Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Joan menatap semua karyawan yang kini telah duduk di kursi aula, matanya tanpa sengaja bertatapan dengan mata Anna yang masih terlihat terkejut. Dia berharap Anna tidak akan marah ataupun salah paham padanya, Mungkin nanti ia akan menjelaskan nya pada Anna setelah semua ini selesai.
" Astaga aku bahkan tidak bisa mempercayai ini." ucap karyawan yang duduk di sebelah kiri Anna.
" Aku juga, bukankah dia karyawan IT itu." ucap seseorang lagi.
" Kalau aku tahu dia adalah anak dari direktur, aku pasti akan memanfaatkan itu untuk mendekatinya."
Ucap karyawan disebelah kanan Anna.
" eh, bukankah kau dekat dengan joan Anna." tanya karyawan di sebelah kirinya.
" iya, bisa dibilang begitu." mata Anna tetap mengarah pada joan yang tengah berpidato di depan.
" Apa sebenarnya kau sudah tahu kalau dia adalah anak direktur." ucap karyawan yang lain.
" tidak, sama sekali tidak." ucap Anna.
" Tapi kenapa dia menyembunyikan identitas nya bahkan pada mu yang katanya adalah teman dekat." ucap yang lain.
" Aku juga tidak tahu." ucap Anna, terlihat dari tatapan matanya yang merasa terluka, dia berpikir apa joan tidak percaya padanya atau apa joan takut ia akan meminta bantuan materi padanya, entah kenapa ia merasa telah di khianati oleh joan saat ini.
Anna berjalan dengan beberapa berkas ditangannya menuju ke mesin fotocopy yang terletak di ujung ruangan, kebetulan saat itu joan ada di sekitar sedang di kerumuni karyawan kantor ingin memberi selamat padanya karena telah menjadi direktur yang baru.
Joan melihat Anna yang tengah memasukkan kertas ke dalam mesin fotocopy dan mulai melakukan pekerjaan nya tanpa mempedulikan joan disana.Dengan sekuat tenaga joan mencoba keluar dari kerumunan orang- orang dan berjalan mendekati Anna.
" hei, dari tadi aku mencari mu." ucap joan.
" buat apa mencariku." ucap Anna datar tanpa menghentikan pekerjaannya.
" hmmm kau mau makan siang bersama istirahat nanti." tanya joan.
Anna mengambil tumpukan kertas hasil fotocopy nya dan berbalik ke arah joan dengan tatapan tak bersahabat.
" Aku sibuk." ucap Anna dan berlalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan joan yang kebingungan dengan perubahan sikap Anna.
" Dia kenapa sih, kok jadi beda gitu. Padahal tadi pagi ia terlihat baik-baik saja."
Anna duduk di halte sambil menunggu bis yang akan datang, seperti sebelumnya ia hanya akan menaiki bis terakhir karena dia tidak ingin sendirian di rumah nya. Sekarang dia menyadari bahwa dia sudah lama tidak melakukan kebiasaan nya ini sejak ia bersama joan.
Berbicara tentang joan, Anna tidak mengerti kenapa dia merasa begitu marah hanya karena baru mengetahui kenyataan bahwa joan anak dari direktur perusahaan tempat ia bekerja. Ia merasa kecewa karena joan juga tidak mempercayainya.
Anna merasa ada seseorang yang duduk disampingnya, Anna menoleh dan mendapati joan yang tengah tersenyum padanya.
" Apa yang kau lakukan disini." tanya Anna.
" Sama seperti mu, aku juga sedang menunggu bis." jawab joan.
" Apa pura - pura miskin sudah begitu nyaman untuk mu. Kau bisa menaiki mobil mewah mu tanpa repot menunggu bis sama sepertiku." sinis Anna.
" Kenapa kau berkata begitu padaku, seharian ini kau agak berbeda." ucap joan.
" Aku tidak berbeda, memang ini lah aku yang sebenarnya." ucap Anna agak meninggi. Joan terdiam melihat mata Anna yang sudah mulai berkaca-kaca.
" Sekarang katakan padaku dengan jujur, apa masalah pemecatan ku ada hubungannya denganmu." ucap Anna.
" tidak, maksudku... Ya, aku hanya mengatakan kebenarannya jadi ini tidak sepenuhnya karena diriku kan." ucap joan.
" Lalu kenapa kau menyembunyikan identitas mu selama ini." tanya Anna pada joan.
" karena pasti akan banyak orang yang datang untuk menjilat ku hanya karena aku anak direktur." ucap joan.
" apa kau juga takut aku akan menjilat mu saat aku tahu kalau kau adalah anak dari direktur." ucap Anna membuat joan terdiam karena tidak memprediksi pertanyaan Anna ini.
" Anna aku..."
" aku mengerti, mungkin kau sudah terlalu banyak tahu masalah ku sehingga kau takut aku akan menimpakan masalahku padamu disaat aku butuh, joan kurasa kita harus kembali ketempat seharusnya, aku akan jadi bawahan mu di kantor sama dengan karyawan lain, lalu kau akan menjadi atasan ku. Kita jalani hidup kita masing-masing sekarang." ucap Anna.
" Anna tidak harus seperti itu." ucap joan.
Anna berdiri dan segera menaiki bis yang kebetulan sudah tiba, Anna meninggalkan joan di sana sendirian.
Anna memiringkan kepalanya bersandar pada jendela kaca bis.
" Aku pikir akan ada teman yang tulus, mungkin memang aku harus menjauh." ucap Anna.
Joan berjalan ke arah mobilnya, dia membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Sudah 10 menit ia duduk belum ada tanda-tanda joan akan menjalankan mobilnya, ia menghela nafasnya berat dan mulai menjalankan mobilnya pulang kerumah orangtuanya karena ia berjanji akan ikut makan malam bersama.
Joan memarkir mobilnya, dan masuk kerumah yang besar itu. Saat ia membuka pintu rumah joan terkejut dengan sambutan tangan yang memeluk lehernya.
" joan, aku senang bisa jumpa sama kamu lagi." ucap Tiara teman masa kecil joan yang sudah tinggal di Amerika selama delapan tahun dan tidak pernah bertukar kabar sejak tiga tahun yang lalu kini berada dirumahnya dan memeluk dirinya, dengan kesadaran yang sudah terkumpul joan langsung melepas tangan Tiara dari lehernya.
" joan kau tidak senang dengan kepulangan aku." ucap Tiara manja.
" Kau tidak pernah mengabari ku kalau ingin pulang." ucap joan
" ini surprise." ucap Tiara merentangkan tangannya.
Joan tidak mempedulikan Tiara dan masuk begitu saja, disana ia bisa melihat orang tuanya dan orang tua Tiara tengah berbincang sambil minum teh bersama. Tiara kembali mengerat kan tangannya pada lengan joan tanpa dapat di tepis karena terlalu erat.
" oh nak joan sudah datang ternyata." ucap ayah Tiara.
" joan duduk nak." ucap ibunya, joan segera melepaskan tangan Tiara dari lengannya dan duduk disamping ibunya dan Tiara melakukan hal yang sama dengan duduk di samping ayahnya.
" Wah , lama tak jumpa nak joan makin tampan ya." ucap ibu Tiara.
" ibu bisa aja" ucap ibu joan.
" jadi bagaimana apa kita perlu menentukan tanggal nya sekarang." ucap ayah joan.
Joan yang masih belum paham dengan pembicaraan ini merasa bingung, apa yang tengah orangtua nya rencana kan sebenarnya, apa yang tengah terjadi sekarang.
" Astaga nak joan pasti sedang bingung sekarang harusnya kita memberitahunya lebih dulu bukan." ucap ibu Tiara.
" oh iya ibu hampir lupa. Nak karena kamu sudah mengambil posisi direktur ditambah lagi usia kamu yang sudah cukup matang untuk berkeluarga, jadi ibu dan ayah juga orangtua Tiara berniat menjodohkan kalian berdua." ucap ibunya.
Joan merasa seperti tersambar petir di siang bolong, apa-apaan ini kenapa orangtuanya ikut campur dengan pemilihan pasangannya, ia tidak menginginkan perjodohan ini. Entah kenapa hanya ada satu nama yang terlintas di pikirannya saat ini yaitu Anna.