Senja Untuk Elang

"Saaaahhhhhhh..." seru para saksi dan juga semua yang hadir menyaksikan akad tersebut. Suara Kendra dan Leon yang juga sahabat Elang terdengar paling semangat di antara yang hadir.

Anes menitikkan air matanya ketika Elang berhasil mengucap qabulnya. Meski ia tahu, ini bukanlah pernikahan impian Elang, tapi laki-laki itu tetap melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Elang melihat ke arah Anes dan Alex, mereka berdua tersenyum bangga kepadanya. Hal tersebut memberi kekuatan tersendiri buat Elang.

Semua yang hadir, turut bahagia untuk kedua mempelai yang baru saja sah menjadi sepasang suami istri tersebut. Kecuali Winda dan Dina yang shock mendengar mahar yang di ucapkan oleh penghulu.

"Ma, 1'5M ma? sama mobil mewah?" heboh Dina menggoyang-goyang tubuh Winda.

"Iya, mama juga dengar," timpal Winda. Ya, fokus mereka hanya pada uang dan mobil sebagai mahar.

"Heran mama apa bagusnya sih wanita pembawa sial itu, sampai di hargai segitu banyaknya sama suaminya. Apa mereka nggak sayang keluar duit segitu cuma buat gadis nggak jelas asal usulnya itu," imbuh Winda kesal.

"Iya, ih kakek nggak adil pisan, kenapa Senja sih yang di jodohin sama dia. Udah ganteng, kaya lagi. Harusnya kan aku ma yang di jodohin, aku kan cucu kandung kakek, ," rengek Dina.

"Villa mewah ini juga milik keluarga mereka?"

"Mana mama tahu, bisa iya bisa juga cuma nyewa. Biar kata nyewa pasti mahal ini," sahut Winda.

"Ma, kak udah jangan ribut. Malu. Itu udah rejeki kak Senja, kakak jangan iri. Lebih baik kakak introspeksi diri, siapa tahu nanti juga dapat suami kayak kak Elang," ucap Dino.

"Apaas sih nih anak, belain aja terus perempuan nggak tahu diri itu!" kesal Dina.

Selesai membacakan doa, Penghulu mempersilahkan Elang dan Senja untuk saling memakaikan cincin kawin.

Elang melirik ke kursi para tamu sekilas, kemudian ia memejamkan matanya dan menghela napas dalam. Ya, diantara tamu yang hadir, duduklah sosok Bianca yang datang bersama seorang adik dan kedua orang tuanya. Gadis itu tampak tersenyum ke arahnya setiap kali Elang melihat ke arahnya. Entahlah, apa arti dari senyuman itu, apakah untuk menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya karena melihat Elang menikah, atau memang realitanya seperti itu, dia tidak peduli dengan pernikahan mantan kekasihnya tersebut.

Bukannya Senja tidak tahu kehadiran Bianca, gadis itu cukup cerdas dan bagus ingatannya. Cukup dengan melihat gelagat Elang tadi dan mengandalkan memorinya yang pernah melihat photo Bianca sekali, ia bisa tahu siapa Bianca.

Senja sempat cemas tadi saat gelagat Elang berubah sebelum ijab qabul, namun juga siap jika Elang tidak akan melanjutkan pernikahan mereka sebelum terlambat. Tapi, tak di sangka, Elang dengan lantang mengucapkan qabulnya tanpa keraguan.

Elang meraih tangan kanan Senja dengan tangan kirinya. Di sematkannya cincin kawin di jari manis Senja. Jika dua atau tiga bulan yang lalu, impiannya adalah memakaikan cincin tersebut di jari manis Bianca, tapi sekarang yang berdiri di depannya untuk menerima cincin itu adalah Senja.

Sekarang giliran Senja yang memakaikan cincin untuk Elang. Gadis itu hanya menatap tangan yang masih menggelantung ke bawah setelah memakaikannya cincin itu. Tanpa di minta, Elang langsung menyodorkan tangannya ke Senja.

Dengan hati-hati Senja memakaikan cincin kawin di jari manis Elang. Takut kalau suaminya itu akan kesakitan karena lukanya. Karena tidak sabar, Elang mendorong tangannya supaya cincin itu cepat sampai ke tujuan. Membuat Senja cukup terkejut dan meringis, membayangkan betapa sakitnya jari itu.

"Sekarang nona Senja silahkan mencium punggung tangan suaminya dan di balas ciuman di kening oleh Tuan Elang," ucap Penghulu. Elang dan Senja terdiam, mereka belum terbiasa dengan kata suami istri.

"Nggak apa-apa pak?" tanya Elang.

"Tidak apa-apa tuan, sudah Sah. Lebih dari cium kening juga boleh. Tapi nanti, ini masih siang mohon bersabar. Kasihan para tamu yang masih jomblo," ucap Penghulu.

Elang menelan ludahnya, apa maksudnya lebih dari cium kening?

"Harus ya pak?" tanyanya lagi.

"Iya Tuan Erlangga, tadi saja pegang-pegang sebelum ijab, sekarang sudah sah malah malu-malu," jawab Penghulu. Bukannya tidak mau, tapi El takut Senja keberatan ia cium. Apalagi di depan umum.

Senja memejamkan matanya, memberi kode lampu hijau.

"Sok malu, padahal malam itu dia nyosor tanpa permisi," batin Senja.

Elang menyodorkan tangannya untuk di salami dan di cium Senja, kemudian ia sedikit menunduk dan mencium gadis itu. Ciumannya cukup dalam dan lama. Senja memejamkan matanya. Ada rasa bergetar di hati mereka berdua ketika Elang mencium kening Senja, yang mereka sendiri tidak tahu apa itu. Yang jelas perasaan hangat, nyaman dan haru menyelimuti keduanya.

"Eits, tahan. Tunggu dulu!" seru Leon, sahabat Elang yang tak lain anak Bryan, sahabat Alex. Ia mengeluarkan ponselnya untuk memotret adegan langka tersebut. Adegan dimana Elang mencium kening seorang wanita di depan umum.

"Apa bagusnya sih? Mereka kan udah sah, jadi tidak heran di cium begitu" cebik Gisell yang melihatnya.

"Kenapa sih syirik aja, biarin aja kenapa. Sensi kayak lagi PMS," ledek Gavin.

"Diam kamu, aku tuh kesel udah dandan cantik-cantik, abang nggak datang-datang," Gisell memanyunkan bibirnya. Gavin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kembarannya tersebut.

"Cukup!" seru Leon.

Namun, Elang masih saja mencium kening Senja.

"Sudah cukup Tuan El, bisa diteruskan nanti ya di kamar," ucap Penghulu.

Elang langsung mundur satu langkah, melepas bibirnya dari kening Senja.

"Tadi aja di suruh cium susah, giliran udah nempel nggak mau udahan, hadeh keenakan jadinya, anak muda jaman sekarang," gumam pak Penghulu geleng-geleng, membuat Elang malu bukan main. Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Senja pun hanya mampu menunduk malu. Bagaimana bisa dia juga menghayati kecupan pertama yang di berikan oleh Elang setelah sah menyandang status sebagai nyonya Muda Parvis.

Pemandangan tersebut dan juga ucapan pak Penghulu sontak mengundang gelak tawa para tamu yang hadir.

"Anakmu mas," Anes menggandeng mesra tangan Alex. Gemas dengan tingkah Elang dan Senja yang tampak malu-malu. Mengingatkan mereka ketika menikah dulu.

"Anakmu juga, kan kita nyetaknya barengan. Mau buat lagi yang kayak gitu?" timpal Alex tersenyum menggoda Anes yang langsung di balas cubitan manja di pinggangnya.

"Nggak pernah sadar umur kamu mas, sekarang giliran yang muda yang berkarya. Kita udah tua, tinggal tunggu mereka kasih kita cucu," ucap Anes.

🌼🌼🌼

💠💠Selamat membaca para kesayangan author... jangan lupa Like komen, tip dan votenya.. serta pencet ❤️ nya buat author..terima kasih🙏🙏

salam hangat author 🤗❤️❤️

IG : @embunpagi544

note: untuk visual kemungkinan akan lebih banyak di up di igeh...💠💠