Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S2 ( Bab 25 )
Seolah tak ingin berpisah lagi, Alfath dan Kimmy masih belum ingin mengakhiri kebersamaan mereka hari ini. Selapas menunaikan sholat isya di salah satu masjid, keduanya berjalan-jalan di sebuah pasar malam yang menjajakan aneka kuliner. Mereka berharap malam ini begitu panjang hingga mereka tak perlu pulang ke rumah masing-masing.
Keduanya berjalan menyusuri gerai demi gerai makanan. Lama di pondok lalu pulang ke US, membuat Kimmy kurang familiar dengan makanan-makanan baru. Bahkan hanya sekelas cireng isi ayam dan keju saja, dia tidak tahu.
"Emm.... ternyata enak juga ya." Kimmy mengunyah sambil mengelap sudut bibirnya yang terasa berminyak.
"Orang Bandung, gak tahu cireng," Alfath berdecak sambil geleng-geleng.
"Bukan gak tahu, cuma belum pernah makan yang isian ayam sama keju, selalunya cuma cireng biasa."
Mereka lanjut mencari jajanan yang bisa memanjakan lidah. Situasi yang ramai membuat terkadang, lengan atau bahu bersinggungan dengan pengunjung lain.
"Pernah makan itu gak?" Alfath menunjuk penjual kerak telor, makanan khas Jakarta.
"Dulu pernah. Jangan dikira karena aku orang Bandung, terus gak pernah kulineran makanan orang Jakarta?"
"Oh iya, lupa, anak gaooollll." Alfath sengaja dibuat-buat saat mengatakan gaol, membuat Kimmy tak bisa menahan tawa.
"Haus," Kimmy mengusap lehernya.
"Terosss???"
"Kok teros sih?" Kimmy mendelik kesal. "Ayo beli minum."
Alfath mengulurkan tangannya, "Gak mau sambil gandengan?" tanyanya sambil menaik turunkan alis.
"Bukan mahram!" tolak Kimmy ketus. Dia sebenarnya tahu jika Alfath hanya sedang menggodanya saja.
"Cie... cie.. ngode, minta buruan dihalalin."
"Dih, kepedean banget," Kimmy terkekeh pelan. "Yakin, aku mau?" dia tersenyum lalu berjalan cepat menuju penjual es jeruk peras.
"Heissss, kok aku ditinggal," Alfath buru-buru mengejarnya. "Mau gak?" tanya Alfath setelah dia berhasil mensejajarkan langkah.
"Apaan sih, gak jelas." Kimmy menunduk, menyembunyikan wajahnya yang saat ini memerah karena malu. Jantungnya berdegup tak karuan. Alfath berhasil memporak porandakan hatinya.
Kimmy memesan dua es jeruk peras. Karena pembeli banyak, dia masih harus sabar mengantri meski tenggorokannya sudah sangat pengen mendapatkan aliran kesegaran. Saat pesanannya siap, Kimmy hendak mengambil uang dalam tas, namun Alfath lebih dulu membayarnya.
"Tumben hari ini bayarin mulu, biasanya pelit." Ucapan Kimmy sontak membuat orang lain yang sedang antri menatap Alfath. Wajah cowok itu sampai memerah karena malu. Nyesel banget dia ngasih uang seratus ribu saat membayar tadi, jadi harus nunggu kembaliankan, gak bisa langsung kabur.
"Sayang banget, ganteng-ganteng pelit," ejek seorang cewek yang berdiri tak jauh dari Alfath. Padahal sejak tadi, cewek itu nyuri-nyuri pandang ke arah Alfath, tapi seketika ilfeel mengetahui kalau cowok ganteng itu pelit.
"Tinggalin aja cowok pelit, Neng," ujar ibu-ibu yang juga sedang antri. "Muka cakep gak bisa bikin kenyang, yang ada makan ati mulu."
Kimmy tersenyum absurd. Astaga, sampai segininya candaanya direspon orang-orang. Dia menoleh ke arah Alfath dengan raut bersalah.
"Ambil aja kembaliannya, Pak." Alfath terpaksa merelakan uang kembalian yang cukup banyak demi tidak dianggap pelit. Mungkin malam ini memang saatnya dia bersedekah. Segera dia mengajak Kimmy pergi dari sana, setelah cukup jauh, dia menghentikan langkahnya. Menatap Kimmy, dengan kedua tangan dilipat di dada.
"Puas banget kayaknya?"
Kalimat itu membuat Kimmy seketika nyengir. Melihat muka Alfath yang sedikit cemberut, membuat dia antara merasa bersalah dan pengen ketawa. Yaelah, gini banget.
"Sengaja ya, pengen matiin pasaranku. Pakai bilang aku pelit lagi, kenceng pula," lanjut Alfath.
Kimmy menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tawanya tak meledak. Sumpah, lucu banget ekspresi Alfath kalau sedang kesal. Entah kesal yang hanya dibuat-buat atau beneran kesal.
"Dih, malah ketawa."
"Iya, sengaja, biar aku gak ada saingan."
Dijawab seperti itu, mana mungkin Alfath gak baper. Perlahan tapi pasti, bibir yang awalnya cemberut itu, berubah menjadi senyum. Dia menyerah, susah benget pura-pura ngambek, pengennya senyum mulu kalau lihat Kimmy. Padahal cuma lihat doang loh, udah bikin pengen senyum-senyum mulu.
"Al, kesana yuk, pengen cimol." Kimmy menunjuk gerai bertuliskan cimol.
"Awas kalau bilang aku pelit lagi!"
Kimmy terkekeh mendengar ancaman Alfath. "Iya, iya. Ganteng-ganteng kok galak sih?"
"Haduh, menyala ukhty." Alfath berjalan lebih dulu ke gerai cimol, gantian Kimmy yang mengejarnya sekarang. Setelah mendapatkan dua bungkus cimol, mereka mencari tempat yang nyaman untuk duduk.
Kimmy memang merindukan jajanan kaki lima. Rasanya sudah sangat lama sekali, mungkin sejak masuk pondok, dia sudah tak lagi pernah makan jajanan seperti ini. Dia telihat asyik menikmati makanannya, sementara Alfath, pria itu malah asyik menikmati wajah cantik yang sedang makan cimol, sampai-sampai yang dilihatin salah tingkah.
"Al, gitu banget sih ngeliatnya." Kimmy melemparkan pandangan ke arah lain demi wajahnya tak terus dipelototin Alfath.
"Pelit."
"Pelit, apanya?" Kimmy kembali melihat ke arah Alfath.
"Kamu. Cuma dilihatin doang, gak boleh."
Kimmy terkekeh pelan. "Lha kamu, ngeliatinnya gak kedip, terus sambil senyum-senyum sendiri, gimana gak takut akunya."
Alfath ikutan tertawa. Emang segitunya ya, dia ngeliatin? Astaga, kok udah mirip orang gila aja. Pantas kadang orang bilang, cinta itu gila.
Kimmy melihat jam di ponselnya, ternyata saat ini sudah hampir jam 9 malam.
"Udah malem, aku pulang ya, Al."
Ekspresi Alfath seketika berubah mendengar kata pulang. "Gak bisa nantian dikit ya?"
"Udah malem, Al. Masa anak gadis keluyuran sampai malem sih."
Jadi pengen cepet-cepet ngehalalin, batin Alfath.
"Aku anter ya," tawar Alfath.
"Aku kan bawa mobil sendiri."
Alfath mengambil ponsel Kimmy, menulis nomornya disana lalu membuat panggilan ke ponselnya sendiri. "Nanti malam, aku telepon."
Kimmy tersenyum, "Ini udah malem."
"Ya maksudnya nanti, pas udah nyampek rumah." Alfath benar-benar masih belum rela harus berpisah dengan Kimmy.
"Terserah kamu."