Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Persiapan melamar pekerjaan
"Apa ini bagus, Sarah? Kira-kira sudah cocok belum di tubuh ku?" tanya Eliza pada Sarah yang sedang membantu Eliza memilih baju yang berserakan di atas kasur.
Sarah memperhatikan penampilan Eliza yang terkesan bajunya seperti pria.
"Bajunya memang pria sekali, tapi wajahmu dan dada mu sangat kelihatan sekali wanitanya," ujar Sarah memperhatikan penampilan Eliza dari atas hingga bawah lalu mengelilingi Eliza sambil menatapnya penuh keseriusan.
Eliza membuang nafas secara kasar lalu duduk di kursi meja rias.
"Mana lagi yang harus kupakai jika semuanya tidak ada yang bisa menutup bagian dadaku? Kalau wajah sih masih bisa pakai kumis palsu, suara masih bisa di bedakan, tapi dada?" Eliza mengeluhkan pakaiannya karena untuk kesekian kalinya dia gagal di bagian atas sebab ada bagian yang menonjol menjadi ciri khas wanita.
"Kenapa tidak kamu coba melamar menjadi dirimu sendiri saja? Siapa tahu pria itu berubah pikiran kalau melihat wajahmu yang pernah dia cium."
"Kantor itu sedang membutuhkan sekertaris pria jadi harus jadi pria dulu."
"Daripada kamu kebingungan mencari baju yang cocok untuk menutupi bagian dada besarmu, mending jadi diri sendiri saja melamar kerjanya, siapa tahu di terima."
"Masalahnya Mauren bakalan langsung curiga. Kalau menyamar setidaknya dia hanya tahu aku itu pria."
"El, kamu yakin akan merebut suaminya Mauren dengan cara begini? Nanti kalau pria itu mencintaimu bagaimana? Apa kamu akan tetap bersamanya?"
"Yakinlah, kalau dia mencintaiku itu jauh lebih baik, bukan? Berarti peluangku untuk merebutnya semakin besar dan peluang untuk mendapatkan hatinya juga lebih besar. Kalau sudah berhasil baru ku pergi dari kehidupan mereka." Eliza tersenyum menyeringai penuh misteri.
"Sudahlah, sekarang bantu aku mencarikan lagi baju yang benar-benar cocok." Eliza kembali berdiri dan mengambil kemeja pria berwarna hitam, jas abu-abu, dan celana kain berwarna abu juga.
"El, kamu kan wanita, sedangkan lowongan pekerjaan itu butuhnya pria, masa kamu akan jadi pria tapi CV mu menunjukan wanita?" Sarah baru ingat hal itu.
"Astaga Sarah, kamu benar. Kenapa aku sampai melupakan hal penting itu? Akhh dasar otak bodong." Eliza pun baru sadar dan kembali terduduk lesu mengusap wajahnya secara kasar.
"Yah, gagal dong menyamar dan melamar?"
"Tidak boleh gagal dalam melamar kerja, mau tidak mau aku akan datang sebagai Eliza saja." Eliza kembali berdiri dan berjalan mendekati lemari mencari pakaian kerja. Pilihannya jatuh pada kemeja putih lengan panjang, rok span hitam di bawah lutut, kemudian berjalan ke kamar mandi mengganti pakaiannya.
******
Kantor
"Kamu sudah mendapatkan sekretarisnya belum?" tanya Alex pada Kenan
"Belum, Bos. Lagi diseleksi dulu para pesertanya, kalau Bos ingin menyeleksi secara langsung boleh-boleh saja agar cepat mendapatkannya dan biar Bos sendiri yang menentukan mana yang akan menjadi sekretaris mu, Bos."
"Cuman mencari sekretaris saja lama sekali. Apa yang mereka lakukan sampai saat ini belum ada satupun laporan mengenai calon sekretaris yang cocok?" Alex ngomel sendiri kesal harus menunggu terlalu lama.
"Bagaimana tidak lama, Bos sendiri yang membuat pertanyaannya aneh-aneh saja. Nama siapa, tempat tanggal lahir, kesukaan, punya penyakit apa, dan semua nya harus di pertanyakan sampai no sepatu pun di pertanyakan. Heran saya, Bos." Kenan menggelengkan kepalanya bingung sekaligus heran terhadap pemikiran bos nya.
"Kan harus teliti, Kenan. Saya tidak mau sekertaris saya tidak tahu apapun tentang semua yang akan bersangkutan dengan saya. Saya juga tidak ingin di memiliki riwayat sakit menular. Buruan carikan saya sekertaris hari ini juga. Saya tidak mau tahu, kamu harus mendapatkannya hari ini juga!" Alex berdiri dari duduknya dan berjalan keluar ruangan kantor.
"Cari sekertaris tidak semudah yang dibayangkan, Bos. Kita ini cari pekerja yang mau bertahan lama bekerja bareng Bos, bukan cari makanan di pinggir jalan yang mudah di temukan," balas Kenan seraya mengikuti bosnya dari belakang sambil membawa tas laptop yang sering di gunakan kemana-mana atas suruhan Alex sendiri.
"Saya juga tahu, Kenan. Sudahlah, malas sekali membahas hal ini. Sekarang kita keruangan HRD, saya yang akan mewawancarai para calon peserta," ujar Alex langsung turun tangan sendiri guna memastikan secara langsung para peserta yang akan menjadi sekretarisnya. Dia tidak mau memilih asal-asalan dan tidak ingin gagal dalam memilih calon karyawan sehingga dirinya ikut turun tangan.
Namun, di tengah langkah menuju ruangan seleksi, Alex mendengus kesal pada seorang wanita yang datang berlenggak lenggok berjalan bagaikan seorang model. Wajahnya angkuh tersenyum mengejek seakan bilang jika saya istri dari pemilik Arion jewellery.
"Sialan, bisa-bisanya wanita itu datang kemari. Kenan, kamu urus dia! Saya tidak mau diganggu olehnya dan pastikan dia pergi dari kantor saya! Malas sekali bertemu dengannya, tubuhku terasa gatal kala berdekatan dengan ulat gatal." Alex menggerutu lalu menghindari Mauren yang hendak memeluknya berlindung di belakangnya Kenan.
"Sayang, istrimu datang!" pekik Mauren sedikit berlari merentangkan kedua tangannya siap memeluk Alex. Namun karena Alex menghindari, yang ia peluk cium justru Kenan.
Kenan terbelalak mengetahui bosnya menjadikan dia tameng untuk menghindari serangan wanita ulat ini dan Kenan mendorong tubuh Mauren.
"Anda salah orang nona, saya bukan Alex. Tuh suamimu sudah menjauh. Dasar bos laknat." Omel Kenan menggeram kesal sembari mengusap kasar wajahnya yang terkena ciuman bibir merah delima Mauren.
Mauren pun tak kalah kagetnya dan melihat Alex sudah masuk ke ruangan sambil melirik sinis.
"Sialan kamu Kenan, kenapa kamu berada di hadapan saya dan malah membiarkan Alex pergi?" Mauren geram.
"Mana saya tahu." Kenan mengangkat kedua bahunya lalu beranjak meninggalkan Mauren. "Jangan ganggu Alex! Dia sedang sibuk," ujar Kenan memperingati Mauren agar tidak mengganggu kegiatan mereka setelah itu masuk ke ruangan yang Alex memasuki.
"Alex kamu tidak bisa mengabaikan ku seperti ini. Saya ini istrimu, Alex." pekik Mauren menghentakkan kakinya kesal.
*****
Eliza sudah sampai di depan bangunan megah lima lantai bertuliskan ARION JEWELLERY yang artinya perhiasan pemilah hati yang mempesona.
Bangunan yang didesain sedemikian rupa bernuansa modern begitu indah dan megah. Siapa pun yang bekerja di sana pasti akan merasa betah. Apalagi gaji yang cukup besar membuat sebagian orang berlomba-lomba ingin mendapatkan pekerjaan itu.
"Wow keren sekali! Jadi ini kantor nya, ternyata begitu megahnya." Mata Eliza berbinar penuh kagum kala matanya terus memperhatikan bangunan tersebut. Dia yang datang menyamar menjadi pria dulu agar di mudahkan masuk ke dalam sana. Jika Eliza datang sebagai perempuan dan langsung menanyakan lowongan, yang ada dirinya di tolak mentah-mentah sebelum berperang.
"Permisi, saya mendapatkan info mengenai lowongan pekerjaan sebagai sekertaris di sini." Setelah di persilahkan masuk oleh satpamnya, Eliza langsung menanyakan kepada resepsionis yang ada di sana.
"Iya betul, perusahaan kami sedang membutuhkan sekertaris, kalau Anda ingin melamarnya bisa masuk ke ruangan yang ada di sebelah sana. Itu tempat aula para calon peserta berkumpul," papar resepsionis menunjukan ruangan calon peserta. Dia yang sudah mendapatkan tugas dari atasannya tentu membiarkan calon pelamar langsung masuk ke aula.
"Oh, thanks you, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu," ujar Eliza berpamitan. Suaranya pun tentu saja menggunakan suara pria. Dia memang jago menirukan suara pria dan itu memudahkannya untuk menyamarkan suaranya.
Tapi, saat hendak melangkah, mata Eliza tak sengaja melihat Mauren tengah berlahan keluar. Untuk pertama kalinya dia kembali melihat wajah itu setelah 4 bulan tidak bertemu. Tangannya terkepal kuat dengan sorot mata penuh dendam.
"Mauren, Kan ku rebut suamimu seperti kamu merebut suamiku. Tunggu pembalasanku."