Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Waktu terlalu cepat berlalu, hari pernikahan tinggal 2 hari lagi. Sedangkan Joe dan Eve belum melakukan fitting baju pengantin.
Joe pulang dari sekolah, ia berjalan lurus menuju ke kamarnya. Ia terlihat sangat lelah.
"Joe!" panggil Liana.
Seketika langkah Joe terhenti dan langsung menghampiri sang bunda yang sedang duduk di sofa.
"Iya Bun?"
"Hari pernikahan kalian tinggal 2 hari lagi. Apa kamu dan Eve udah datang ke butik?" tanya Liana.
"Oh itu, nanti Joe akan mengajak Eve" jawab Joe santai.
"Kenapa nanti, sekarang saja. Nanti keburu h-1 Jo." desak Liana.
"Iya Bun, kan Joe belum mandi. Joe juga harus tampil ganteng dong di depan calon istri " Balas Joe sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda sang bunda.
"Banyak alasan kamu, udah cepat sana mandi. Awas kamu bohong Sama bunda"
"Iya iya bunda ku sayang, Joe gak akan bohong" jawab Joe seraya beranjak dari sofa.
Wajar sih Liana bersikap seperti itu. Semenjak acara makan malam waktu itu, Joe dan Eve tak lagi saling bicara. Bahkan Eve tak ada lagi membuat onar. Joe juga sibuk merawat korban tabrakannya.
Sebelum mandi, Joe mengabari Eve terlebih dahulu. Ia mengirim pesan singkat pada sang gadis bahwa dirinya sebentar lagi akan ke sana untuk menjemputnya.
Clings~
Eve melirik ponselnya yang berdering singkat, menandakan ada pesan masuk.
Gadis itu sedang santai menonton tv.
Dengan santai Eve meraih ponselnya. Melihat sebuah pesan yang di kirim oleh Joe via WhatsApp.
Awalnya Eve tidak tahu kalau itu adalah nomor WhatsApp Joe, karena ia melihat foto profil pria itu, barulah ia tahu.
"Ngapain sih boca, gue gak mau ke mana mana!" gerutu Eve kesal, dia melempar jauh ponselnya dan mengabaikan pesan dari Joe tanpa membukanya terlebih dahulu.
"Menikah apanya, bukannya makin bahagia malah makin sengsara!" dengus Eve.
Setelah selesai mandi, Joe segera bersiap dan kembali turun ke bawah. Joe memperhatikan ponselnya. Tidak ada tanda tanda pesan masuk dari Eve. Pesannya tadi pun masih belum di baca.
"Bun, Joe berangkat dulu yah" pamit Joe.
"Hati hati yah sayang, jangan lupa mengirim foto nanti"
"Oke Bun" balas Joe setelah Salim.
Joe pun berangkat menuju ke rumah Eve. Ia tidak peduli Eve sudah membaca atau belum pesan itu.
20 menit berlalu, akhirnya Joe tiba di depan rumah Eve.
Rumah mewah dengan pekarangan yang sangat luas terasa sangat sepi.
Joe turun dari mobil, ia menekan bel beberapa kali, barulah pintu terbuka.
"Eh den Joe, ayo masuk den" Ucap bibi mempersilahkan Joe masuk.
"Maaf yah den, tadi bibi di kamar mandi." Sesal bibi merasa tidak enak.
"Iya bi gak papa, Eve nya ada bi?" tanya Joe to the poin.
"Ada den, di kamarnya" Jawab bibi.
"Mau bibi panggilkan?"
Joe menggeleng cepat. "Tidak usah Bu, biar aku aja yang panggilkan" tolak Joe.
"Oh yaudah, bibi buatkan minuman yah" balas bibi lagi. Joe pun mengangguk pelan lalu berlalu menuju ke kamar Eve.
Bibi tidak melarang Joe atau berpikir yang aneh aneh tentang pria muda itu. Sebelumnya tuan dan nyonya sudah menjelaskan padanya bahwa Joe sebentar lagi akan menjadi suami putri mereka.
Bibi sebenarnya sedikit kaget dan khawatir. Namun, setelah bertemu dengan Joe beberapa kali, bibi jadi merasa Joe adalah orang yang tepat untuk Eve.
Joe berdiri di depan pintu kamar Eve. Menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Menghadapi Eve harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, apalagi kesabaran yang besar. Setelah itu barulah Joe mengetuk pintu.
Tuk! Tuk!
Tak ada sahutan, Joe merasa tidak sabar. Ia kembali mengetuk pintu tapi hasilnya tetap sama.
Dengan tidak sabaran, Joe membuka pintu yang ternyata tidak di kunci.
Joe masuk ke dalam, kamar Eve terasa sepi. Tidak ada tanda tanda keberadaan Eve di sana.
"Kemana dia?" pikir Joe.
Ceklek.
Joe berbalik mendengar suara pintu terbuka.
"Akkkhhh!!!!"
"Akhh!!"
Keduanya saling berteriak nyaring.
Dengan segera Eve masuk kembali ke dalam kamar mandi. Ia tidak tahu jika Joe masuk ke dalam kamarnya. Eve malah keluar dari kamar dengan handuk pendek saja.
Eve mengenakan handuk kimono nya, setelah itu barulah ia keluar.
Joe masih di posisinya, ia benar benar syok melihat tubuh putih mulus Eve, meskipun masih tertutup handuk kecil.
"Lo gak sopan banget sih, masuk ke kamar seorang gadis tanpa mengetuk pintu terlebih dulu." maki Eve.
Joe berusaha bersikap biasa saja meskipun jantungnya berdegup kencang.
"Gue gak tahu Lo mandi. Sejak tadi gue udah ngetuk pintu!" balas Joe tak mau di salahkan. Pria itu duduk di sofa santai Eve yang ada di sudut kamarnya. Biasanya Eve membaca buku di situ jika ia tidak bisa tidur di malam hari.
"Lo kan bisa minta tolong bantu bibi panggilkan gue!"
"Terserah gue, kenapa Lo yang ngatur gue!" balas Joe jutek.
Eve menatapnya kesal, lalu ia pergi ke lemari pakaiannya untuk memilih baju santai. Kemudian, Eve kembali ke kamar mandi. Karena ada pria itu Eve jadi susah berganti pakaian. Biasanya ia akan berganti pakaian di situ aja.
Sedangkan Joe, ia mendadak suka memperhatikan gerak gerik Eve.
Setelah berpakaian rapih dan santai, Eve pun menghampiri Joe.
"Ngapain Lo ke sini?" tanya Eve, ia duduk di tepi ranjang sambil menyisir rambut.
"Kita harus melihat gaun pengantin." jawab Joe.
"Gue gak mau!"
"Lo gak ada pilihan!" balas Joe.
"Terserah!" balas Eve cuek.
Melihat sikap Eve yang keras kepala seperti itu, membuat Joe ingin menggigitnya dan menyeretnya ke butik.
"Lo gak punya pilihan, jika ingin menolak, kenapa Lo kemarin hanya diam!" ujar Joe. Pria itu sudah berdiri di depan Eve.
Eve terkejut, namun ia tetap berusaha mengendalikan raut wajahnya agar terlihat biasa saja.
"Terserah Lo" dengus Eve cuek.
Joe menarik nafas dalam, aroma wangi dari rambut Eve yang masih lembab menyeruak masuk ke dalam Indra penciumannya.
Mendadak bulu kuduk Joe berdiri.
"Eh."
Eve terkejut, tiba tiba Joe mendorong nya ke atas tempat tidur dan membuatnya terbaring.
"Apa apaan sih Lo!" bentak Eve marah, ia mendadak menjadi panik melihat sikap Joe yang berbeda. Apalagi pria ini sudah naik ke atas tubuhnya.
Eve berusaha mendorong Joe, tapi tenaga pria itu sangat kuat.
"Kenapa? panik?" goda Joe.
"Lo gila, minggir dari atas tubuh gue!" titah Eve marah.
Joe tidak peduli, tubuhnya sudah setengah di atas tubuh Eve. Tangannya tergerak membelai rambut Eve yang terasa sangat lembut dan wangi.
"Gue rasa Lo gak terlalu buruk menjadi istri gue" goda Joe.
"Najis" balas Eve cepat.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔