He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 29
Keesokan harinya, suasana pagi di rumah keluarga Zhang dipenuhi keceriaan. Yue bangun dengan wajah berbinar, langsung menunjukkan boneka kelincinya kepada Tian Qi, yang sedang bersiap untuk pergi ke sekolah.
"Kak Tian Qi, lihat! Kelinciku tidur bersamaku semalaman," kata Yue dengan nada bangga sambil memeluk bonekanya erat-erat.
Tian Qi tersenyum dan mengusap kepala Yue. “Wah, dia pasti senang punya teman sebaik Yue. Kamu rawat dia baik-baik, ya?”
Yue mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Iya, Kak. Aku juga mau rawat Kak Tian Qi kalau Kakak nanti capek," jawabnya polos, membuat Tian Qi tersenyum hangat.
He Ma Li, yang mendengar percakapan mereka dari dapur, merasa hatinya hangat. Ia mempersiapkan sarapan untuk Tian Qi yang akan berangkat ke sekolah. Zhang Xiang Li, yang juga sudah siap dengan pakaian kerjanya, membantu menyajikan makanan di meja.
Saat sarapan, Zhang Xiang Li berbicara kepada Tian Qi. “Nak, kamu hebat sekali kemarin, ya, sudah mengajari Yue banyak hal. Papa dan Mama bangga padamu.”
Tian Qi tersenyum malu-malu mendengar pujian dari ayahnya. “Aku cuma mau Yue jadi pintar dan nggak takut belajar, Pa. Aku senang bisa bantu.”
He Ma Li tersenyum penuh kasih dan menambahkan, "Tian Qi, kamu sudah tumbuh jadi anak yang bertanggung jawab. Mama yakin Yue akan terus belajar banyak dari kamu."
Setelah selesai sarapan, Zhang Xiang Li mengantar Tian Qi ke sekolah, sambil mengingatkannya untuk selalu baik pada teman-temannya dan rajin belajar. Di sepanjang perjalanan, Tian Qi berbicara tentang rencana kelasnya yang akan mengadakan kegiatan piknik minggu depan. Zhang Xiang Li mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan saran, dan sesekali tersenyum mendengar antusiasme anaknya.
Saat Tian Qi sudah di sekolah, Zhang Xiang Li kembali ke rumah untuk berpamitan kepada He Ma Li dan Yue sebelum berangkat kerja. Yue melambai dengan semangat, sementara He Ma Li memberi pelukan hangat dan ucapan hati-hati di jalan.
Hari-hari keluarga Zhang dipenuhi rutinitas sederhana, namun setiap momen kecil seperti ini selalu diisi dengan kehangatan dan perhatian satu sama lain. Mereka saling mendukung, memperhatikan, dan memastikan setiap anggota keluarga merasa dihargai dan dicintai. Zhang Xiang Li dan He Ma Li tahu, meskipun anak-anak mereka masih kecil, cinta dan kebersamaan yang mereka tanamkan akan menjadi fondasi yang kuat bagi keluarga mereka.
Keluarga Zhang mungkin tidak memiliki kehidupan yang penuh kemewahan, tetapi kebahagiaan dan ketulusan cinta mereka adalah harta yang lebih berharga dari apa pun. Bagi mereka, kebersamaan adalah segalanya, dan setiap hari adalah kesempatan baru untuk saling mendukung dan merayakan cinta yang mereka miliki.
Beberapa hari kemudian, ketika Tian Qi pulang sekolah, ia membawa pengumuman tentang kegiatan piknik sekolah yang sudah lama ia nantikan. Dengan penuh antusias, ia segera menunjukkan surat pengumuman itu kepada He Ma Li dan Zhang Xiang Li.
"Mama, Papa, minggu depan ada piknik sekolah! Aku boleh ikut, kan?" tanyanya dengan mata berbinar.
Zhang Xiang Li tersenyum melihat semangat putranya. "Tentu saja boleh, asalkan Tian Qi janji menjaga diri dan berhati-hati di sana."
He Ma Li menambahkan, "Dan jangan lupa bawa bekal sehat, ya. Mama akan buatkan bekal spesial untuk Tian Qi."
Tian Qi mengangguk dengan penuh semangat. Ia tahu, momen piknik ini sangat berharga, apalagi akan menjadi pengalaman berharga baginya dan teman-temannya.
Beberapa hari menjelang piknik, Tian Qi tidak henti-hentinya membicarakan rencana perjalanannya. Setiap malam, ia menceritakan kepada Yue tentang tempat-tempat yang akan mereka kunjungi, seperti kebun binatang dan taman bermain. Yue mendengarkan dengan penuh antusias, meskipun terkadang ada sedikit raut cemburu di wajahnya karena ia juga ingin ikut.
Pada hari H, He Ma Li bangun lebih awal dari biasanya untuk menyiapkan bekal spesial. Ia membuat nasi kepal berbentuk karakter binatang yang lucu, serta buah-buahan segar yang dipotong kecil-kecil agar mudah dimakan. Tian Qi tampak senang sekali melihat bekalnya yang penuh warna dan lezat.
Yue, yang melihat kakaknya bersiap-siap, mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah sambil melambai-lambaikan tangan kecilnya. "Kak Tian Qi, jangan lupa cerita semuanya ke Yue nanti, ya!"
Tian Qi mengangguk sambil tersenyum, "Tentu saja, Yue! Kakak akan ceritakan semuanya nanti."
Setelah berpelukan dengan kedua orang tuanya, Tian Qi berangkat dengan riang bersama teman-teman dan guru-gurunya. Piknik itu berjalan lancar dan penuh kebahagiaan. Tian Qi melihat berbagai binatang yang selama ini hanya ia pelajari di buku-buku, dan ia bermain bersama teman-temannya, menikmati setiap momen dengan penuh keceriaan.
Ketika Tian Qi pulang dari piknik, Yue sudah menunggu di depan rumah dengan rasa penasaran. Tanpa menunggu waktu lama, Tian Qi langsung menceritakan semua pengalamannya. Dari melihat singa di kebun binatang hingga mencoba wahana bermain di taman, semuanya ia ceritakan dengan penuh semangat. Yue mendengarkan dengan mata berbinar, sesekali tertawa dan terkejut mendengar cerita-cerita seru dari kakaknya.
Melihat kedekatan kedua anaknya, Zhang Xiang Li dan He Ma Li merasakan kebahagiaan yang mendalam. Mereka bersyukur memiliki anak-anak yang saling menyayangi dan penuh perhatian satu sama lain. Momen-momen seperti ini mengingatkan mereka bahwa cinta dan kebersamaan dalam keluarga adalah yang paling berarti.
Malam itu, Tian Qi dan Yue tertidur dengan senyuman lebar di wajah mereka. Di kamar, He Ma Li dan Zhang Xiang Li berbicara tentang betapa berharganya momen-momen kecil ini, dan bagaimana mereka ingin terus memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Mereka tahu, waktu akan terus berjalan, anak-anak akan tumbuh dewasa, tetapi kenangan-kenangan indah yang mereka bangun bersama akan selalu menjadi harta yang abadi.