"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Mendapatkan nya
Mau jungkir balik mencari nya sampai keseluruh desa atau pun desa tetangga, Bagas tidak peduli karena dia harus menyelamatkan Xiela yang sudah di ambang kemusnahan. apa lagi kata Aksara sekarang tubuh nya sudah menjadi bayangan dan hanya tingggal bagian kaki saja yang terlihat, bertambah resah lah hati pria tampan rupawan yang sebelum menolak mati matian cinta nya Xiela.
Sekarang baru dia merasakan bahwa Xiela memang gadis baik, tapi sayang nya gadis itu sudah tidak mengejar dia lagi karena sakit hati atas ucapan Bagas kala itu. maka nya Xiela lebih baik pergi sendiri ketika Arini menyuruh dia bersama dengan Bagas, sebab dia memang tidak ingin berbicara dengan Bagaskara lagi.
Malah kebalikan pula sekarang Bagas yang tidak tenang dan kadang ingin bicara pada Xiela, tapi cepat gadis itu menghindari nya dengan berbagai macam cara. lalu sekarang malah dia cidera karena melawan jubah hitam sendirian, karuan membuat Bagas pontang panting mencari penawar nya yang sangat sulit.
Sebenar nya bukan sulit karena langka, tapi sulit karena sudah di rusak oleh jubah hitam karena dia tidak mau bila Xiela bisa selamat dari racun nya. seolah itu memperingatkan pada Purnama bahwa jangan macam macam pada dia, karena jubah hitam tetap ingin melakukan kejahatan tanpa ada yang menghalangi.
"Dapaaaat!"
"Mama?!" Bagas melihat Aksara yang mendapatkan kelapa gading yang masih utuh.
"Satu terselip di antara yang lain, janur nya juga tidak ada! ku rasa dia kelewatan saat membelah." ujar Aksara.
"Syukurlah dapat, tinggal mencari janur saja." Bagas agak lega.
"Mungkin sebaik nya kita cari di bekas pohon yang di rusak, siapa tau bisa di ambil yang tersisa." usul Aksara.
Bagas tidak menjawab ucapan nya Aksara karena mata dia menemukan objek yang sedang di cari, walau sudah di rendam dalam lumpur. tapi setidak nya bisa di ambil dan nanti di cuci, jadi lah dari pada tidak dapat sama sekali dan dari pada harus keliling mencari di desa lain yang belum tentu ada juga.
"Ini bisa lah di pakai, tidak apa apa walau penuh lumpur." Bagas kara langsung mengambil nya.
"Ayo cepat dan kita harus pulang." Aksara sudah tidak sabar.
"Iya!"
"Kasihan Xiefa bila adik nya sampai musnah, sekarang saja dia sudah tidak mau diam." lirih Aksara.
"Kasih sayang pada adik ny sangat besar, memang Kakak yang baik." puji Bagaskara.
"Kau sebagai Kakak tentu nya paham, apa pun yang menyakiti adik nya tak akan pernah Kakak maafkan." sindir Aksara.
"Hmmm ya tentu saja!" angguk Bagas agak kaku karena tersindir dengan ucapan Aksara.
Mereka segera pulang karena takut bila sampai telat, sudah pasti ini di rumah semua nya menunggu dengan cemas bagai mana hasil nya mencati kepa adan juga janur. tidak sampai sepuluh mebit sudah tiba Aksara dan juga Bagas, mereka begitu terenyuh melihat keadaan Xiefa yang juga lemas lunglai karena ketakutan.
"Kenapa kau lama sekali, Bagas!" Purnama sudah menggeram.
"Semua pohon kelapa gading di rusak oleh jubah hitam, ini saja kami harus mencari sisa nya." Aksara yang menjelaskan karena Bagas mencuci janur agar bersih.
"Jubah hitam sampai melakukan itu?!" kaget Purnama.
"Benar! dia seperti nya sangat ingin memperingati mu agar jangan sampai ikut campur dalam urusan ini." angguk Aksara.
Leha cepat mengambil janur yang sudah di cuci oleh Bagas, dia menjalin nya seperti tikar dan setelah dia lihat dan di perhatikan itu berbentuk huru X yaitu inisial nya Xiela yang menjadi korban, semua nya masih diam memperhatikan dengan seksama pada kerjaan Leha.
"Cepat pegangi ini di atas dada Xiela, lalu guyurkan air kelapa itu!" titah Leha yang siap membaca mantra.
"Itu bahasa dari daerah mana?" bisik Aksara pada istri nya karena dia tidak paham bahasa Xiela.
"Entah lah, kita diam saja dulu. yang penting Xiela bisa selamat." jawab Nilam juga tidak tau.
Air kelapa gading jatuh menimpa luka di dada Xiela yang hitam dan daging nya habis semua, Leha menyuruh Bagas mengosok luka itu agar air kelapa rata semua. tentu nya Bagas hati hati dan juga takut karena ini luka parah, untung nya dapat penawar walau hanya tinggal telapak kaki Xiela yang masih jelas.
Kletuuup, kletuuuup.
Suara keletupan keluar dari luka yang tersiram air kelapa, Bagas tidak bisa melihat karena tertutup oleh janur kelapa yang sudah di jalin. dia hanya bisa merasakan nya, entah bagai mana bentuk dada Xiela sekarang dia juga tidak paham, hanya berharap itu akan baik baik saja.
"Syukur lah bisa rata kembali." Leha berguman pelan dan mengangkat janur.
"Wah sudah montok lagi, tidak ada luka nya." Nilam berseru senang.
Plaaak.
Xiefa menggeplak tangan nya Bagas yang masih tetap mengelus elus dada Xiela yang sudah montok itu, Bagas tidak sadar karena luka nya sudah hilang dan malah berganti dengan benda yang sangat lembut dan juga kenyal sekali. ternyata itu adalah gunung yang sangat indah, maka Bagas cepat menarik tangan nya dan berdehem agar tidak gugup.
"Baru tau kan kau kalau benda itu empuk." goda Aksara.
"Diam lah!" Bagas merah padam karena malu sekali.
"Maka nya jangan hanya stuck di satu hati saja, bila sudah tidak dapat ya buka lah hati mu untuk wanita lain." nasihat Aksara.
"Bicara apa sih kau ini?!" Bagas cepat menjauh walau masih penasaran karena Xiela belum sadar juga.
"Kenapa dia belum bangun, Leha?" Xiefa memangku kepala adik nya.
"Tunggu lah sebentar lagi, otak nya belum terhubung." jawab Leha melihat keadaan Xiela.
"Xiela ini Kakak, bangun lah sekarang." Xiefa berusaha menyadarkan adik nya.
"Dia menangis, Xiefa!" bisik Nilam menunjuk air mata yang keluar dari Xiela.
"Apa yang membuat mu sedih? kau takut aku tidak menyayangi mu, berapa kali sudah ku katakan bahwa aku menyayangi mu dan tidak peduli pada hubungan Ibu kita." Xiefa mengusap air mata adik nya.
Xiela kerap merasa takut bahwa Xiefa tidak sayang pada nya karena hubungan Ibu mereka yang sangat buruk sekali, namun Xiefa tidak pernah memandang hal itu karena Xiela orang nya asik. walau hubungan mereka erat nya setelah menjadi arwah, dulu gengsi mau bilang saling sayang.
"Apa kau pernah berkata melukai hati nya?" Purnama berkata pelan pada Bagas.
"Ak-aku! aku tidak tau." Bagas gagap mau menjawab nya.
"Bila ada maka mungkin saja dia menangis karena ucapan mu!" ucap Purnama.
Bagas menelan ludah dengan susah payah karena memang Xiela ingat ucapan dia yang memburukan Ibu nya, karena sejak saat itu Xiela sudah berhenti tidak mengejar cinta nya lagi.
bahwa kehadirannya begitu berharga
wkwkkwkk nangis ....nangis kau bagas di bawah pohon kelapa😁