Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
.
.
.
Aldebaran melangkah hendak keluar dari kamar tamu yang sekarang ditempati oleh Fay.
"Al!" panggil Fay. Aldebaran menoleh dan menghentikan langkahnya.
"Ada yang diperlukan?" tanya Fay.
Fay tidak menjawab, Fay hanya memegang dadanya menetralkan perasaannya dan debaran dihatinya.
"Apa dadamu sakit?" tanya Aldebaran. Fay menggeleng.
"Dasar tidak peka, aku berusaha menahan debaran jantungku karena perlakuan manismu," batin Fay.
"Tidak apa-apa, bagaimana dengan pakaianku? Aku tidak punya pakaian, juga tidak punya uang," jawab Fay.
Aldebaran mendekat dan tersenyum. Senyum termanis yang jarang sekali ditunjukkan pada orang lain selain keluarganya.
"Kamu pakai pakaian adikku dulu untuk sementara, sepertinya postur tubuh kalian tidak jauh berbeda. Hanya kamu sedikit lebih tinggi dari dia," kata Aldebaran mengelus rambut Fay.
"Aku semakin tidak kuat kalau kamu terus memperlakukan aku seperti ini...," jerit Fay dalam hati.
"Ya sudah kamu istirahatlah, kesehatanmu belum sepenuhnya pulih," ucap Aldebaran.
Fay mengangguk saja, matanya terus memperhatikan Aldebaran hingga keluar dari kamar itu. Setetes airmata jatuh dari sudut matanya. Entah kenapa Fay merasakan hal yang berbeda pada dirinya. Fay di kampus nya pernah berpacaran tapi tidak pernah merasakan seperti saat ini.
Pacarnya tidak pernah memperlakukannya semanis ini, pacarnya juga hanya tau minta uang. Hingga Fay merasa tidak sanggup lagi dan akhirnya memutuskan hubungan mereka. Apalagi saat pacarnya ketahuan sedang bergelut dengan sahabatnya sendiri.
Anehnya Fay tidak merasa kecewa, bahkan setetes airmata pun tidak keluar saat melihat secara langsung pacarnya dengan sahabatnya bergelut.
"Aku gak kuat Al, perlakuanmu meruntuhkan segalanya pada diriku," batin Fay.
Cahaya masuk dengan membawa bubur, dengan tersenyum Cahaya menghampiri gadis itu.
"Bunda ...."
"Makan bubur dulu ya, Nak," pinta Cahaya. Fay mengangguk.
Cahaya dengan telaten melayani dan menyuapi Fay. Sekali lagi airmata Fay jatuh karena perlakuan manis dari Cahaya.
"Jangan sedih, Daddy akan menyelesaikan masalah ini, kamu untuk sementara akan tinggal disini sebelum kembali ke negara mu," kata Cahaya.
"Bunda, bolehkah aku tinggal disini selamanya? Aku sudah merasa nyaman disini, aku mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari keluarga ini," ucap Fay dengan nada lirih.
Cahaya tersenyum, "bunda tidak bisa mengambil keputusan sendiri, lagi pula untuk pindah kewarganegaraan harus banyak prosesnya," jawab Cahaya sambil tersenyum.
Jujur Cahaya juga sayang dengan Fay, baru pertama kali bertemu ia sudah menyukai gadis malang ini.
Cahaya terus menyuapi Fay hingga bubur yang ada didalam mangkuk habis. Aldebaran masuk dengan membawa pakaian ganti untuk Fay. Nanti baru ia akan ke mall untuk membelikan gadis itu pakaian.
"Ini pakaian ganti, masih baru belum pernah dipakai oleh adikku," kata Aldebaran.
"terima kasih," ucap Fay.
"Oya, Daddy akan kesini 2 Minggu lagi, beliau akan mengurus kepindahanmu kesini, Daddy juga akan mengurus black cardmu yang hilang dan mengganti yang baru," kata Aldebaran lagi.
"Benarkah?" tanya Fay lalu bangkit dari duduknya dan langsung memeluk Aldebaran saking senangnya.
Cahaya segera keluar, ia tidak ingin mengganggu mereka. Aldebaran terpaku ditempatnya saat dipeluk oleh Fay.
Tidak ada balasan, dan Fay juga tidak sadar kalau ia memeluk Aldebaran.
"Segitu senangnya dia," batin Aldebaran.
"Maaf," ucap Fay setelah sadar kalau ia memeluk Aldebaran. Fay berubah menjadi kikuk.
"Kenapa?" tanya Aldebaran.
"Hah, maksudnya?" tanya Fay.
"Mengapa kamu begitu senang?" tanya Aldebaran balik.
"A-aku, mmm ... Aku seperti mendapatkan keluarga baru disini, itu sebabnya aku merasa senang," jawab Fay. Aldebaran tersenyum lalu memeluk Fay.
"Ya, anggap saja kami semua adalah keluargamu," kata Aldebaran. Fay mengangguk.
"Mandi sana, aku mau lanjut kerja," ucap Aldebaran.
"Aku mencintaimu Al," gumam Fay saat Aldebaran sudah menutup pintu.
Aldebaran masuk keruang kerjanya dan memeriksa email yang kirim oleh asisten pribadinya.
"Ternyata imut juga," gumam Aldebaran sambil tersenyum, kemudian ia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pemikirannya tentang Fay.
Didapur...
"Bagaimana keadaannya, Nak?" tanya Wardina.
"Baik Bu, hanya perlu istirahat saja," jawab Cahaya.
"Aku suka melihat gadis itu, sepertinya dia cocok dengan Al," kata Wardina. Cahaya tersenyum.
"Entahlah Bu, kita lihat kedepannya saja. Keduanya juga baru saling kenal, Al juga selalu menyangkal kalau ditanya tentang perasaannya, padahal ia tidak sadar perlakuan nya itu membuat orang baper," kata Cahaya.
"Suamimu sebentar lagi pulang kerja, bersiaplah untuk menyambutnya," titah Wardina.
"Iya Bu, aku tau kok," jawab Cahaya.
Wardina dibantu pelayan sedang menyiapkan makan malam, karena saat ini sudah hampir pukul 6 sore.
Terdengar suara deru mesin mobil, Cahaya segera kedepan untuk melihat dan menyambut kedatangan suaminya.
Baru keluar dari mobil, Ram langsung tersenyum karena sang mantan pacar sudah menunggu didepan pintu.
"Honey!" sapa Cahaya lalu mencium tangan suaminya.
Ram meraih tengkuk Cahaya dan mengecup kening dan bibir istrinya sedikit lama.
"Orang bucin ingat tempat dong," kata Aldebaran yang baru saja selesai dengan pekerjaan.
Aldebaran baru saja keluar dari ruangan kerjanya dan melihat pemandangan dua pasangan sedang kissing.
"Iri aja kamu, besok ayah akan daftarkan kamu sama Fay pada urusan agama," kata Ram.
"Jangan...." Tanpa sadar Aldebaran sedikit berteriak.
"Kenapa? Ayah sama Bunda juga tuan Gerald sudah sepakat untuk menikahkan kalian," kata Ram.
Aldebaran sudah tidak berkutik, padahal ayahnya sedang bercanda, tapi terdengar serius.
"Aku mau menikah dengannya, tapi jangan sekarang, Ooppss ... Maaf," ucap Aldebaran keceplosan kemudian berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya karena malu.
Kedua pasangan suami istri itu langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkah putranya yang terlihat sangat malu.
"Yuk sayang kita buat adek baru untuk mereka," ajak Ram.
Buugh ... Cahaya memukul dada bidang suaminya pelan. Ram hanya tertawa sambil menggandeng tangan istrinya menuju kamar.
"Kita sudah tua honey, lihatlah sebentar lagi kita akan punya menantu," kata Cahaya.
Saat ini mereka sedang berada didalam kamar, Ram memeluk Cahaya dari belakang.
"Kamu sadar gak sayang?" tanya Ram.
"Hmmm, apa?!" tanya Cahaya balik.
"Kisah Ale dan Ars sedikit mirip dengan kisah kita dahulu, hanya berbeda versi," jawab Ram.
"Iya, ya. Kok aku baru nyadar, dulu honey menolongku dan tidak disangka ternyata kita berjodoh. Dan sekarang sepertinya terulang pada putri kita," kata Cahaya sambil merenung jauh saat masa kecilnya.
"Aku bahagia memilikimu, sayang," kata Ram.
"Aku yang paling bahagia, honey," jawab Cahaya.
Sementara Aldebaran merutuki dirinya sendiri. Karena sudah keceplosan saat bicara.
"Kenapa kamu bisa bicara seperti itu Al?" gumamnya.
"Bagaimana aku menghadapi Fay seandainya dia tau?" batin Aldebaran.
Merasa gerah karena memikirkan hal tersebut, Aldebaran pun masuk kedalam kamar mandi. Ia melepaskan pakaiannya satu persatu dan menyiram tubuhnya dengan air dingin. Berharap bisa menghilangkan semuanya. Rasa malunya dan lain sebagainya.
"Tapi ayah sama Bunda juga menikah muda," gumamnya.
.
.
.