"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lima
Damian di dalam mobil menuju perusahaan, termenung. Otaknya berputar memikirkan ucapan Helena tadi di meja makan. Benar, sejak kapan Damian harus ikut campur dengan urusan urusan, Helena? Apapun perbuatan dan kelakuan wanita itu, Damian biasanya akan masa bodoh.
Tapi, semenjak dua hari yang lalu. Saat Damian tidak mendapat pesan dan telepon dari Helena, laki-laki itu tampak uring-uringan dan tidak tenang, pikirannya terus melayang pada Helena.
"Menurut kamu teman lama siapa yang akan di temui Helena, Niko? Dia wanita atau laki-laki? "
Merasa di ajak bicara, Niko menatap sekilas Damian dari kaca cermin yang tergantung di atas dekat kepalanya. "Wanita, pak. Sudah saya selidiki siapa saja dua hari yang lalu yang sering bu Helena temui. "
Damian mengangguk mengerti, ada rasa puas yang muncul di wajahnya mendengar jawaban Niko. "Kira-kira siapa teman lama, Helena? Selama setahun ini, tidak pernah ada laporan apapun kalau Helena pergi menemui temannya?"
"Teman semasa kuliah bu, Helena. Pak Damian. Dari informasi yang saya dapat, bu Helena baru-baru ini bertemu dengan teman lamanya. Setelah pertemuan tidak sengaja bu Helena dengan teman laki-lakinya di restoran, mereka sering bertemu reunian dengan teman yang lainnya." jelas Niko panjang lebar, dia emang beberapa hari ini terus menyelidiki apa saja kegiatan Helena lakukan. Semua itu atas suruhan Damian.
Ah. Damian baru ingat, Helena, kan memang banyak teman semasa kuliah dulu, istrinya itu orangnya terkenal begitu sumpel dan mudah bergaul jadi tidak heran beberapa hari ini Helena sibuk bertemu kangen dengan teman-temannya yang baru kembali di temui. Damian tidak masalah, tapi kalau bertemunya dengan laki-laki, apalagi dengan laki-laki yang namanya Bagas itu, tidak akan Damian biarkan.
Damian bukan tidak tau kalau Bagas menaruh rasa pada istrinya, dari jaman kuliah dulu, itu bukan berita yang mengejutkan. Sebagian penduduk mahasiswa kampus mengetahui itu. Namun, Helena yang memiliki rasa kepekaan yang minim, mana tau kalau Bagas menyukainya. Tidak menyadari semua perhatian-perhatian kecil Bagas berikan pada Helena berbeda dengan teman wanita yang lainnya.
"Niko, kamu sadar tidak dengan perubahan sikap Helena akhir-akhir ini kepada saya? "
Niko diam sejenak, dia bukannya gak tau perubahan sikap Helena pada Damian yang semakin cuek, tapi dia mau pura-pura gak tau dulu, membiarkan Damian pusing dengan pikirannya sendiri. "Saya kurang tau bagaimana, pak."
Damian termenung, dan Niko bisa melihat itu. Urusan rumah tangga orang, Niko gak mau begitu ikut campur, apalagi Damian sekarang lagi masa-masa sensi, daripada dia kena semprot, apalagi nanti di suruh lembur kerja. Gak mau lagi deh, Niko.
"Ck, kamu emang gak peka! Gimana nanti mau nikah. " desis Damian jengkel.
Niko dibuat sampai melongo. Apa urusannya dengan dirinya? Pernikahan Damian dan Helena, kenapa dia harus ikut campur? Niko pengen bilang gitu, tapi dia beraninya cuma ngedumel di hati.
Untuk bos, kalau bukan, udah Niko pites kepalanya.
Becanda!
"Maaf, pak. " yang bawahan mending ngalah aja deh, daripada disuruh lembur! Gajinya dipotong! Niko gak mau!
••••••
Mobil yang dikendarai pak Tarno berhenti di sebuah taman yang penuh dengan gerobak penjual, Helena mengintari seisi taman sebelum keluar dari mobil. Mendapati seorang yang akan ditemuinya, Helena segera keluar.
"Pak Tarno tunggu sebentar di sini, ya. Saya gak terlalu lama ketemu dengan teman saya. " kata Helena sebelum pamit untuk menghampiri temannya yang menunggu di kursi taman sambil tangannya melambai padanya.
"Helena, akhirnya kita ketemu juga, aku kangen banget sama kamu. " keduanya berpelukan erat, selama bertahun-tahun tidak bertemu, akhirnya kedua sahabat dekat itu akhirnya di pertemukan juga setelah sekian lama.
"Kamu kemana saja selama ini? Bertahun-tahun menghilang gak kabar, aku kira kamu udah hilang ditelan bumi!" Tari– memukul gemas bahu Helena saat pelukan keduanya terlepas.
"Maaf, Tari. Setelah kelulusan wisuda, aku balik pulang ke kampung halaman ku, maaf ya tidak memberi kabar. " ucap Helena merasa bersalah.
Tari melambaikan tangan ke depan– tanda tidak apa-apa, dia menarik tangan Helena untuk ikut duduk di sampingnya. "Udah gapapa, yang penting sekarang kita sudah bertemu. Sekarang kabar kamu bagaimana? Dengar-dengar kamu sudah menikah, ya? "
Helena mengangguk mengiyakan, "Ya, seperti yang kamu tau. "
"Beneran? Ku kira itu cuman gosip di grup saja. Walau terlambat. Selamat menempuh kehidupan pernikahan Helena, aku doakan semoga kamu dan suami mu langgeng selalu ya. "
"Tari... " panggil Helena, dia mengambil tangan Tari dan dibawa ke pangkuannya, "Hubungan pernikahan kami tidak se-harmonis yang kamu pikirkan, suamiku selalu bersikap dingin dan acuh selama setahun pernikahan kami. " beritahu Helena, setelah di pendamnya rasa sesak dialaminya selama ini. Helena akhirnya bercerita juga bagaimana hubungan pernikahannya dengan Damian.
Helena berani bercerita begini karena Tari adalah satu-satunya sahabat baik dan sangat dipercayai nya.
"Hah? Kamu seriusan, Helena? Kalau hubungan pernikahan kalian tidak baik-baik saja, bagaimana bisa kalian menikah? " kaget Tari, tidak menyangka bila hubungan pernikahan Helena tidak dalam keadaan yang baik, seperti yang di pikirkannya.
"Kami dijodohkan, jadi mau tidak mau harus menerima pernikahan ini. "
"Apa kamu memiliki perasaan pada suami mu, Helena? " tanya Tari penasaran.
"Menurut kamu? Melihat wajahnya pertama kali saja, aku sudah jatuh hati padanya, Tari. Tapi dari semua perlakuan ku setahun ini agar dia juga mencintaiku, semuanya hanya sia-sia, sedari awal memang bukan aku yang di inginkannya, kalau bukan perjodohan ini, pernikahan kami tidak akan pernah terjadi. " Helena menunduk sedih, ingatannya kembali pada perjuangannya mempertahankan pernikahannya yang sudah di ambang perceraian.
Tari menatap sedih Helena, tidak menyangka Helena akan mendapatkan kisah pernikahan semenyedihkan ini.
"Aku turut sedih mendengarnya, Helena. Kalau boleh tau, suami mu namanya siapa? Mungkin dia salah satu mahasiswa di kampus kita dulu. "
"Damian, namanya Damian. Aku kurang tau dia salah satu mahasiswa di kampus kita apa tidak. "
Tari membelalak matanya mendengar ucapan Helena, dia makin mendekatkan diri pada Helena. "Damian Baskara, maksud kamu? Dia salah satu senior kita, mungkin kamu gak tau kalau Damian senior kita dulu, dia cukup terkenal karena ketampanan dan kekayaannya, kamu orangnya kan gak pedulian dengan sekitar jadi wajar gak tau. "
"Benarkah? Aku gak tau soal itu. " cicit Helena, baru tau fakta bahwa dia dan Damian ternyata satu kampus, dan Damian adalah seniornya dulu.
"Kamu, kan orangnya emang gak peka terhadap sekitar kamu, Bagas yang di dekat saja kamu gak tau kalau dia diam-diam suka sama kamu dulu. " bebernya tidak sadar. Helena yang mendengar sontak terkejut, fakta ini baru diketahui nya.
"Hah, apa?! "
semangat 💪💪💪