahu ada hal apa jam kerja baru teng sudah dipanggil. Dan kini malah mau masuk ke ruangan Owner.

Membuat Puput urung mengetuk pintu. Berbalik badan menatap Via yang mendekat dengan kedua alis terangkat.

"Put, kasih bocoran dulu ada apa? Aku penisirin bingit....jadi gak konsen kerja." Via memegang lengan Puput. Menahan agar jangan dulu masuk. Mumpung Septi sedang berada di lantai bawah, ia leluasa berbincang dengan sahabatnya itu.

"Gak ada masalah kok. Pak Hendra ngasih kabar kalau skorsing aku dicabut. Sekarang aku mau menghadap si boss." Puput menunjuk dengan ekor mata ke arah ruangan owner.

"Aahhh....Alhamdulillah. Ini baru oke boss." Via memekik senang dengan menahan suaranya. "Oke deh, selamat bertemu Pak RPA yang ganteng cool semriwing. Dijamin kamu akan terpana and terpanah asmaranya Rama wahai Dewi Sinta." Via mencolek dagu Puput dengan kedipan genit. Lalu berbalik badan dan melangkah gemulai menuju kubikelnya.

Puput memutar kedua bola mata sambil mencebik. Jengah oleh kelakuan absurd sahabatnya itu. Tidak konsisten. Ucapan kemarin dan sekarang berbeda.

Dih...emang aku cewek apaan mudah terpana.

Ia pun berbalik badan menghadap pintu.

Tok tok tok.

Puput berinisiatif mengetuk pintu setelah memastikan penampilanya rapih. Tak lupa menarik dan menghembuskan nafas perlahan agar tidak gugup.

"Masuk!"

Terdengar suara sahutan dari dalam. Sejenak membuat Puput mengerutkan kening. Merasa familiar dengan suara pria di dalam sana.

Membuka pintu. Di dalam suasana nampak hening. Wangi segar aroma pengharum ruangan menerpa hidung. Puput melihat ada dua orang pria sedang duduk bersisian di sofa. Dengan posisi membelakangi pintu. Sepertinya sedang melakukan diskusi, melihat adanya laptop yang menyala di pangkuan salah satu pria itu.

"Maaf Pak, apa saya mengganggu waktunya?" Puput memberanikan diri bertanya. Tak bisa dipungkiri rasa deg-degan karena takut ada. Mengingat ini kali pertama bertemu owner RPA.

Salah seorang pria berdiri dan membalikkan tubuh serta menatap Puput. "Sama sekali tidak. Silakan duduk, Putri Kirana!"

Deg.

Puput merasa jantungnya berhenti berdetak, lupa bernafas. Saat pandangan saling beradu dengan pemilik wajah tampan dan cool. Dia...

"Apakah aku gak salah lihat?" pikirnya. Matanya dikerjap-kerjap berkali-kali untuk memastikan pandangannya.

"Panggil saja Rama!"

Mulut Puput menganga kaget. Ia teringat perkenalan ulang kemarin di depan kantor polisi.

"RPA. Rama Putra Adyatama. Coba tebak, Put. Umurnya kira-kira berapa?"

Tiba-tiba ucapan Via pun terngiang di telinga saat jam istirahat dulu. Saat Pak Hendra mengumumkan akan kedatangan boss RPA.

"Astaga!" Spontan terucap lirih dari mulutnya. Baru ngeuh jika Rama kakaknya Cia adalah Rama Adyatama sang owner RPA. Ternyata oh ternyata...

"Put, duduk!"

Kesadaran Puput kembali, mendengar sapaan suara yang mulai familiar itu. Rama sudah berdiri di depan kursi kebesarannya. Nampak mengangkat tangan menunjuk kursi kosong di depan meja kerjanya.

Puput menurut melangkah ke kursi yang ditunjuk. Duduk berhadapan dengan suasana formal. Ia ingin bertemu big boss karena ingin menyuarakan aspirasinya. Kritik membangun. Namun kata-kata protes yang telah disusunnya di kepala, mendadak beterbangan dan menghilang.

Puput terpesona. Bukan karena ketampanannya. Karena sejak pertemuan pertama pun kesannya biasa saja. Malah barisan pria yang menyukainya pun tergolong level tampan dan mapan. Namun ia terpesona pada pria yang kini ada di hadapannya karena aura leadership yang kuat dan kentara di wajahnya. Berbeda saat pertemuan kemarin, Rama nampak santai dan friendly. Ia tidak sadar jika sejak duduk, dua pasang mata tidak putus saling tatap.

"Ehmm." Deheman Rama membuat Puput mengerjapkan mata. Lantas menundukkan kepala sambil menjalin jemari. Pastinya wajah putihnya sudah bersemu merah karena sudah lancang menatap tajam dan lama.

"Put, saya terlambat tahu jika karyawan yang saya skorsing adalah kamu. Orang yang sudah menolong Cia."

"Saya sangat kaget dan tidak menyangka. Tentu saja sangat senang juga karena ternyata kamu bagian dari RPA."

"Jadi di sini, secara langsung saya minta maaf yang sebesar-besarnya." Pungkas Rama dengan tulus. Sejak semalam ia gelisah menantikan momen ini tercipta.

Puput mengangkat wajah menatap Rama. Ucapan pembuka big boss itu menyulut keberanian untuknya berbicara.

"Mohon maaf sebelumnya Pak, apa Pak Rama mencabut skorsing hanya karena saya sudah menolong adik Bapak?"

"Kalau bukan alasan itu, apakah akan tetap melanjutkan skorsing pada saya yang selama kerja di sini baru pertama kali telat masuk." Pungkas Puput yang tumbuh lagi keberanian. Mulai mengeluarkan unek-uneknya.

Rama menggeleng. "Andainya yang saya skorsing itu bukan kamu, tetap akan dicabut skorsingnya. Bisa jadi diganti SP agar lebih disiplin lagi"

"Keputusan yang saya buat waktu itu spontan tanpa pikir panjang karena dalam keadaan kalang kabut dan emosi mendapat berita adik kesayangan dilecehkan."

Rama menatap Puput yang mengatupkan bibir dengan tatapan menunduk menekuri meja.

"Sekarang saya pengen dengar langsung. Apa kata maaf saya diterima?!"

Hening. Belum ada ucap yang keluar dari bibir Puput sampai dua menit lamanya.

"Baiklah, Pak. Saya terima permintaan maafnya." Akhirnya Puput legowo, menerima alasannya Rama yang menurutnya logis.

Rama tersenyum penuh kelegaan dan tak lupa mengucap hamdalah.

"Mulai hari ini, Putri Kirana kembali lagi pada posisinya, account officer. Dan saya akan memulai briefing untuk memulihkan nama baikmu."

"Mar, hubungi Pak Hendra! Siap-siap briefing."

Puput mengikuti arah pandang Rama yang berbicara pada orang yang duduk di sofa. Semakin jelas sudah, dia adalah orang yang sama datang ke rumah bersama Enin waktu itu.

"Ayo, Put!" Rama bangun dari duduknya. Merapihkan dulu kemeja yang sedikit kusut. Mengajak Puput keluar untuk mengikuti briefing.

Semua orang berdiri di depan kubikel masing-masing. Semua mata tertuju pada kedatangan Rama, Damar dan Puput yang muncul dari dalam ruangan yang sama. Ikut berdiri pula Hendra memulai opening acara.

Rama, dihadapan semua staf mengumumkan pencabutan skorsing Putri Kirana sekaligus memulihkan nama baik gadis itu. Bahkan dengan bangga menceritakan jasa Puput yang sudah menolong adiknya.

...***...

"Hah, Puuut. Gak nyangka....bener-bener gak nyangka. Dari kemarin tuh kita ngomongin orang yang sama. Hadeuh---" Via tak henti geleng-geleng kepala. Jam istrirahat masih 15 menit lagi. Ia masih betah membahas soal isi briefing tadi sambil duduk sila di teras mushola. Bangga, nama baik sang sahabat di bersihkan lagi bahkan dipuji dan diapresiasi sang owner sebagai wonder women.

"Put, kenapa malah cemberut sih. Harusnya seneng dong kita seruangan lagi. Bisa cuci mata lihat dua cowok keren keluar masuk ruangan." Via mencolek lengan sahabatnya itu yang nampak kurang semangat.

"Inget bakpia! Kamu udah punya Adi. JAGA MATA!" Puput menyentil kening Via yang malah cengengesan.

"Aku seneng kok. Aku cuma lagi mikir aja....kok bisa serba kebetulan gini ya. Ternyata aku nolongin anggota keluarga RPA." Puput tersenyum miring.

"Hei....ingat kata Pak Ustad! Tak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah atas izin Allah!" Via dengan sewot mengungatkan Puput. Padahal kalimat itu paling sering diucapkan Puput padanya.

Puput tersenyum menyeringai. "Iya, maaf sista. Lupa---"

"Tapi aku udah duluan ilfil sama Param. Jadi meskipun udah maafin tapi hati ngerasa masih sebel aja." Keluh Puput mencurahkan suasana hatinya.

"Aduh Siput.....yang keren dong manggilnya. Ganteng-ganteng dipanggil Param. Sampeyan kira param kocok apa!" Via mengeplak lengan Puput dengan gemas.

"Bhuahaha-----. Bagus dong Param Kocok alias Parcok adalah obat oles untuk mengobati pegal linu, encok, bengkak, dan salah urat. Juga menghilangkan rasa lelah setelah bekerja berat dan berolah raga. Ha ha ha---" Puput merasa happy dengan nama panggilan spontanitas untuk big bossnya itu. Meniru bunyi iklan yang sering ia dengar di radio. Tak urung membuat Via pun tertawa terpingkal-pingkal.

.

.

.

Di ruang kerjanya, Rama duduk santai di sofa dengan bertumpang kaki. Makan siang nasi bkx bersama Damar telah usai. Menyisakan box kosong dan botol air mineral di meja. Senyam senyum membayangkan lagi wajah Puput yang kaget sampai menganga melihatnya.

"Plis lah...kalo di kantor harus waras. Jangan kambuh gilanya." Damar menghampiri sambil membawa berkas yang baru saja diprint out. Sebal melihat tingkah Rama sejak selesai briefing, seperti ABG labil yang sedang jatuh cinta. Di depan karyawan imejnya begitu terjaga. Tapi berada di ruangan berdua saja, imej penuh wibawa itu gak ada bekasnya. Senyam senyum tidak jelas. Bersiul-siul mengekspresikan suasana hati riang karena Puput begitu dekat di mata. Yang bisa dilihatnya setiap hari selama berkantor di cabangnya yang ke delapan itu.

Rama mengabaikan omelan Damar. Lebih tertarik membaca berkas yang dimintanya. Berkas tentang keluarga Puput yang didapat dari informan suruhan Damar.

"Nama ayah almarhum Ramdan Wijaya, Ibu Sekar Sari." Rama membaca nama-nama dengan bergumam seolah sedang menghafalkan. Berikut membaca tempat tanggal lahir kedua orang tua Puput itu.

Fokusnya lanjut membaca profil lengkap ketiga adik Puput, mulai tempat tanggal lahir sampai riwayat pendidikan.

"Memiliki tiga orang adik. Oke----" Rama mengangguk faham. "Aulia Maharani kuliah semester tiga; Zaky Wijaya pelajar SMK kelas X; Rahmi Ramadhania kelas 6 SD." sambungnya membuat resume sendiri dengan otak berpikir keras.

"Bro, berarti Puput dan Ibunya yang jadi tulang punggung keluarga." Rama mendongak dari berkas yang masih dibacanya. Menyimpulkan sendiri dari uraian tentang kegiatan usaha Puput dan Ibunya.

"Iya. Faktanya begitu. Kemarin Pak Hendra juga cerita, suka pesan nasi box untuk acara ya dari Puput. Rasanya enak katanya." Sahut Damar meyakinkan.

Rama menyudahi membaca the secret file private. Beranjak menuju meja kerja dan memasukkannya ke dalam laci. Dokumen rahasia yamg akan menjadi jalan pendekatan mencuri hati Puput.

"Bro, satu jam lagi kita pulang!"

"Mau ke mana?!" Dari meja kerjanya Damar menatap curiga.

"Gue mau nemuin Ibunya Puput!" Rama mengetuk-ngetukkan jari ke meja. Berpikir mulai menyusun rencana.

"Ram, jangan dulu melangkah jauh. Beresin dulu urusan sama si Zara!" Lagi, Damar mengingatkan.

"Don't worry, balik ke Jakarta gue beresin semuanya!" Sahut Rama optimis. Sudah lama merasa curiga ada yang janggal dari perjodohannya. Memutuskan Zara harus dimulai dari menguak rahasia antara Papi Krisna dan Ayahnya Zara.

1
maria handayani
/Silent/
As Hen
mosus haahaaa
As Hen
mahal bener put 30rb
Mega Wati
wah... apakah akan jadi pertemuan pertama akbar sama ami...
Elsi 🌻
jangan permen dong Mi, kebagusan.. bilang aja "kendi".. 🤭
Mega Wati
Gak sabar pengen tau gimana pertemuan Ami sama Akbar... 😁😁
Elsi 🌻
ah, jadi kangen masa² pedekatenya Papa Rama..
Elsi 🌻
duh, aduh, banjirr.. gimana inii..
Elsi 🌻
kau cantik hari ini.. dan aku suka.. 🎶
Elsi 🌻
bomat dah daripada gegana.. yegak, pap?
who i am ?
woww sama kaya tanggal n bulan pernikahan akuu...
Elsi 🌻
duh, ngilerr.. 🤤
Elsi 🌻
iya, Mi.. temenan ama lumba².. /Joyful/
Elsi 🌻
serius baru ini denger ada org syukuran buat mobil baru.. biasanya mah syukuran rumah baru or pergi haji/umroh..
Elsi 🌻
Teh Nia, satu dari sedikit author di NT yg mau bersusah payah nyari referensi utk menceritakan latar tempat.. 💖🙌🏻 kebanyakan yg lain, monmaap, cuma asal jadi sehingga info yg dikasi ke pembaca banyak kelirunya..
karyaku: hi kk " transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa mampir
total 1 replies
Elsi 🌻
tergantung Bunda Ratih ini mah, baik buruknya gimana.. jelek di mata orang blom tentu jelek di mata kita.. yg jelas korbannya disini adalah Panji dan adiknya, korban dari keegoisan para orangtua..
Elsi 🌻
lah.. kok jadi kepengen nyanyi Sembako Cinta ini.. /Joyful/
Elsi 🌻
expert banget dah papa buye emang.. jam terbang tinggi.. 😅
Elsi 🌻
Aul ama Panji aja deh.. lebih unyu² gimana gitu.. *netijen ngatur
Elsi 🌻
ayok yg mau lamaran bisa dicontek ini kata²nya.. 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!