Spin off The Soldier and The CEO
Sabrina Lee selalu merasa dirinya bukan anak kandung sang ibu karena perlakuannya yang terlalu over protektif apalagi dia tinggal di sebuah dusun yang terpencil. Lulus SMA dan ibunya meninggal, Sabrina nekad ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang layak sambil kuliah online. Sabrina diterima di Ramadhan Securitas sebagai bodyguard. Kemampuan Sabrina bela diri itulah yang diterima kerja di sebuah perusahaan perlindungan klien VIP. Lima tahun pekerjaan itu dilakoni Sabrina hingga dia ditugaskan mengawal CEO muda bernama Ardiona Waranggana yang menyebalkan. Ardiona atau biasa dipanggil Ardi, awalnya tidak suka dikawal perempuan tapi Sabrina wanita tangguh hingga Ardi mengakui gadis cantik itu keren. Disaat Ardi diwajibkan menikah, dia membawa Sabrina sebagai calon istrinya. Mereka menikah dengan perjanjian selama setahun tanpa Ardi tahu jika Sabrina adalah pewaris yang hilang dari keluarga Pratomo.
gen ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raja Modus
Sabrina berusaha melepaskan diri dari ciuman Ardiona namun pria itu semakin memperdalam ciumannya. Sabrina merasakan ciuman Ardiona seperti mencium yang fragile, merasa dirinya adalah yang paling berharga dan Sabrina merasa di cintai.
Untuk sesaat Sabrina terhanyut hingga akhirnya dia sadar kalau yang menciumnya adalah si raja modus! Sabrina membuka matanya dan mendorong Ardiona.
"Pak Ardi!" bentak Sabrina ke Ardiona yang terdorong ke belakang.
"Kenapa sih Brina? Ciuman kita indah lho!" ucap Ardiona dengan wajah tanpa bersalah.
"Bapak mau saya bogem lagi?"
"Jangan dong Brina. Yang ini saja masih senut-senut," pinta Ardiona.
"Lha terus? Kok tidak kelihatan lebamnya ?" tanya Sabrina yang teringat tidak ada memar di wajah Ardiona saat tadi datang ke rumahnya padahal harusnya memar itu butuh waktu seminggu baru hilang total.
"Aku tutupi pakai foundation."
Sabrina melongo. "Foundation?! Bapak pakai foundation? Foundation nya siapa?"
"Foundation kamu lah! Ya kali aku macam aktor Korea pakai make up tiap hari!"
Sabrina tergagap. "Bapak ... Masuk ke kamar saya?"
"Lha paling gampang kamar kamu kan? Siapa suruh tidak dikunci dan aku bisa leluasa melihat bagaimana rapihnya kamarmu. Tidak mungkin kan aku pakai foundation bik Mirah? Yang ada baunya macam orang tua," jawab Ardiona membuat kemarahan Sabrina memuncak ke ubun-ubun.
"Hiiiihhhh! Bapak menyebalkan!" jerit Sabrina kesal. Baru kali ini dirinya lepas kendali dengan kliennya. Sabrina selalu bisa profesional dalam pekerjaannya tapi mengahadapi Ardiona, dirinya sampai tidak tahu harus berbuat apa.
"Aku bicara jujur Sabrina. Apa salah ?"
Rasanya Sabrina ingin berteriak sekencang-kencangnya saking tidak bisa menahan emosi. Gadis itu memilih untuk keluar dari mobil.
"Brina! Kamu mau kemana ?" panggil Ardiona yang ikut keluar dari mobil.
"Beli minuman dingin ! Otak saya panas !" balas Sabrina judes sambil masuk ke dalam mini market.
Ardiona mengunci mobilnya dan mengikuti gadis yang sedang mode marah pakai banget. Pria itu pun melihat Sabrina sedang berdiri di depan kulkas dengan pintu kaca yang di dalamnya berderet minuman dingin.
"Mau beli yang mana ?" tanya Ardiona sambil berdiri di belakang Sabrina.
"Belum tahu."
"Bir nol persen saja."
Sabrina menoleh ke arah Ardiona. "Yang biasa saja." Gadis itu mengambil teh botol less sugar.
"Itu nggak ada rasa lho Brina," ucap Ardiona.
"Tahu ! Seperti hidup saya pak, bitter not sweet symphony," balas Sabrina membuat Ardiona terbahak.
"Kamu tuh menggemaskan!" Ardiona lalu menggandeng tangan Sabrina menuju mesin pembayaran.
Sabrina mencari-cari ponselnya lalu memejamkan matanya karena ingat benda itu tertinggal di mobil.
"Sudah, aku saja yang bayar," ucap Ardiona sambil mengambil ponselnya dan membayar dengan QRIS. "Yuk pulang, aku sudah ngantuk."
Sabrina memilih pasrah digandeng oleh Ardiona menuju mobil. Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Sabrina memilih minum teh dinginnya daripada hatinya panas.
***
Sabrina masuk ke dalam kamarnya dan hanya bisa menghela nafas panjang karena kamarnya sangat berantakan, terutama di meja riasnya.
"Oh ya Allah, aku tidak yakin akan betah menikah dengan pria yang tidak bisa diprediksi. Kadang mesra, kadang kulkas, kadang ludruk," gumam Sabrina sebal sambil membereskan kamarnya.
Ardiona melihat lampu kamar Sabrina masih menyala saat dirinya turun mengambil kompres dingin yang disimpannya dalam kulkas. Pria itu mengambil kompres dan menempelkan di pipi kirinya yang mulai terasa senut-senut lagi.
Sabrina keluar dari kamarnya dan melihat Ardiona berjalan naik ke atas tangga sambil mengompres rahangnya. Gadis itu hanya berjalan menuju dapur untuk membuat Indomie. Perutnya terasa lapar dan dia sudah menyetok mie instan itu di dalam lemari dapur setelah menitip untuk dibelikan ke Lukman.
Gadis itu pun mulai memasak mie nya dan membuat sesuai dengan ramuannya dengan diberikan keju. Setelah matang, Sabrina membawa panci berisikan Indomie dengan keju itu ke meja dapur. Sabrina terbiasa makan dari pancinya karena lebih irit cucian.
Sabrina makan sambil melihat film dari ponselnya sampai dia melihat Ardiona berdiri di depannya.
"Kamu ngapain itu?"
"Makan mie pak."
"Kamu tidak menawarkan ke aku?"
"Lha kan bapak sudah masuk kamar."
Ardiona tidak menjawab tapi mengambil panci yang masih ada sisa mie nya dan memakannya. Sabrina hanya bisa menahan emosinya karena bossnya memakan habis Indomie nya.
Untung aku buat dua tadi.
"Enak. Makasih. Jangan lupa pancinya dicuci dan lampu dapur dimatikan. Night Sabrina," ucap Ardiona sambil ngeloyor keluar dari dapur.
Sabrina harus menghitung sampai sepuluh agar tidak melempar panci bekas mie ke kepala Ardiona.
***
Keesokan harinya, bik Mirah melihat tuannya dan Asprinya saling mendiamkan. Wanita paruh baya itu hanya bisa mengelus dadanya karena tahu ada perang dunia lagi antara dua orang di depannya. Ponsel Ardiona berbunyi dan pria itu menerimanya.
"Ya Lukman?"
"Pak, tuan Bratajaya sudah bersiap untuk operasi nanti jam sepuluh," jawab Lukman.
"Oke Lukman. Aku ke kantor dulu, membereskan semuanya dulu, baru aku ke Harkit," balas Ardiona.
"Siap pak."
Ardiona mematikan panggilan Lukman. "Brina, habiskan makananmu. Kita berangkat sepuluh menit lagi."
"Baik pak."
Bik Mirah memandang kedua orang itu bergantian. Ini ada apa kok jadi ke setingan awal?!
Sabrina menghabiskana makannya dan langsung ke kamarnya untuk gosok gigi serta mengambil tas dan laptopnya. Sabrina memeriksa giginya jika ada sisa makanan disana. Dirasa sudah oke, dia keluar dari kamarnya dengan tidak lupa menguncinya.
Sabrina berjalan menuju pintu depan rumah saat Ardiona juga berjalan dengan tujuan yang sama. Pria itu secara samar menyentuh p punggung Sabrina. Gadis itu pun masuk ke pintu pengemudi sementara Ardiona duduk di belakangnya.
"Pagi Brina."
"Pagi pak."
Ardiona dan Sabrina saling berpandangan lewat spion tengah.
"Apakah aku sudah bilang kalau kamu cantik hari ini?" ucap Ardiona membuat Sabrina melengos karena raja modus ini sedang mengeluarkan jurus rayuannya. Gadis itu pun menyetir mobil Lexus itu keluar dari halaman.
"Wajar bapak bilang saya cantik. Tidak mungkin kan bapak bilang say ganteng?" jawab Sabrina cuek.
Ardiona tersenyum. "Nanti jam setengah sepuluh, kita ke Harapan Kita ya Brina."
"Baik pak." Sabrina berkonsentrasi menyetirnya karena hari ini hari Senin dan sudah pasti chaotic.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
semoga semuanya cepat terungkap dan Brina dan Ardi nggak jadi bercerai
boleh g siiiiih? klo minta buat double up, gitu?🤭
habiiiss, penisirin bgt! sumpah!
kl kakek'ny bnrn tau spa sabrina,mkin murka lah mreka...mskpn ardi ga trlibat,tp kluarganya kn jd dlang'nya...
Duuhhh....