Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Baik Saya Pergi Saja!
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Allan saat baru masuk ke dalam mobil.
"Tidak apa-apa, Dokter," sahut Giany.
Hmm ... panggil dokter lagi. Tadi kan sudah jadi mas. Kamu keterlaluan, Giany! gerutu Allan dalam batin
Allan menarik napas dalam. "Maysha juga tidak apa-apa kan, Nak?" tanyanya sembari mengusap rambut putrinya.
Maysha menjawab dengan anggukan, tangannya begitu erat memeluk Giany.
"Lututnya Maysha lecet, Dokter." Giany memberanikan diri menjawab, kemudian menunjukkan luka di lutut Maysha. Raut wajah Allan pun berubah khawatir mendapati adanya luka lecet itu.
"Ini perih ya, Sayang?" tanya Allan sambil meniup luka di lutut Maysha.
Gadis kecil itu kembali menjawab dengan anggukan.
"Tidak apa-apa, Nak. Nanti di rumah ayah obati, ya ..."
Allan menyalakan mesin mobil, kemudian melirik ke arah Desta dengan raut muka kesal. Menyadari itu, Giany pun bertanya.
"Em ... Dokter juga tidak apa-apa, kan?"
"Hemm ..." jawab Allan singkat.
Terkejut dengan sikap Allan yang tiba-tiba berubah, Giany menjadi tidak enak sendiri. Ia bahkan mengira Allan marah besar karena Desta mendorong Maysha hingga terluka. Sedangkan Giany yang bertugas sebagai pengasuh tidak becus menjaga gadis mungil itu.
"Dokter, saya minta maaf. Semua ini salah saya. Mas Desta jadi mendorong Maysha karena saya."
Giliran si Desta dipanggil Mas terus. Jahat kamu Giany.
Allan tidak menyahut. Kemudian langsung melajukan mobil dan berlalu dari sana. Giany pun semakin merasa bersalah. Sepanjang jalan Giany tak berani membuka suara. Hingga tiba di rumah, keduanya masih saling diam.
"Ayo turun, Maysha. Nanti lukanya ayah obati, ..." ucap Allan.
Giany membuka pintu mobil, sehingga Maysha segera turun dari mobil. Allan langsung menggendong Maysha dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Giany begitu saja yang masih membeku di dalam mobil.
Hingga beberapa saat kemudian, wanita itu pun segera masuk ke dalam rumah.
"Kalian dari mana? Tumben pulangnya lama," ucap Bu Dini menyambut kedatangan Giany. Sementara Allan sudah beranjak menuju lantai atas.
"Maaf, Bu. Tadi ada sedikit masalah di restoran."
"Masalah?" Bu Dini menatap penuh tanya kepada Giany. "Masalah apa?"
Giany terdiam beberapa saat. Ia tidak tahu harus menjawab apa. "Em ... Itu ..."
"Itu apa, Nak?"
"Mas Desta tadi ada di sana, Bu. Dan dia mencoba membawa saya pergi. Mas Desta juga mendorong Maysha sampai jatuh."
Bu Dini terlihat terkejut, "Apa, mendorong Maysha?"
Giany mengangguk. Ekspresi terkejut dari Bu Dini semakin membuatnya merasa bersalah. "Tapi tadi ibu lihat Maysha tidak apa-apa."
"Ada lecet di lutut, Bu," jawab Giany bernada cemas. "Maaf, Bu. Saya lalai menjaga Maysha."
Bu Dini hanya menyahut dengan senyuman seperti biasanya. "Tidak apa-apa. Ibu ke atas dulu lihat Maysha, ya." Kemudian segera beranjak ke lantai atas dengan tergesa-gesa untuk memastikan sendiri keadaan cucu kesayangannya.
Sementara Giany menuju kamar Maysha dengan lesu. Ada kepingan rasa bersalah yang teramat besar menghinggapi hatinya.
Duduk di bibir tempat tidur, Giany mengusap cairan bening yang hampir jatuh di ujung matanya.
Apa tidak sebaiknya aku pergi saja dari rumah ini ya? Dokter Allan pasti marah besar karena Mas Desta tadi mendorong Maysha sampai terluka. Dan aku kurang bisa menjaga Maysha dengan baik. Apalagi tadi sikap Dokter Allan langsung dingin begitu. Kenapa memikirkan dinginnya sikap Dokter Allan membuat aku jadi sedih begini, ya... ucap Giany dalam batin.
Dalam kesendirian, ia menangisi segalanya.
🌻
Waktu makan malam hampir tiba. Allan baru saja turun dari lantai atas dengan menggendong Maysha. Laki-laki itu melirik ke arah dapur. Biasanya Giany ada di sana membantu Bu Dini dan Bibi Misa untuk menyiapkan makan malam.
"Giany mana, Bu?" Allan mendudukkan Maysha di kursi.
"Di kamarnya Maysha. Sejak pulang tadi, dia belum keluar kamar," jawab Bu Dini sambil menata beberapa hidangan makan malam di atas meja.
"Aku lihat dulu deh. Takut ada apa-apa sama dia. Tadi dia sepertinya ketakutan bertemu suaminya."
"Iya Allan, cepat kamu susul. Ibu juga khawatir ada apa-apa sama Giany."
Allan baru akan menuju kamar Maysha untuk menghampiri Giany. Tetapi saat melewati ruang tengah, bersamaan dengan Giany yang baru keluar dari kamar itu.
"Dokter, sa-ya mau bi-cara sebentar. Apa boleh?"
Memang apa yang tidak boleh untuk kamu, Giany? Satu-satunya yang tidak boleh adalah kamu kembali kepada suami kamu. batin Allan.
"Ada apa?"
"Saya mau minta maaf atas kejadian tadi, Dokter. Maysha jadi terluka karena saya. Sebaiknya saya pergi dari rumah ini untuk menghindar dari kejaran Mas Desta. Sudah cukup masalah yang timbul karena keberadaan saya di rumah ini. Mungkin akan lebih baik kalau saya segera pergi," ucap Giany menahan air matanya.
*****