NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.

Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.

Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.

Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?

Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Simbol Cinta Arya

Malam yang begitu menakjubkan di balkon mansion keluarga Yudistira meninggalkan kesan mendalam di hati Aisha. Cincin yang melingkar di jari manisnya terasa seperti jaminan cinta yang tak tergoyahkan. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus tanpa jeda.

Setelah mengantar Aisha pulang malam itu, Arya duduk bersamanya di ruang tamu untuk berpamitan. Ada sorot keraguan dalam matanya yang tak biasa.

"Aisha," Arya memulai sambil menggenggam kedua tangan Aisha erat. "Aku harus pergi untuk sementara waktu. Perusahaan di luar negeri sedang mengalami masalah besar, dan aku harus ada di sana untuk membereskannya. Mungkin satu bulan, atau lebih, tergantung situasinya."

Aisha mengerutkan kening, meskipun ia tahu ini adalah bagian dari hidup Arya sebagai seorang pemimpin. "Arya, aku mengerti. Aku tahu tanggung jawabmu besar, dan aku tidak akan menahanmu. Tapi... janji satu hal."

"Apa itu?" tanya Arya dengan lembut, menatap dalam ke mata Aisha.

"VC setiap hari," jawab Aisha sambil tersenyum kecil. "Aku ingin tahu bahwa kamu baik-baik saja di sana."

Arya tertawa pelan dan mengangguk. "Tentu, sayang. Setiap hari, aku akan memastikan kamu tahu aku memikirkanmu."

***

Setelah Arya pamit untuk sementara waktu, Aisha kembali menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Sebagai seorang wanita mandiri, ia tahu bahwa ini adalah waktu untuk fokus pada kariernya sambil menunggu Arya menyelesaikan tanggung jawabnya. Namun, komunikasi mereka tetap erat. Setiap malam, mereka melakukan video call, saling berbagi kabar, cerita, dan tentunya rindu.

Suatu malam, saat Aisha sedang duduk di ruang kerjanya, ponselnya berbunyi tanda panggilan video dari Arya. Aisha segera mengangkatnya. Wajah tampan Arya muncul di layar, mengenakan kemeja putih dengan senyum menenangkan yang selalu ia rindukan.

"Halo, sayang," sapa Arya hangat. "Bagaimana harimu?"

"Sibuk, seperti biasa," jawab Aisha sambil tersenyum. "Tapi ada kabar baik yang ingin aku bagikan padamu."

Arya mengangkat alis. "Kabar baik? Aku suka mendengar kabar baik darimu. Apa itu?"

Aisha mengambil napas dalam-dalam, mencoba menahan rasa gugupnya. "Aku baru saja mendapatkan promosi. Aku diangkat menjadi Direktur Cabang bersama Sintia. Itu artinya kami harus pergi ke Singapura selama dua hari untuk acara resmi pengukuhan."

Wajah Arya langsung berbinar. "Aisha, itu luar biasa! Aku sangat bangga padamu. Kamu pantas mendapatkan ini. Kamu bekerja keras, dan ini adalah hasilnya."

Aisha tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Arya. Aku berharap kamu ada di sini untuk merayakannya bersamaku."

"Aku memang tidak ada di sana secara fisik," jawab Arya lembut. "Tapi aku selalu ada di hatimu, kan? Jangan khawatir, ketika aku kembali, kita akan merayakannya bersama. Aku janji."

Percakapan itu membuat Aisha merasa lebih bersemangat. Dukungan Arya memberikan kekuatan tambahan baginya untuk menghadapi tanggung jawab baru ini.

***

Dua hari kemudian, Aisha dan Sintia terbang ke Singapura untuk menghadiri acara resmi pengukuhan mereka sebagai Direktur Cabang. Sepanjang perjalanan, mereka terus berbicara tentang perubahan besar yang akan mereka alami.

"Aisha," kata Sintia saat pesawat mulai mendarat. "Apa kamu menyadari betapa besar pencapaian ini? Kita sekarang menjadi bagian dari jajaran pemimpin perusahaan. Ini tidak main-main."

Aisha tersenyum. "Aku tahu, Sintia. Tapi ini juga berkat kerja keras kita berdua. Aku tidak bisa membayangkan mencapai ini tanpa kamu."

Di Singapura, acara pengukuhan diadakan dengan mewah di salah satu ballroom hotel bintang lima. Para eksekutif perusahaan menyampaikan ucapan selamat dan mengapresiasi kontribusi Aisha dan Sintia.

Saat mereka naik ke panggung untuk menerima plakat penghargaan, tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu. Sintia menggenggam tangan Aisha dengan erat, merasa bangga dan bersyukur atas momen ini.

Malam itu, sebuah pesta diadakan untuk merayakan pencapaian mereka. Suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan, dengan dekorasi elegan dan makanan mewah yang memanjakan lidah. Aisha, mengenakan gaun putih yang anggun, berdiri di tengah ruangan, menerima ucapan selamat dari rekan-rekannya.

"Aku tidak pernah merasa lebih dihargai seperti ini," kata Aisha pada Sintia di tengah pesta. "Ini adalah malam yang luar biasa."

"Dan ini baru permulaan, Aisha," jawab Sintia sambil mengangkat gelasnya. "Kita akan terus melangkah lebih jauh."

***

Sepulangnya dari Singapura, Aisha dan Sintia memutuskan untuk mengadakan pesta perayaan di Indonesia. Acara itu berlangsung di sebuah ballroom megah di Jakarta, dengan tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja mereka.

Di malam pesta, Aisha mengenakan gaun merah marun yang memukau, sementara Sintia tampil anggun dalam balutan gaun biru tua. Para tamu memuji keberhasilan mereka, dan suasana pesta penuh dengan tawa dan obrolan hangat.

Di salah satu sudut ruangan, Aisha sedang berbicara dengan beberapa kolega ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Arya.

"Kamu terlihat luar biasa malam ini, sayang. Aku berharap bisa ada di sana bersamamu. Tapi jangan khawatir, aku akan kembali segera. Dan ketika itu terjadi, kita akan membuat pesta yang jauh lebih besar untuk merayakan cinta kita."

Aisha tersenyum membaca pesan itu. Ia merasa lengkap, meskipun Arya tidak ada secara fisik. Kehadirannya tetap terasa dalam setiap kata yang ia kirimkan.

Pesta itu berakhir dengan sukses besar, meninggalkan kenangan manis bagi Aisha dan Sintia. Mereka tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan masih banyak tantangan dan peluang yang menanti di depan.

***

Satu bulan berlalu seperti kilasan angin. Meskipun komunikasi dengan Arya melalui video call setiap hari menjaga hubungan mereka tetap kuat, Aisha tidak bisa menutupi rasa rindunya yang semakin mendalam.

Hingga suatu sore, saat Aisha baru saja selesai bekerja, bel pintu rumahnya berbunyi. Ia membuka pintu dan menemukan Arya berdiri di sana, tampak lebih tampan dan berwibawa dari sebelumnya. Setelan jasnya yang rapi, rambutnya yang tertata sempurna, dan seikat mawar merah di tangannya membuat Aisha terdiam sejenak.

"Arya... kamu sudah kembali," ucap Aisha dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca.

Arya tersenyum lembut. "Aku kembali untukmu, Aisha. Tidak ada tempat lain yang ingin aku datangi selain rumah ini, tempat kamu berada."

Arya menyerahkan bunga itu pada Aisha. "Ini simbol cintaku, seperti janji yang pernah kubuat di balkon itu. Aku ingin memastikan kamu selalu tahu betapa berharganya kamu bagiku."

Aisha memeluk Arya erat, tanpa mempedulikan bunga yang hampir terjatuh. "Arya, aku tidak pernah meragukanmu. Tapi sekarang, aku semakin yakin bahwa kamu adalah orang yang tepat untukku."

Mereka duduk di ruang tamu, berbicara panjang lebar tentang perjalanan Arya, proyek Aisha, dan promosi yang baru saja ia terima. Malam itu, percakapan mereka dipenuhi tawa dan kehangatan.

"Aisha," kata Arya akhirnya, menggenggam tangan Aisha dengan lembut. "Aku tahu hidup ini tidak akan selalu mudah, dan mungkin akan ada rintangan di depan. Tapi aku ingin kamu tahu satu hal."

"Apa itu?" tanya Aisha, menatap Arya dengan mata penuh cinta.

"Aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi. Kamu adalah prioritas utamaku, dan aku akan melakukan apa saja untuk memastikan kamu bahagia."

Aisha tersenyum, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Aku percaya padamu, Arya. Dan aku akan selalu ada di sisimu juga."

Malam itu, hati Aisha sepenuhnya yakin bahwa Arya adalah pasangan hidup yang ia cari. Dengan simbol cinta berupa mawar yang kini menghiasi vas di ruang tamunya, Aisha tahu bahwa cinta mereka akan terus tumbuh dan mekar, seperti bunga itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung.

1
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
💪💪💪💪💪💪💪💪👍🙏
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
💪💪💪💪💪👍👍🙏
ziear
salam kenal juga kak, oke mampir ya
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: 💪💪💪👍🙏
total 1 replies
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga👍👍👍💪💪💪🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!