NovelToon NovelToon
DATING? YOU'RE DEAD!

DATING? YOU'RE DEAD!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Psikopat itu cintaku / Trauma masa lalu
Popularitas:64k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.

Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.

Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.

Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.

Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.

Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DYD35

POV EDWIN

PLAK! PLAK! PLAK!

Rasa nyeri yang menjalar ketika bokong ku di tampar keras oleh ayah, masih bisa ku ingat sampai sekarang. Saat itu, aku baru saja menginjak usia lima tahun. Ayah menghajar ku habis-habisan, hanya karena aku terlihat bahagia saat menggambar diatas kertas menggunakan crayon yang merupakan hadiah dari ibu.

"Apa yang kau lakukan barusan? Kau tersenyum bahagia hanya untuk hasil gambar buruk rupa seperti ini?" tanya Ayah dengan tenang. Namun, tangannya begitu jahat merobek hasil karya ku.

Why? Apa salahnya aku menggambar? Aku hanya menggambar sebuah lemari yang menjadi tempat aktivitas ayah keluar masuk setiap malam. Itu merupakan gambar ter-normal yang pernah aku buat.

Selama ini ayah selalu murka jika melihat gambar ku yang meniru aktivitas sehari-hari di rumah itu. Contohnya, saat aku membuat ilustrasi seorang ayah yang mencekik anak lelakinya. Ayah begitu murka saat melihat aku membuat gambar reka adegan aktivitas sehari-hari yang ia lakukan padaku.

Benar, selama ini ayah selalu mencekik leherku jika suasana hatinya sedang tidak baik. Tak hanya itu, beliau juga sering menampar bokong ku, serta memukul area tubuh yang sulit dijangkau mata orang lain.

Aku menahan air mata saat ayah menginjak-injak crayon pemberian ibu sampai hancur berkeping-keping. Jika aku menangis, aku yakin tulang ku lah yang akan hancur rata dibuatnya. Ayah bilang, anak laki-laki tidak boleh menangis. Kenapa? Bukankah aku juga manusia yang memiliki perasaan senang maupun sedih?

Aku menahan ekspresi, tak menunjukkan wajah sakit ketika ayah menyeret lenganku dan membawa aku ke meja makan. Ayah mendorong kuat tubuh ini, aku menggigit lidah agar tak mengeluarkan suara ketika tubuh kurus ku menghantam sudut meja. Rasanya sakit sekali, tapi, sumpah aku tidak menangis. Aku kuat kan?

"Makan dan habiskan!" Titahnya padaku seraya menunjuk daging panggang yang sudah tersuguh di atas meja.

Ah, perutku mual. Aku sungguh tak suka dengan hidangan buatan ayah setiap ibu pergi menginap di rumah kakek dan nenek ku. Aku sangat menyukai menu daging, tetapi, tidak dengan hidangan daging buatan ayah. Menu daging yang disuguhkan ayah, rasanya benar-benar aneh.

"T-tommy masih kenyang, Yah ...," tolak ku secara halus.

"Kenyang? Atau jijik lebih tepatnya?" Ayah menatapku tajam, sudut bibirnya terangkat satu. "Jika kau memang putra ku, kau akan sangat menyukai menu ini. Habiskan ...."

Aku meneguk ludah kasar, garpu dan pisau yang ku genggam turut bergetar. "T-tapi, Yah--"

BRAK!

Kedua telapak tangan mungil ku menutup kedua telinga, air mata yang sejak tadi mati-matian ku tahan berakhir luruh di pipi kala ayah mengangkat sudut meja dan menumpahkan semua hidangan yang ada. Hinaannya melengking-lengking, membuat telinga ku berdenging. Ku pejam erat mata ini dengan tubuh yang berguncang hebat. Aku takut ....

BRUGH!

Tubuh kecil ini lunglai di atas lantai. Sebelum aku menutup mata dan tak sadarkan diri, aku sempat menatap sorot mata pria itu yang begitu dingin, seolah ingin memakan ku hidup-hidup.

Mengalami penganiayaan di usia sekecil itu membuat aku tumbuh menjadi anak yang pendiam dan tak berani mengeluarkan pendapat. Kehilangan percaya diri membuat aku tak memiliki satupun teman. Aku melewati masa suram itu selama beberapa tahun. Sampai suatu ketika, anak perempuan bermulut cerewet menghampiri aku yang sedang menggambar di halaman sekolah.

"Gambar apa itu?" Anak perempuan dengan rambut di kuncir dua berdiri di belakangku, matanya menyipit dan mengintip karya buatan tanganku.

Ah, menyebalkan. Padahal hanya di sekolah aku bisa melakukan hal-hal yang aku suka. Tapi, kenapa anak cerewet ini mesti memergoki aku sih?! Bisa bahaya jika ini tersebar dan terdengar sampai ke telinga ayah.

"Nama ku Bella, Nama mu Tommy kan?" tanya nya dengan senyuman lebar. Aku hanya diam saja, sudah keburu dongkol.

"Wuaaah, gambar mu bagus sekali? Apa ini pocong?" Bella masih berusaha berbicara dengan ku. Tapi, malah semakin membuat ku dongkol.

Bagaimana bisa dia mengatakan aku menggambar pocong? Padahal aku sedang menggambar bu guru yang tengah bersandar di bawah pohon. Aku melemparkan bombastic side eye pada Bella yang mengedip-ngedip lucu, tetapi, terlihat menyebalkan bagiku.

"Kau lihai dalam membuat orang kesal ya?" sindir ku. "Edwin, panggil aku Edwin. Aku tidak mau di panggil Tommy. Dan ... jangan bicara pada siapapun kalau kau melihat aku menggambar!"

Bella mengangguk, lalu membuntuti aku yang mulai melangkah pergi. Begitu mengikuti sampai ke kelas, mahluk cerewet itu kembali ke kelasnya.

Semenjak hari itu, aku tidak bisa beraktivitas dengan tenang. Bella mengikuti ke mana pun aku pergi. Bahkan, di depan pintu toilet pun gadis kecil itu masih menciat-ciat memamerkan ayahnya yang bekerja di kepolisian. Menyebalkan!

Namun, seiring waktu berlalu, siapa sangka? Aku lah yang terus mengekori Bella bagai anak itik yang tak bisa jauh dari sang induk. Bella layaknya rumah yang nyaman. Aku bisa menggambar tanpa takut diketahui siapapun. Aku bisa menjadi diriku sendiri dengan penuh percaya diri. Bertemu dengannya merupakan candu ku.

Sampai akhirnya, aku di kirim keluar kota dan memilih memutus komunikasi dengannya. Aku kembali kehilangan rasa percaya diri ketika menyadari aku merupakan seorang anak dari pembunuh keji.

Aku kembali melewati masa-masa suram, tak ada tempat bercerita dan juga berbagi. Ditambah lagi, aku masih terkenang-kenang masa di mana ayah mengeksekusi mangsanya. Hati ku kelam, mental ku rusak.

Tepat setelah tamat SMA, ayah kembali menekan ku untuk masuk fakultas kedokteran.

"Kau sudah ku besarkan dengan susah payah, sudah waktunya kau membalas budi dengan menuruti kemauan ku, Tom. Kau harus menjadi seorang Dokter dan memimpin rumah sakit peninggalan kakek mu! " bentak Ayah kala itu.

Balas budi? Orang tua mana yang membahas balas budi pada seorang anak? Bukankah, aku hadir ke dunia ini karena mereka yang menginginkan aku? Ah, mau gila rasanya.

"Yah, minat ku hanya ada pada jurusan seni rupa. Sampai kapan Ayah mau seperti ini? Aku sudah dewasa, bukankah aku berhak memutuskan pilihan untuk masa depan ku?"

"Seni rupa katamu? Jangan bilang ... sampai saat ini kau masih melukis?!" Selidiknya sinis sambil menatap nyalang ke arah Ibu.

Lagi-lagi aku memilih diam, hak bicara ku seolah dirampas. Aku memejamkan mata, sedangkan ibu sudah berlinang air mata. Sungguh aku tak tega melihat tubuhnya yang semakin kurus karena makan hati.

Melihat air mata ibu, membuatku menimbang-nimbang tekanan dari ayah. Dada yang kian sesak, mengantarku untuk menuruti kemauan ayah. Meskipun, mental ku yang berantakan seolah berkata, aku bisa menjadi monster sepertinya jika aku menuruti impiannya. Namun, apa bisa dikata? Sejauh apapun aku berlari, aku tak bisa meninggalkan keluarga berantakan ini.

Semenjak kemauannya dituruti, ayah tak lagi heboh menuntut ini dan itu. Meskipun aku nyaris gila karena tak bisa mewujudkan impian ku saat itu, tetapi, senyuman ibu seolah mengembalikan kewarasan ku. Apalagi, diam-diam, ibu membawaku ke sekolah khusus seni lukis.

"Bagi Ibu, senyuman kamu yang utama, Nak," Ucap Ibu kala itu.

Ibu memang paling mengerti aku. Ah, aku bahagia sekali, senangnya luar biasa. Tak ku sangka setelah tiga tahun mengubur impian ku dan menuruti kemauan ayah, aku masih diberi kesempatan untuk kembali menghias kanvas dengan sebuah kuas.

Namun, semua kebahagiaan ku tak berlangsung lama. Tepat tak lama setelah aku menyelesaikan pendidikan, ombak besar menghantam kehidupan ku. Aku kehilangan ibu karena ulah monster itu. Aku menggila, kewarasan ku lenyap sudah. Aku mulai berulah.

Hal pertama yang aku lakukan adalah men-tatto kedua pergelangan tangan sebagai bentuk protes padanya yang sudah merampas semua impian ku.

Hal kedua, mengamankan dan memisahkan semua harta peninggalan ibu atas nama ku. Harta peninggalan ibu tak main-main, saat ini aku memiliki rekening di Swiss, Luksemburg dan juga Isle Of Man. Entah apa yang dikerjakan mendiang ibuku sampai-sampai kematiannya mengantarkan diri ini menduduki posisi yang setara dengan ayah.

Hal ketiga, setelah ayah berkecimpung di dunia politik, aku menyelidiki cara ayah beraksi selama ini dan menirunya. Selain aku membenci wanita-wanita dari aplikasi kencan yang sudah merenggut nyawa ibu ku, aku memang bertujuan agar kasus ini tersorot media dan diselidiki kembali.

Aku nyaris tertawa saat melihat wajah pias ayah. Jelas dia tau, aku lah yang menirunya. Mungkin, sekarang ia baru menyadari bahwa aku lah yang mengintip kegiatannya di ruangan bawah tanah pada masa dulu.

Ayah meminta aku berhenti melakukan hal gila ini. Ia tak mau aku tertangkap dan berujung merusak citra nya di dunia politik, apalagi kalau sampai berujung dirinya ikut terseret.

Aku tak peduli, aku tetap memuaskan hasrat gila ku. Lagi pula wanita-wanita dari aplikasi kencan itu memang layak mati. Karena sebelum membunuh mereka, aku sudah menyelidiki. Mereka memiliki track record merusak kebahagiaan orang lain.

Kehidupan para anak menjadi kacau yang disebabkan pertengkaran kedua orang tua, nilai-nilai drastis menurun. Belum lagi kekerasan rumah tangga yang dilakukan suami pada istri hanya karena panik ketahuan bercinta dengan seorang wanita yang dikenalnya dari aplikasi kencan. Dan, berujung pada perceraian.

Seolah tak puas dengan hancurnya kehidupan orang lain, mereka terus mencari mangsa dan merogoh pundi-pundi rupiah hanya untuk membeli tas branded demi memuaskan gengsi. Ya, aku mendekati dan membunuh orang-orang seperti mereka.

Sampai suatu ketika, sebuah chat dari seorang wanita menyapa terlebih dahulu di aplikasi kencan itu dan berujung membawa ku pindah ke kota masa kecil ku dulu.

Benar, wanita itu adalah Bella. Aku menyewa seorang ahli untuk menyelidiki semua yang berkaitan dengan diri nya. Alhasil, aku akhirnya mengetahui bahwa gadis kecil ku itu sekarang ini sudah menjadi detektif cantik. Bisa ku tebak, ia pasti sengaja mendekati aku untuk menyelidiki kasus pembunuhan ini.

Saat itu, aku membulatkan tekat. Aku akan membunuh Bella, rencana sudah ku susun rapi. Sampai tiba harinya untuk mengeksekusi, aku membuntuti kemanapun ia pergi. Tapi, kenapa kaki ku seolah terpaku di atas tanah ketika melihat senyumnya merekah? Ah, sial, aku jatuh cinta!

Aku memilih meninggalkan kota itu dan kembali ke kota lama. Aku tak mau sampai ayah mengendus bahwa aku telah memiliki seseorang yang berarti. Jika ayah tau, ia bisa memanfaatkan kelemahan ku. Pindah ke kota asal, cukup membuat kehidupan ku kembali tenang.

Namun, bodohnya, setelah pindah aku masih saja memiliki hasrat kotor itu. Ternyata memang benar, sekali saja membunuh, maka aku akan kecanduan. Ah, andai saja waktu bisa ku putar kembali ....

Malam ini, ku tatap sendu wajah Bella yang terlihat muram. Kedua tangan yang terikat membuatku tak dapat beraktivitas banyak. Perutku sudah menjelma menjadi samsak saat Bella melayangkan tinjunya berkali-kali karena aku lagi dan lagi ingin melummat paksa bibir manyun nya.

Bella mendengarkan semua cerita ku dengan baik. Aku menceritakan semuanya, termasuk tujuan ayah mengejar posisi menteri perdagangan untuk memuluskan aksinya dalam penjualan organ keluar negeri.

Bibirku tersenyum tipis melihat Bella dengan cekatan mencatat semua yang ku ucap. Ah, aku ingin memeluknya. Sepertinya ... aku tak sanggup berpisah lagi darinya. Aku benar-benar gila!

"Bell ...."

"Hm?"

Bola mata bundar itu melirik tegas.

"Boleh aku meminta sesuatu?"

"Apa?"

"Itu ...."

Bibirku mengerucut, mataku menatap gunung kembar nan kenyal yang bersembunyi di dalam bajunya.

"Ku tempeleng keluar roh mu, mau?" Bella menatap sengit, aku langsung terkikik.

"Aku belum selesai bicara, hanya saja kau begitu menggoda sampai-sampai bola mata ini tiba-tiba menatap ke sana," kilah ku.

"Apa?!" tanya nya lagi dengan raut masam. Tapi, di mataku terlihat sangat menggemaskan.

Ku tarik napas dalam-dalam, lalu memasang wajah serius. "Tolong pertemukan aku dengan pengacara ayah ku ...."

*

*

*

1
kapaloleng
si kompeng minta ditabok berjamaah ini😂😂😂😂😂
Bebe bee
Aku ttp yakin sama kamu thor... kalo bella unboxing sama bang ed... 😭😭semoga sesuai harapan...

Jangan jahat ya Thor...
Vajar Tri
Abi sialan dangkalan siap2 kamu terima murka nya Edwin jika sampai terjadi sesuatu dengan Bella 😤😤😤😤😡😡😡😡 aku marah Thor emosi mau becek becek abi sini abiiiiiiii w jadi in pecel lele 😡😡😡😡
99Elektronik
plis bella, percaya sama edwin dikit aja
⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Kurasa Edwin pasti ikutin istri ny diem² & menyelamatkanny dari jebakan si Kompeng nyebelin itu
Yuli a: aasiaap....🥰
⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱: Iya, De, kita tunggu eps slnjtx
total 3 replies
gaby
Kali ini aq sependapat sm ucapan Kompeng " Tidak ada yg benar2 tau sifat Manisia". Itu petunjuk bahwa Bella ga boleh tertipu sm ucapan Kompeng. Aq yakin part terakhir Bella lg anu2 sm Edwin, ga mungkin Edwin lepas pengawasan thp istrinya yg mau ktemuan pria lain di hotel. Sgitu dendamkah Kompeng sampe niru kejahatan Edwin??
Yuli a: ini judulnya cinta ditolak, obat bertindak... he he..
total 1 replies
Yuli a
selidiki dululah... penjual bunga itu jalang bukan. soalnya yang dibunuh Edwin tu yang jalang doang.,
Yuli a
mudah-mudahan polisi Amerika lebih pinter ya... dan nggak doyan suap.
Yuli a
Edwin bakal menggila nih...
Yuli a
oh tidak .... jangan sampai nganu sama si kompeng ya bell....
nanti monster dalam diri Edwin bangkit lagi Lo...
ini jahat banget sih si kompeng... jadi kecurigaanku makin bertambah...
bertepatan dengan Bella mau menikah sama Edwin, terjadi pembunuhan yang motifnya sama persis dan meninggalkan inisial.
bener-bener mencurigakan...
Yuli a: ya kan....
bener-bener...si kompeng nih..../Hammer//Hammer//Hammer/
gaby: Stuju, kmungkinan besar Kompeng pelakunya.
total 2 replies
💕Bunda Iin💕
???bersambung deh hehehe
Dae_Hwa💎: 😂
Tungguin ya, bentar lagi rilis 💞
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
kacau sudah isi otak mu edwin😂🤣🤣🤣
Dae_Hwa💎: kacau bener pokoknya 😂
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
hahahaha
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Rini Handayani
pengen sy ketok itu kepala😒😒😒
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Bebe bee
Wkwkwkwkwk.. sabar lah probe... 🤭🤭
Dae_Hwa💎: ndak bisa probe 😂
total 1 replies
Vajar Tri
selamat selamat selamat 👰 baru 🥳🥳🥳🥳 wadidau mas kawin nya seluruh aset loh auto tambah bengkak keuangan Bella Thor langsung megelepar jiwa mis Quin kuh 🤣🤣🤣🤣🤣
Dae_Hwa💎: jiwa miskin kita meronta²
total 1 replies
Riaaimutt
jangan pingsan lagi oke..
Dae_Hwa💎: Asssiaaaap
total 1 replies
99Elektronik
bella mendadak konglo 😭
Dae_Hwa💎: 😂😂😂😂😂
total 1 replies
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kan? kan siapa hayo😁 apa yg dblng edwin jalang yg mnggodanya wktu d bar atau jgn2 wnta yg nksir edwin d RS..jgn deh
Dae_Hwa💎: atau jangan-jangan.....
total 1 replies
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
wahh g slh nih seluruh aset mahare
Dae_Hwa💎: enggak dong 😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!