Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Mama.
Setelah pertanyaan terakhir dari Ansenio tadi tak banyak lagi percakapan di antara Keduanya sampai Anis dan Ansenio kembali ke mobil setelah Anis menyelesaikan makannya.
Dari balik kaca mobil, Jasen dapat menyaksikan Ansenio berjalan keluar dari pintu utama restoran. Jasen segera turun dari mobil guna membukakan pintu mobil untuk tuannya tersebut.
Tanpa bertanya apa yang terjadi Jasen segera mengambil persiapan kemeja dari bagasi mobil. Untungnya di dalam mobil Jasen selalu menyiapkan beberapa pakaian cadangan untuk tuannya itu, untuk menjaga kemungkinan yang bisa saja terjadi, seperti saat ini contohnya.
"Ini kemejanya tuan, Nona.". Jasen menyerahkan kemeja putih tersebut pada Anis yang duduk di samping Ansenio.
"Terima kasih, tuan Jasen.".
Ansenio mulai melepas satu persatu kancing kemejanya kemudian melepaskan kemejanya itu, hingga kini pria itu hanya nampak mengenakan singlet. bahu tegap serta dada bidang milik Ansenio tentunya tercetak jelas dan dapat terlihat jelas oleh Anis yang kini duduk di samping Ansenio, tak dapat dipungkiri pria itu memang memiliki bentuk tubuh atletis, mungkin karena Ansenio termasuk tipikal pria yang rajin berolahraga untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Beberapa saat kemudian kini Ansenio telah mengganti kemejanya dengan yang baru. Sedangkan Jasen segera menghidupkan mesin mobil, perlahan mobil yang dikendarai Jasen melaju meninggalkan kawasan resto.
Setelah Tiga puluh menit berkutat dengan padatnya jalanan ibukota, akhirnya kini mobil yang di kendarai oleh Jasen tiba di kediaman Wiratama.
Anis segera turun dari mobil setelah Jasen membukakan pintu mobil untuknya, begitu pun dengan Ansenio.
Setibanya di rumah hal yang pertama kali ingin dilakukan Anis adalah bertemu dengan baby Naya, entah mengapa ia sangat merindukan bayi mungil itu.
Suara langkahnya mengalihkan perhatian mama Dahlia yang kini tengah memberikan susu formula pada baby Naya.
"Kamu Sudah pulang??." dengan senyuman di bibirnya, mama Dahlia menyapa Anis.
"Iya nyonya." jawab Anis, sebelum kemudian melanjutkan langkahnya mendekat pada mama Dahlia dan baby Naya.
Sekilas Anis memeriksa kondisi baby Naya, dan senyum pun terbit di wajah cantiknya. "Alhamdulillah nyonya, sekarang kondisi baby Naya sudah jauh lebih baik dari kemarin." tutur Anis setelah melihat bekas kemerahan di tubuh baby Naya mulai berangsur menghilang.
Anis mengelus lembut pipi baby Naya dengan punggung jemarinya. "Halo anak cantik...." ucapnya.
"Halo mama...." mama Dahlia yang kini memangku tubuh mungil baby Naya lantas menyahut dengan suara yang menyerupai suara anak kecil, dan itu Sontak membuat Anis terdiam mendengarnya.
"Maaf, Jika kamu merasa tidak nyaman dengan panggilan itu." tutur mama Dahlia merasa tidak enak karena melihat Anis hanya diam membeku.
"Maafkan saya, nyonya, bukannya saya merasa tidak nyaman dengan panggilan itu, saya hanya tidak ingin tuan Ansenio berpikir yang tidak-tidak terhadap saya." Anis yang matanya mulai berkaca-kaca lantas menundukkan kepalanya. Bukan karena apa apa mata Anis mulai berkaca-kaca, panggilan mama itulah yang membuatnya merasa tersentuh.
Mama Dahlia menghela napas panjang mendengarnya. Menurut mama Dahlia wajar Anis mencemaskan hal itu mengingat bagaimana sikap Ansenio selama ini terhadap wanita itu.
"Saya tidak ingin tuan Ansenio berpikir jika saya lancang dengan menggantikan posisi nona Ananda di kehidupan baby Naya, Nyonya." lanjut ungkap Anis, dan mama Dahlia nampak mengangguk seolah paham dengan posisi Anis saat ini.
Mendengar suara langkah kaki, dengan cepat Anis mengusap sudut matanya yang basah, lalu menoleh ke sumber suara di mana saat ini Ansenio mengayunkan langkah ke arah putrinya. Namun sebelum itu, Ansenio melirik sekilas pada Anis, pria itu menatap Anis dengan sebelah alisnya yang terangkat ke atas.
Tak ingin mengganggu waktu Ansenio bersama dengan baby Naya, Anis pun pamit ke kamar dengan alasan ingin membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket Akibat seharian beraktivitas.
"Ansen.". Seruan dari mamanya Sontak saja membuat pria itu mengalihkan pandangannya dari wajah cantik putrinya.
"Iya mah.".
"Apa kamu keberatan jika mama mengajarkan putrimu memanggil nak Anis dengan sebutan mama. Lagi pula kalian sudah menikah bukan, lalu apa salahnya jika putrimu memanggilnya dengan sebutan mama??" setelah menimbang nimbang akhirnya mama Dahlia memberanikan diri menanyakan hal itu pada putranya.
"Terserah mama saja." mama Dahlia senang mendengarnya, jawaban Ansenio sungguh di luar dugaan mama Dahlia. Ia pikir putranya itu akan marah bahkan mungkin sampai mengamuk mengingat putranya itu menikahi Anis hanya karena ingin membalaskan dendam atas kematian istrinya, Ananda.
Setelah puas mengabiskan waktu beberapa saat bersama putrinya, Ansenio lantas pamit ke kamar pada mama Dahlia.
Mendengar suara percikan air dari kamar mandi , Ansenio dapat menebak jika saat ini Anis tengah berada di kamar mandi.
Suara notifikasi pesan dari ponsel Anis mengalihkan perhatian Ansenio ke arah nakas, dimana saat ini ponsel Anis berada. Ia pun mendekat pada nakas dan meraih ponsel milik Anis.
"Anin." lirih Ansenio. Anis memang tidak menggunakan sandi pada ponselnya sehingga Ansenio bisa dengan mudahnya membuka pesan yang baru saja masuk ke aplikasi hijau milik Anis.
"Hari ini tuan Armada datang ke rumah untuk mencari kak Anis, tapi anin tidak mengatakan jika kak Anis telah menetap di mes. Anin takut memberitahunya tanpa sepengetahuan dari kak Anis." lirih Ansenio saat membaca pesan dari Anin.
Raut Wajah Ansenio seketika berubah setelah membaca pesan dari anin. ia meletakkan ponsel Anis ke tempat semula tanpa menghapus atau pun keluar dari aplikasi hijau milik Anis, ia membiarkan layar ponsel Anis yang masih menampilkan pesan dari Anin.
Anis yang baru saja keluar dari kamar mandi dibuat bingung ketika Ansenio yang tengah duduk di sofa menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Anis mulai dibuat bertanya tanya apakah ia melakukan kesalahan tanpa disadari olehnya.
"Jangan pernah menemui pria manapun selama kau masih berstatus sebagai istriku, terlebih mantan kekasihmu itu!!." setelah mengatakan kalimat tersebut Ansenio berlalu begitu saja memasuki kamar mandi dengan melewati tubuh Anis yang masih diam mematung.
"Kenapa tiba-tiba tuan Ansenio bicara seperti itu???. Anis memutar lehernya menoleh ke arah pintu kamar mandi di mana tubuh Ansenio telah menghilang dibaliknya. Anis berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan, namun sebelumnya perhatiannya tertuju pada ponselnya. Anis meraih ponselnya untuk mengecek apakah ada yang menghubunginya saat ia berada di kamar mandi tadi, namun ketika menyalakan ponselku Anis akhirnya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
"Oh astaga.... tuan Ansenio pasti sudah membaca pesan dari Anin." perasaan Anis berubah cemas. "Habislah kau Anis.... bagaimana jika tuan Ansenio sampai melakukan sesuatu pada keluargamu karena marah setelah mengetahui pesan dari Anin??? Oh tuhan....Apa yang harus aku lakukan sekarang???." Anis nampak berpikir keras.
Beberapa saat kemudian.
Masih dengan jubah mandinya, Anis nampak mondar mandir di depan pintu kamar mandi sehingga Ansenio yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerut dahi melihatnya.
Sayang sayangku.... untuk mendukung karya recehku jangan lupa like, koment, vote, give, and subscribe ya..... jangan lupa memberikan ulasannya ya sayang sayangku.....😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏🙏🙏
harusnya nggak usah ziarah.
nanti ada waktunya.