"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Singkat
Setelah mengajak Sonia jalan-jalan, Sean meminta Sonia untuk menunggunya di hotel, sebab dia dan Kenzo akan menjalankan rencananya namun dia tidak memberitahu Sonia tentang rencana itu.
"Jangan lama ya."
"Iya nanti kalo ada apa-apa telfon aja."
"Jangan di silent lagi hp nya." Pesan Sonia.
"Iya."
Setelah mengecup singkat bibir Sonia, Sean berjalan menuju parkiran dimana sekarang Kenzo sedang menunggunya.
"Langsung atau gimana?" Tanya Kenzo.
"Aku sudah menghubungi Endro untuk memintanya bertemu, dia sudah memberikan alamatnya." Sean memberikan alamat yang dikirim Endro pada Kenzo.
"Oke, jalan."
Mereka menuju tempat yang diberikan oleh Endro, setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai, di sana Endro dikelilingi banyak anak buahnya, wajah pria itu juga penuh lebam akibat dipukuli oleh Sean waktu itu. Sean dan Kenzo berjalan mendekati Endro, Sean memandang remeh papanya itu.
"Cepat sekali kau sembuh." Ledek Sean.
"Mau apa kau bertemu denganku?" Tanya Endro.
"Aku mau buat kesepakatan denganmu."
"Kesepakatan apa?"
"Aku datang ke sini hanya untuk mencari tau kenapa kau begitu menginginkan istriku dan apa tujuanmu menikahi wanita ular seperti Nila?" Endro menghisap rokoknya dengan santai, dia memandang Sean dengan pandangan meremehkan.
"Aku sudah menyukai istrimu sedari dia kecil, aku lebih dulu menemuinya dibandingkan kau. Aku menikahi Nila hanya untuk mendekati Sonia, ternyata Sonia lebih memilih untuk bersama dengan ayahnya, itu sangat sial. Aku menggunakan Nila untuk mendapatkan Sonia tapi sampai saat ini hal tersebut tidak pernah berhasil karena adik sialan mu itu selalu menghalangiku, Nila itu adalah sumber bisnisku, hubungannya dengan pebisnis gelap membuat aku semakin berkuasa."
"Dasar tidak tau malu, kau memanfaatkan semua orang hanya untuk kepentinganmu saja."
"Hidup hanya sekali nak, kita harus menikmati semuanya sampai tuhan memanggil kita." Ucap Endro dengan tidak tahu malunya, Kenzo yang mendengar hal itu merasa jijik.
"Kesepakatan apa yang ingin kau buat denganku?" Tanya Endro lagi.
"Aku ingin kau memberikan informasi mengenai bos dari istrimu itu." Endro tertawa mendengar permintaan putranya.
"Miller maksudmu?" Endro langsung ke intinya.
"Iya."
"Jangan bermimpi untuk hal itu putraku, kau tidak memiliki kuasa untuk melawannya." Endro sangat meremehkan putranya, padahal dia tidak tahu kalau anaknya juga memiliki kekuasaan yang kuat.
"Kau menginginkan Sonia bukan?" Endro yang tadinya tertawa langsung memasang wajah datar.
"Istriku siap untuk ikut denganmu asal kau mau memberikan informasi itu padaku." Sambung Sean.
"Kau ingin mengelabuiku?"
"Tidak, aku sudah sepakat dengan Sonia mengenai hal ini, kami menikah juga bukan saling cinta tapi karena aku ingin membalaskan sakit hatiku padanya sebab dia sudah mencampakkan ku dulu." Endro merasa bahagia mendengarnya, dia tidak tahu kalau Sean sudah mengetahui semuanya karena dia yakin kalau Sonia tidak akan membocorkan apapun pada Sean.
"Aku masih belum yakin."
"Aku bisa membawa Sonia padamu."
"Baiklah, aku akan mencari informasi mengenai Miller dari Nila karena aku sendiri tidak tau siapa Miller itu."
"Haha jadi selama ini kau hanya mengandalkan istrimu, dasar lemah." Timpal Kenzo.
"Kau juga sering begitu Kenzo, jangan mengataiku." Balas Endro.
"Tapi aku tidak pernah memanfaatkan keluargaku sepertimu." Endro menatap tajam Kenzo, begitu juga dengan Kenzo yang menatap Endro penuh kebencian.
"Kita sepakat?" Sean mengulurkan tangannya.
"Iya." Endro menyambut uluran tangan putra sulungnya.
"Kapan kau akan membawa Sonia padaku?" Tanya Endro.
"Jika kau sudah memiliki semua informasinya dengan lengkap, aku akan membawanya padamu." Sean dan Kenzo pergi meninggalkan Endro. Endro merasa sangat bahagia, sebentar lagi dia bisa memiliki Sonia seutuhnya, dia tidak menaruh curiga sedikitpun pada Sean.
***
Di dalam mobil, Sean dan Kenzo merasa puas, akhirnya rencana mereka berjalan dengan lancar.
"Bagaimana kalau Sonia tau?" Tanya Kenzo.
"Aku tidak akan membicarakan hal ini padanya, kita harus tetap berhati-hati, Miller bukan orang sembarangan, bisa jadi dia ada di sekitar kita." Jawab Sean memberikan peringatan pada Kenzo.
"Kau benar akan membawa Sonia pada tua bangka itu?"
"Tidak, aku tidak akan melibatkan istriku." Kenzo tersenyum, dia lega karena Sonia tidak akan dilibatkan dalam hal ini.
*
Sonia yang merasa bosan di dalam kamar memutuskan untuk jalan-jalan sendiri keluar, sesampainya di depan hotel, Sonia disapa oleh pria asing yang tidak dia kenal.
"Kemana Sean? Kenapa keluar sendiri?" Tanya pria itu, Sonia menatap pria tersebut dan tersenyum ramah.
"Dia sedang ada urusan di luar, kau mengenal suamiku?" Tanya Sonia balik.
"Siapa yang tidak mengenal pengusaha sukses seperti suamimu." Sonia tidak membalas ucapan pria itu lagi, dia hanya tersenyum, Sonia terlihat bingung mau pergi kemana.
"Mau aku temani keluar? Tampaknya kamu bosan dan ingin jalan-jalan." Tawar pria itu pada Sonia.
"Aku tidak mau jalan-jalan, aku hanya bosan di kamar dan ingin menunggu suamiku di sini." Jawab Sonia bohong, dia pastinya tidak mau jika keluar dengan pria yang tidak dikenal.
"Kau takut padaku? Aku ini teman suamimu, perusahaanku dan suamimu itu bekerjasama. Kami sudah mengenal sangat lama."
"Oh ya tapi Sean tidak pernah bilang." Pria itu mengulurkan tangannya pada Sonia.
"Namaku Christian, aku dari new york dan datang ke sini untuk menghadiri pesta Vanno dan Laura. Suamimu itu mengenalku, kau bisa menanyakan diriku padanya." Sonia menyambut uluran tangan Christian dan tersenyum tanpa memperkenalkan dirinya.
"Iya aku akan tanyakan nanti, kalau begitu aku ingin kembali ke kamar, permisi." Sonia dengan sopan pamit pada Christian dan kembali ke kamarnya, saat masih di lobi hotel, Sonia dipanggil oleh Sean. Sonia membalikkan badannya dan mengejar Sean seakan mereka baru bertemu setelah sekian lama.
"Kenapa? Kamu dari mana?" Tanya Sean yang melihat Sonia ada di lobi.
"Tadinya mau jalan-jalan ternyata aku takut keluar sendiri , ya nggak jadi."
"Bosan ya di kamar?" Sonia mengangguk.
"Ya udah kita jalan-jalan sekalian nyari jajanan lagi."
"Gendut aku lama-lama di sini."
"Nggak papa, perbaikan gizi." Sonia dan Sean tertawa, mereka menaiki mobil yang memang sengaja Sean beli untuk transportasi mereka selama di sana, apalagi Sonia harus berobat rutin sebulan ini.
Suasana di dalam mobil begitu hangat, Sean memutarkan lagu kesukaan Sonia, lagu romantis yang menambah kehangatan hubungan mereka.
"Kamu kenal Christian nggak?" Tanya Sonia yang tiba-tiba mengingat pertemuannya dengan Christian tadi.
"Siapa?"
"Katanya dia itu teman bisnis kamu, perusahaan kalian bekerja sama dan dia ke sini untuk menghadiri pestanya Vanno." Jelas Sonia.
"Christian dari New York?"
"Iya."
"Ya aku kenal, kok kamu tau."
"Tadi aku disapa sama dia di depan hotel dan dia memperkenalkan dirinya sama aku."
"Ooh mungkin dia nginap di hotelnya Vanno juga kali, kan dia juga tamunya Vanno."
"Iya mungkin." Mereka berhenti dan membeli beberapa jajanan yang sudah pasti halal, Sonia sangat menikmati setiap pemberian dari suaminya.
"Makasih ya." Sonia memeluk erat Sean, dia bahagia dan berharap jika rumah tangganya akan selalu seharmonis ini.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.