Nayla, seorang gadis sederhana dengan mimpi besar, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah menerima lamaran dari Arga, seorang pria tampan dan sukses namun dikelilingi rumor miring—katanya, ia impoten. Di tengah desakan keluarganya untuk menerima lamaran itu demi masa depan yang lebih baik, Nayla terjebak dalam pernikahan yang dipenuhi misteri dan tanda tanya.
Awalnya, Nayla merasa takut dan canggung. Bagaimana mungkin ia menjalani hidup dengan pria yang dikabarkan tak mampu menjadi suami seutuhnya? Namun, Arga ternyata berbeda dari bayangannya. Di balik sikap dinginnya, ia menyimpan luka masa lalu yang perlahan terbuka di hadapan Nayla.
Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, Nayla menyadari bahwa rumor hanyalah sebagian kecil dari kebenaran. Tetapi, ketika masa lalu Arga kembali menghantui mereka dalam wujud seseorang yang membawa rahasia besar, Nayla dihadapkan pada pilihan sulit, bertahan di pernikahan ini atau meninggalkan sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rose.rossie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Koper itu berat. Nayla menariknya perlahan keluar dari bawah tempat tidur, rasa penasarannya semakin menguat. Tangan gemetar membuka kunci resleting, dan ketika isinya terlihat, aliran udara terasa berhenti di sekitarnya.
Bundel uang tunai tersusun rapi, memancarkan aroma khas lembaran baru. Di bawahnya, dokumen-dokumen dengan stempel resmi dan nama berbeda mencuri perhatiannya: Ardi Saputra Raharja. Paspor dengan nama itu juga ada di sana, lengkap dengan foto Arga.
Kepalanya dipenuhi pertanyaan. Siapa Arga sebenarnya? Apa yang ia sembunyikan? Napas Nayla memburu. Ia meraih dokumen-dokumen itu, membuka lembar demi lembar, berharap menemukan penjelasan. Ada sertifikat properti, catatan keuangan, bahkan surat perjanjian berbahasa asing yang tak ia mengerti.
Langkah kaki mendekat, membuat Nayla membeku. Pintu kamar terbuka dengan pelan, memperlihatkan sosok Arga yang berdiri di sana, wajahnya sulit ditebak.
“Apa yang kau lakukan?” suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang menusuk.
Nayla menutup koper dengan tergesa, tetapi sudah terlambat. Mata Arga sudah tertuju pada koper itu. Ia melangkah mendekat, perlahan tapi pasti.
“Kau menyembunyikan semua ini dariku,” Nayla berkata, suaranya bergetar antara marah dan takut. “Siapa kau sebenarnya, Arga?”
Arga duduk di tepi tempat tidur, menghela napas berat. Tangannya terangkat, tetapi kemudian jatuh kembali ke pahanya, seolah ragu untuk menyentuh Nayla.
“Ini bukan seperti yang kau pikirkan,” ucapnya akhirnya.
“Kalau begitu, jelaskan. Aku berhak tahu apa yang terjadi.” Nayla menatapnya, mencoba menemukan kebenaran di balik matanya yang gelap.
Arga diam sejenak, seperti sedang mencari kata-kata. “Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Tapi satu hal yang harus kau tahu... aku melakukan semua ini untuk melindungi kita.”
Nayla tertawa kecil, penuh sarkasme. “Melindungi kita? Dari apa? Dari siapa? Dari dirimu sendiri?”
Mata Arga melembut, menunjukkan sesuatu yang Nayla belum pernah lihat sebelumnya. “Aku tahu aku tidak pantas dipercaya. Tapi Nayla, ada hal-hal yang jika kau ketahui sekarang, hanya akan membuatmu terluka.”
“Terluka? Aku sudah terluka, Arga. Hidupku seperti teka-teki yang kau ciptakan, dan aku harus menyusunnya sendiri tanpa petunjuk. Bagaimana aku bisa percaya padamu jika kau terus berbohong?”
Arga berdiri, mendekatkan dirinya ke Nayla, tapi tetap menjaga jarak yang membuatnya terasa aman. “Aku tidak ingin kau berada dalam bahaya. Karena itu, aku menjaga semua ini dari pandanganmu.”
“Bahaya apa?” Nayla mendesak, matanya tajam. “Dan siapa wanita di foto itu? Apa hubungannya denganmu?”
Arga menunduk, tangannya mengepal. “Dia... dia adalah bagian dari masa laluku. Bagian yang seharusnya tidak pernah muncul kembali.”
“Dan sekarang dia muncul lagi, bukan? Itulah kenapa kau menikahiku, untuk menutupi sesuatu?” suara Nayla bergetar. “Apakah aku hanya alat bagimu?”
“Tidak!” seru Arga tiba-tiba, membuat Nayla terkejut. Suaranya penuh emosi, sesuatu yang jarang ia tunjukkan. “Aku menikahimu karena aku melihat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya—seseorang yang tidak memandangku seperti orang lain. Kau adalah satu-satunya cahaya di tengah kekacauan ini, Nayla.”
Kata-kata itu menggantung di udara, menyisakan keheningan yang berat. Nayla menatapnya, mencoba memahami apa yang baru saja ia dengar. Apakah itu pengakuan jujur, atau hanya trik lain?
“Kalau begitu, buktikan. Jangan sembunyikan apapun dariku lagi.”
Arga terdiam, seolah mempertimbangkan sesuatu. Akhirnya, ia mengangguk pelan. “Baik. Aku akan menjelaskan semuanya... tetapi tidak di sini. Ada terlalu banyak mata yang mengawasi kita.”
“Mata? Apa maksudmu, Arga? Siapa yang mengawasi?”
Arga menatapnya tajam, lalu mendekat, kali ini lebih dekat daripada sebelumnya. Ia meraih tangan Nayla, menggenggamnya dengan lembut. “Aku tahu ini sulit bagimu. Aku hanya meminta satu hal, percayalah padaku, meskipun aku belum bisa memberi semua jawaban yang kau cari.”
Nayla tidak tahu harus berkata apa. Sentuhan Arga terasa hangat, tetapi pikirannya penuh keraguan. Apa yang sedang ia masuki? Dan apakah ia siap untuk menerima kebenaran yang mungkin menghancurkan segalanya?
Malam itu, Nayla kembali ke kamar, tetapi matanya terus tertuju pada koper di sudut ruangan. Saat ia mencoba tidur, ponselnya bergetar dengan sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal, "Jangan percaya apapun yang dia katakan. Datanglah ke alamat yang kuberikan, dan kau akan tahu kebenarannya.”