seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Lari dari Kematian
Quenn merasakan detak jantungnya semakin cepat. Waktu yang semakin menipis dan tekanan dari pasukan Dmitri yang terus mendekat membuatnya tidak punya banyak pilihan. Rina, yang berdiri di sampingnya, terus berusaha membuka pintu darurat dengan alat pemotong yang sudah ia gunakan. Namun, meski gerakan tangan Rina lincah, pintu itu tetap tak mau terbuka.
"Tidak ada waktu lagi, Rina!" seru Quenn, mata terfokus pada suara langkah kaki yang semakin keras dari arah belakang. "Kita harus menemukan jalan lain!"
"Ini terlalu terkunci, Quenn!" jawab Rina dengan napas tersengal. "Aku tidak bisa membuka ini dalam hitungan detik!"
Vincent yang berada di belakang mereka, menjaga agar musuh tidak semakin dekat, menatap ke arah pintu dengan cemas. "Kita kehabisan waktu. Mereka semakin dekat!"
Quenn menatap pintu itu sekali lagi, kepalanya berpikir cepat. Dalam keadaan darurat seperti ini, tak ada pilihan selain mencoba hal ekstrem. Tanpa memberi tahu timnya lebih lanjut, Quenn melangkah mundur beberapa langkah dan dengan kekuatan penuh menghantam pintu itu dengan bahunya. Pintu darurat itu sedikit bergoyang, tapi tidak cukup kuat untuk terbuka.
"Ini bukan waktunya untuk bertindak gegabah, Quenn!" seru Rina dengan suara penuh kekhawatiran. "Pintu ini pasti sudah dipasang sistem keamanan yang rumit!"
Namun Quenn tidak peduli. Dengan tubuhnya yang sudah terlatih, ia mengambil ancang-ancang lagi, kali ini menumbuk pintu dengan tendangan keras yang mengguncang seluruh bangunan.
Pintu itu berderak, tapi tetap tidak terbuka. Namun, suara langkah kaki musuh semakin mendekat. Quenn tidak bisa menunggu lagi.
"Rina! Gunakan apapun yang kau punya untuk membuka pintu ini! Kalau tidak, kita mati di sini!" teriak Quenn, suaranya tegang dan penuh urgensi.
Rina merasa cemas, tetapi ia tahu ini adalah saat-saat terakhir mereka. Dengan gerakan cepat, ia beralih menggunakan alat pemrograman portabel yang ia simpan di tas. Dalam sekejap, ia terhubung dengan sistem pengunci pintu, mencoba memintas kode dan membuka kunci yang sangat rumit itu.
"Kurang dari satu menit," bisik Rina, penuh konsentrasi. "Sabar sedikit lagi!"
Saat itu, Quenn mendengar suara tembakan yang memecah ketegangan. Beberapa pasukan Dmitri mulai menembakkan peluru ke arah mereka, dan Quenn segera menutup tubuh Rina dengan tubuhnya. Vincent mulai menembak mundur, memberikan perlindungan sementara Rina berjuang membuka pintu.
"Quenn, cepat!" teriak Rina, matanya hampir tak bisa fokus lagi karena intensitas kerjanya.
Dengan peluru yang hampir mengenai tubuhnya, Quenn berteriak, "Rina, cepat!"
Namun, suara tembakan semakin intens, dan Quenn tahu mereka sudah semakin terdesak. "Kita harus keluar sekarang juga!"
Tiba-tiba, dengan satu klik keras, Rina berhasil mengakses sistem dan pintu darurat itu akhirnya terbuka. "Berhasil!" seru Rina dengan napas terengah-engah.
Quenn tidak menunggu lebih lama. Ia menarik Rina dan Vincent menuju pintu darurat yang terbuka, berlari secepat mungkin ke luar gedung. Keadaan semakin berbahaya, suara helikopter di atas kepala semakin keras, dan pasukan Dmitri sudah berada di belakang mereka.
Mereka lari sekuat tenaga, melintasi koridor gelap dan sempit yang tak dikenal. Tembakan mulai menggelegar di belakang mereka, peluru-peluru berdesing di udara. Beberapa kali, Quenn hampir terjatuh karena tergelincir di lantai licin, tetapi ia tidak berhenti.
"Ke sana!" teriak Quenn, menunjuk jalan keluar yang menuju ke area parkir bawah tanah. Mereka bisa menggunakan kendaraan mereka untuk melarikan diri.
Namun, ketika mereka sampai di ujung lorong, Quenn mendapati sesuatu yang mengejutkan. Pintu ke area parkir tertutup rapat, terkunci dengan pengamanan ganda. Mereka tidak bisa keluar begitu saja.
"Rina!" seru Quenn dengan suara mendesak, "Buka pintu ini, cepat!"
Rina tanpa ragu bergerak cepat, menggunakan alat pemrograman yang dimilikinya untuk mencoba membobol pintu itu. "Aku tidak tahu apakah aku bisa membuka ini tepat waktu!" katanya, dengan napas terengah-engah.
Quenn merasakan ketegangan di seluruh tubuhnya, mendengar langkah-langkah cepat pasukan Dmitri semakin mendekat. Waktu mereka semakin habis.
"Jangan berhenti, Rina!" teriak Quenn. "Kita hanya punya sedikit waktu!"
Saat itulah pintu itu terbuka dengan suara gemuruh. Mereka berlari keluar dan menemukan dua mobil yang sudah mereka persiapkan sebelumnya. Quenn segera mengarahkan mereka ke mobil yang paling depan, membuka pintu dengan cepat, dan menyuruh Rina dan Vincent masuk.
"Masuk! Kita harus pergi sekarang!" teriak Quenn, menyalakan mesin mobil dengan cepat.
Vincent, yang duduk di kursi penumpang, langsung menembak ke arah pasukan yang mulai mengejar mereka. Rina, yang duduk di kursi belakang, menatap Quenn dengan cemas. "Apakah kita akan bisa lolos?"
Quenn menatap ke depan dengan penuh tekad, tangan memegang kemudi dengan kuat. "Jika kita tidak, kita mati. Tapi kita tidak akan menyerah begitu saja."
Dengan satu gas penuh, Quenn mengendarai mobil mereka keluar dari area parkir bawah tanah, meninggalkan bangunan yang kini dipenuhi oleh pasukan Dmitri. Mereka melaju cepat, meskipun suara tembakan terus menghantui mereka.
Namun, mereka tahu bahwa meskipun berhasil keluar dari gedung itu, ini belum berakhir. Pasukan Dmitri tidak akan berhenti mengejar mereka. Mereka harus segera mencari tempat aman—dan mencari cara untuk melawan balik dengan kekuatan yang lebih besar.
Di tengah perjalanan yang penuh ketegangan, Quenn menatap ke depan, matanya berbinar dengan tekad. "Kita baru saja memulai. Jika mereka menginginkan perang, mereka akan mendapatkannya."