Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Usai sang adik menelfon, Diana makin susah tidur. Diana bangkit kemudian mengemas pakaian yang diperlukan ke dalam tasnya. Dia berencana untuk pulang menjenguk sang ibu tercinta.
"Sudah jam berapa nih, ternyata aku tertidur." Diana terbangun tepat pukul 06.00, kemudian dia bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
"Aku harus segera bersiap, tapi aku belum izin." gumamnya pelan, kepala Diana terasa pusing karena terlalu lelah dan kurang tidur.
Usai bersiap, Diana berangkat ke Kampus STAI yang jaraknya cukup dekat jika jalan kaki. "Permisi, ada bu Dekan?" tanya Diana mencoba untuk tenang.
"Bu Diana, Ibu Dekan belum datang bu, sebaiknya ibu telfon saja beliau." ucap Karyawan ramah bernama Hikma.
"Terima kasih Hikma." ucap Diana yang keluar ruangan. Disaat dikursi tunggu, Diana duduk dan mengambil ponselnya dalam tas selempangnya.
"Halo bu Dekan." sapa Diana setelah mengucapkan salam. "Maaf mengganggu waktu ibu di pagi hari. Saya atas nama Diana Lestari mau minta izin untuk pulang kampung karena Ibu kandung saya sedang sakit." jelas Diana sopan.
"Ibunya sakit apa Diana?" tanya bu Anita, dekan yang ramah dan baik hati.
"Saya kurang tahu bu, karena semalam adik saya menelfon dan dia tidak menjelaskan secara detail. Sekarang ibu sedang di rawat di Puskesmas bu, dan rencana akan dirujuk ke rumah sakit kota." ucap Diana menjelaskan.
"Baiklah de, pulang lah temui ibumu. Untuk urusan kampus bisa nanti kamu masuk daring atau berikan mereka tugas. Kalau masalah kampus lainnya kamu kan masih punya tim, berkabar lah di chat whatsapp." ucap ibu Dekan bijak.
"Alhamdulillah terima kasih banyak ibu Dekan, semoga ibu dan keluarga sehat selalu. Aamiin." doa Diana tulus. Usai menjelaskan kepada Dekan Fakultas, Diana menuju SMP yang ditempati mengajar juga.
"Permisi, ada kepala sekolahnya de?" tanya Diana pada Staf yang bertugas adalah anak magang.
"Iya, beliau ada di ruangannya bu." jawab Staf tersebut ramah.
"Permisi pak. Boleh saya masuk?" tanya Diana setelah mengetuk pintu.
"Masuk lah. Ada apa bu Diana?" setelah Diana duduk dia menyampaikan tujuannya.
"Begini pak, saya datang mau minta izin pulang kampung karena ibu saya sedang sakit." ucap Diana sopan.
"Bagaimana dengan tugas mengajar kamu? Mau kamu abaikan?" tanya kepala sekolah galak. Beliau Duda beranak satu, namanya pak Arifin. Anaknya juga guru di sekolah tersebut bernama Riska Arifin.
"Maaf pak, mungkin akan saya serahkan pada teman saya pak." ucap Diana gemetar, dia sedang kurang istirahat, banyak pikiran dan ternyata minta izin kepada kepala sekolah malah dilarang.
"Mungkin kamu bilang? Kamu kerja disini saya yang menggaji ya, jangan seenaknya saja." ucapnya ketus. Memang sekolah yang ditempati Diana mengajar adalah swasta.
"Maaf pak. Kalau memang tidak diizinkan saya lebih baik undur diri pak." ucap Diana tegas. Dia lebih memilih mengundurkan diri dari pada dia menyesal tidak pulang merawat sang ibu.
"Bagus lah. Kalau memang kamu tetap berniat pulang ajukan saja mengunduran dirinya. Saya mau orang yang mengajar disini itu orang yang serius."
"Baik pak. Permisi." ucap Diana kemudian melangkah kan kaki keluar ruangan. "Huft, sebaiknya aku langsung pulang, nanti saja aku urus surat pengunduran diri tersebut.
Diana tinggalkan Morowali disaat hari sudah sore karena mobil berangkat sore hari. Paginya Diana tiba di Kolaka langsung menelfon sang adik.
"Dimana dik?" tanya Diana melalui sambungan telefon. Diana baru turun dari mobil, dia berhenti tepat di depan rumah sakit SMS.
"Aku di rumah sakit jaga ibu kak. Ayah juga ada disini. Kakak dimana?" ucap Dina keluar dari kamar ruang inap sang ibu. Dia balik tanya keberadaan kakaknya setelah seharian tidak ada kabar.
"Kakak di Lobi dik." jawab Diana masuk ke rumah sakit menjumpai sang adik. "Keluar lah dik." Pintanya. Beberapa menit kemudian sang adik menjemput, mereka lalu berpelukan.
"Kak, maaf kan aku!" gumam Dina pelan.
"Ssttt kenapa dik?" tanya Diana heran melepas pelukan sang adik. Diana menuntun Dina duduk dikursi tunggu.
"Maaf kan aku kak. Aku gak bisa jaga ibu." ucap Dina sesenggukan.
"Sudah lah, bukan salahmu. Ayo kita temui ibu." ajak Diana, dia menghapus air mata sang adik kemudian masuk ke ruang rawat inap sang ibu.
"Ibu." Sapa Diana. Ibu Riana sedang duduk, beliau baru selesai dari kamar mandi yang dibantu oleh ayah. "Ayah." Diana mengecup punggung tangan ibu dan ayah bergantian.
"Akhirnya kamu pulang nak. Kamu baik² saja kan disana nak?" tanya ibu cemas. "Kalau nikah nanti cari orang yang tulus menyayangimu nak, jangan asal mencintai. Kalau perlu yang sholeh nak." pesan sang ibu.
"Iya bu. Aku masih ingin fokus pada karier bu, supaya bisa bahagiakan ibu dan ayah." ucap Diana sambil menangis. "Ibu sehat² ya!" imbuhnya.
"Ibu gak apa-apa nak." ucap ibu lemah. Selama seminggu Diana berada di rumah sakit merawat ibunya. Keadaan ibu sudah semakin membaik, sehingga diperbolehkan untuk pulang.
"Akhirnya ibu berada di rumah lagi, lebih enak begini nyaman." ucap ibu Riana lirih. Diana yang berada didekat sambil membereskan barang bawaan dari rumah sakit masih mendengar ucapan ibu.
"Ibu cepat sembuh ya! Nanti Diana ajak ibu ke Morowali." ucap Diana memberi semangat.
"Ibu di rumah saja nak. Jaga ayah dan adikmu ya! Bimbing adik mu supaya mau sekolah tinggi hingga sukses dunia akhirat." ucap Ibu serius, Diana hanya mengangguk saja.
"Dik, kakak tidur di kamar kamu ya!" ucap Diana masuk kamar Dina sang adik. Dina mengangguk mengiyakan karena dia sedang sibuk mengerjakan tugas kampus.
"Kamu sibuk ya dik? Kuliah yang bener ya supaya sukses." ucap Diana baring dikasur sang adik. Malamnya mereka tidur berdua, saat tengah malam Diana susah tidur karena memikirkan sang ibu. Diana tiba-tiba menangis terisak, entah apa sebabnya dia juga bingung.