NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Gendut

Balas Dendam Istri Gendut

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Balas Dendam / Berubah manjadi cantik / Selingkuh / Pelakor / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: misshel

~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~


Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.

Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.


Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.

"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.

Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkejut Sendiri

"Mayang ...."

Mayang pura-pura terkejut ketika namanya dipanggil oleh Ferdi. "Loh, Mas ... ngapain disini?"

Mayang berjalan cepat tanpa meninggalkan keterkejutannya, lantas dengan menahan jijik, ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Ferdi, berjinjit untuk mencium pipi suaminya itu. "Lagi ada rapat di luar atau abis dari survey?"

Ferdi gelagapan dan tanpa sadar menggeleng. Matanya bergantian memandang Mayang dan pria yang barusan bersamanya. Pria itu  terlihat bingung juga curiga.

Mayang tersenyum tenang. "Aku lagi ada janji sama seseorang, Mas. Baru saja aku mau hubungin Mas, minta izin, takut bikin kamu mikir yang enggak-enggak soal aku. Soalnya aku jarang kan pergi-pergi tanpa kamu."

"Egh ...." Ferdi meringis dan tergagap. "Mau ketemu siapa?" tanya Ferdi sembari mengalihkan posisi Mayang agar tidak melihat interaksi yang ia lakukan dengan pria tadi. Kepala Ferdi memutar ke calon pembelinya dan memberi kode dengan mata. "Pak, saya tinggal sebentar, ya, nanti kita bicara lagi."

"Kapok kamu, Mas! Panik ndak? Panas dingin, kan kamu sekarang?" batin Mayang seraya melirik sinis Ferdi yang masih menoleh ke arah pria tadi.

Mayang langsung berpura-pura takjub dan terpesona dengan tempat ini. Dengan antusias, Mayang memandang suaminya.

"Mas, katanya menu di sini enak, loh ... aku baru sekali ke sini." Mayang mengabaikan pria yang tak dikenalkan padanya oleh Ferdi. Ia sibuk menarik lengan Ferdi ke spot andalan di sini, seakan-akan dia memang baru pertama kali menginjakkan kaki di sini. "Pemandangannya bagus, anginnya menyejukkan, damai sekali rasanya di sini."

Ferdi bergegas menghadapi Mayang lagi. Senyum garing dan palsunya kembali ia pasang, menanggapi Mayang seadanya. "Iya, Yang ...."

Hal ini—tindakan Mayang, memicu kerutan di kening pria calon pembeli Ferdi tercipta. Tentu sebagai orang yang baru merintis usaha, sikap kehati-hatian harus ditanamkan. Apalagi, dia memang orang kaya baru, yang baru saja belajar berbisnis, lagi pula, dia hanya pendatang di kota ini, yang melihat peluang bisnis menjanjikan di sini. Ditambah minim pengalaman, siapapun pasti akan berpikir dua kali jika melihat interaksi Mayang dan Ferdi. Bisa jadi, Ferdi ini hanya menipunya, bahkan Ferdi bilang rumah makan ini milik istrinya, bukan miliknya sendiri. Oh, astaga, langit rupanya telah menyelamatkannya.

"Yang, aku-aku nemuin nasabahku tadi, ya ...." Sudah beberapa saat lamanya, Mayang mempermainkan perasaan Ferdi yang bahkan sudah menguap di permukaan kulitnya. Tidak mungkin, dengan angin yang bertiup cukup kencang, Ferdi berkeringat hingga basah begini. Lagipula, wajah Ferdi berubah-ubah, kadang pucat, kadang merah, kadang mirip biawak.

"Oh, itu tadi nasabahmu?" Mayang menoleh ke tempat dimana Ferdi dan orang yang disebut nasabah itu berbincang, "Orangnya sudah pergi, kayaknya, Mas. Memang tadi belum selesai ngobrolnya?" Mayang bertanya sok polos, padahal senyumnya penuh seringai yang penuh kepuasan.

Rasain, kamu Mas!

"Mungkin dia kembali masuk. Kami tadi berbincang sambil makan." Ferdi kembali tersenyum usai jumpalitan mencari pria tadi dengan pandangannya. "Ayo, kita masuk saja. Anginnya kenceng, bikin kamu masuk angin nanti."

Ferdi mengambangkan tangannya di sekitar pinggang Mayang, tangannya yang lain menyilakan istrinya itu berjalan terlebih dahulu. Sementara, Mayang masih dengan gaya sok imutnya, dengan patuh mengikuti suaminya. Mayang memang manja sejak menikah dengan Ferdi, terlebih Ferdi selalu terlihat perhatian dan begitu sayang padanya. Jadi meski Ferdi ketar-ketir, sikap Mayang yang seperti ini sedikit membuatnya lega.

Begitu di dalam, Mayang melihat ada Siara yang sedang berbincang dengan beberapa orang yang memakai kemeja yang sama dengan Ferdi. Mungkin Saira juga ditipu oleh Ferdi sehingga dia terpesona oleh biawak satu ini.

"Rapatnya jauh banget, Mas? Sampe ke sini." Mayang menahan suaranya agar tidak bergetar. Melihat Saira, Mayang benar-benar merasa cemburu dan kalah. Saira begitu sempurna dalam segala hal, sedangkan Mayang? Perbedaan mereka sejauh Bumi dan Mars.

"Kita cari tempat duduk lain, Yang ...." Ferdi jujur tidak tahu harus berbuat bagaimana. Jelas Mayang tahu semuanya, Saira, teman-teman kantornya, lalu tempat ini pastilah sangat akrab sekali dengan Mayang. Andai, dia suami yang baik, mempertanyakan kepada Mayang kenapa menyembuyikan kekayaan darinya, tentu bukanlah sesuatu yang aneh. Akan tetapi, keadaannya sekarang berbeda, Ferdi bahkan hampir ketahuan merampok kekayaan yang disembunyikan istrinya. Ah, semoga Mayang tidak sampai melihatnya sedang berusaha menjual tempat ini.

"Temanmu masih lama datangnya?" Ferdi bertanya ketika telah duduk di kursi yang dekat dengan jendela kaca menghadap ke laut lepas. Mayang sedari tadi diam, menikmati perasaan cemas Ferdi. Ia begitu menikmati kecemasan Ferdi yang sejak tadi berusaha mencuri pandang ke penjuru ruangan ini.

Belum sempat Mayang bereaksi, Saira datang dan mengejutkan Mayang. "Sudah selesai negonya?" Saira sekilas memandang Ferdi lalu beralih pada Mayang. Saira tersenyum sebagai ganti sapaan. "Orangnya mana, Mas?"

Mayang tergemap, saluran napasnya seakan tersumpal seonggok batu.

"Mas? Saira memanggil Ferdi ... Mas?"

*

*

*

*

aku mau nyanyi wkwkwkwk ....

burung puyuh, burung kutut dimakan biawak

kadang cakep, kadang imut, kadang-kadang mirip biawak

wkwkk

Maafkan typo dan kesalahan penulisan. Ngetiknya sambil ngantuk xixixixi

Dearly

Misshel

1
Dine Dine
Biasa
Dine Dine
Kecewa
Erni Sasa
klw bab ruly jarot kih isinya slangkakan mulu/Frown/
Erni Sasa
🤣🤣🤣🤣bhahaha d tiap partmu kih ada aja yg receh ka
Erni Sasa
🤣🤣🤣🤣🤣y Allah gusti
Erni Sasa
waah waaah paaaraaaah beeeh jiaaaaaan kebiaaacuuut garangan teleeeek piteeek😣😣
Erni Sasa
yang harga bensin 12ribur seliter,korek 2ribu.
jadilah ilmu polwan yang.
Erni Sasa
duuh gustiii lek aku ndue mertuo koyo ngono wes tek sianida bene kuaapoook😣😣😣
bikin adrenalin meningkat sajaa😤😤
senja
makan krikil atau batu di jalan kan bisa kalau ga mau masak 😀
senja
benalu tak tau diri🤣
raema
Jarot cemburu
raema
hahahaha ngidam benci sama suami sendiri
raema
🤣🤣🤣😍😍
raema
🤣🤣🤣
raema
🤣🤣🤣🤣
raema
hahahaha dirampok cintamu yang sama Gian 🤣🤣🤣🤣
raema
cie....cie
raema
lucu bangetttt 🤣🤣
raema
🥰🥰🥰🥰
raema
gemes pengen ikut2an cakar si ferdi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!