" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kotak berwarna biru dari Sadam
Setelah bermalam dua hari bersama istri mudanya, kini Sadam segera berangkat ke kantor, rupanya Mahira sudah menyiapkan pakaian setelan jas lengkap dan meletakkannya di atas tempat tidur.
Sadam sendiri sempat terkejut di buatnya, ternyata Mahira itu adalah type wanita yang patuh serta perhatian.
"Bodoh sekali si brengsek Danu, ia telah menyia-nyiakan wanita seperti Mahira, seandainya kita bertemu lebih dulu, mungkin aku tidak akan pernah menyakiti wanita sebaik dirimu, sayangnya aku terlanjur mencintai Alisa, bagaimanapun dia adalah cinta pertamaku!" gumam Sadam dalam hati.
Kini Mahira mengantarkan kepergian suaminya sampai pintu depan ruang utama Apartemen, dan Mahira telah memberanikan diri untuk meminta izin.
"Maaf Tuan, bolehkan nanti siang aku pergi untuk menemui putri ku? Aku ingin mengajaknya bermain sebelum nantinya masuk Sekolah Dasar."
"boleh-boleh saja,tapi awas kau tidak boleh macam-macam dengan mantan suamimu itu, statusmu saat ini adalah masih menjadi istriku, faham kamu?" tegas Sadam memperingatkan Mahira
"Faham Tuan, anda tenang saja, saya akan selalu menjaga Marwah ku sebagai wanita yang sudah bersuami dan aku pun selalu menjaga pandanganku terhadap pria yang bukan muhrim!" sahut Mahira meyakinkan Suaminya.
Sadam pun tersenyum tipis dan tanpa tersadar ia malah mengecup pucuk kepala Mahira, Sadam sempat grogi sampai-sampai ia berdehem dan terlihat kikuk.
Dan pada akhirnya, Sadam memutuskan untuk segera pergi ke kantor.
"Akh, sial! Kenapa juga sikapku berubah menjadi lembut seperti ini padanya, yang ada nanti Mahira bis salah faham padaku! Ayo Sadam, jagalah sikapmu, wanita itu hanyalah sebagai alat untuk melahirkan benih darimu!" ucap Sadam bermonolog.
......................
Bandung.
Ketika umi Aisyah merapihkan lemari baju Suaminya, tiba-tiba saja Ia menemukan sebuah kotak berwarna biru dan sepertinya benda kotak tersebut belum di buka isinya karena masih ada segel yang masih merekat.
Umi Aisyah pun buru-buru menanyakan kepada Suaminya, sambil membawa kotak tersebut.
Saat ini Abi Husein sedang duduk santai di kursi halaman taman belakang sambil menikmati segelas kopi hitam dan pisang goreng yang masih panas bahkan sampai mengepul asapnya, cuaca dingin seperti ini sungguh membuat Abi Husein malas untuk melakukan aktivitas, di tambah suhu udara yang sampai menusuk ke dalam tulang, gara-gara semalaman di guyur hujan.
"Abi, bi!" panggil Umi Aisyah dari balik pintu dapur, Umi pun bergegas menghampiri suaminya sambil membawa kotak berwarna biru yang tadi ia temukan di dalam lemari pakaian yang isinya terdapat baju lama milik Suaminya yang sudah tidak terpakai dan rencananya akan di berikan kepada orang yang tidak mampu, pakaian tersebut itu masih layak pakai, hanya saja sudah tidak muat lagi jika di kenakan oleh Abi Husein karena berat badannya yang meningkat.
"Ada apa umi?" sahut Abi Husein tersenyum tipis.
"Ini apa Bi? Abi sengaja ya menyembunyikannya dari Umi?" tegur Umi Aisyah dengan raut wajah kesal.
Tiba-tiba saja Abi Husein langsung menghela nafasnya sejenak.
"Duduklah Umi, biar Abi lebih leluasa menjelaskan nya sama Umi!"
Umi Aisyah pun menuruti perintah dari Suaminya, kini ia duduk tepat di sebelahnya.
"Itu adalah pemberian dari suami barunya Mahira, jujur Abi kurang begitu menyukainya, tadinya mau Abi buang, tapi gak jadi!" tegas Abi Husein.
"Oh dari Suami barunya Mahira, yasudah apa salahnya kita buka Bi, umi jadi penasaran dengan isinya!" usul Umi Aisyah.
"Terserah umi saja, ambil saja kalau Umi mau!" jawab Abi Husein sembari menyeruput kopi hitamnya.
Karena saking penasarannya, Umi Aisyah segera membuka segel kotak berwarna biru tersebut, ketika kotak tersebut dibuka, betapa terkejutnya Umi Aisyah.
"Astaghfirullah, Abi ini isinya uang, ya ampun ada berapa gepok ini Bi?" Umi Aisyah sampai gemetar di buatnya. Sedangkan Abi Husein ia malah mengucek kedua matanya karena masih tidak percaya, namun pada kenyataannya di dalam kotak tersebut terdapat lima gepok uang seratus ribu, jika ditotalkan, ada sekitar lima ratus juta.
"Kita kembalikan saja uang ini Umi, Abi gak pantas mendapatkannya!"
"Euleuh Ari Abi, atuh jangan Bi, ini kan uang sudah di kasihkan sama Abi, dan itu artinya uang ini milik kita, kebetulan sekali Neng Hanum belum bayar semester kuliah, dengan memakai uang ini, kita bisa melunasi uang semester nya Hanum sampe semester akhir BI, kan Abi gak usah pusing mikirin biayanya."
"Tapi Umi!"
"Sudah, gak ada tapi-tapian, kalau Abi gak mau, biar uang ini buat Umi semua!" sungut Umi Aisyah yang kemudian melengos pergi.
Abi Husein hanya bisa menggeleng sambil memijat kepalanya.
"Hadeuh, dasar perempuan! Kalau urusan fulus saja gercep, kenapa Nak Sadam memberikan uang sebanyak itu? Rupanya suaminya Mahira bukanlah pria sembarangan!" ucap Abi Husein bermonolog.
......................
Perusahaan Shadow Hito group
"permisi Tuan, ini adalah daftar sepuluh orang Mahasiswa dan Mahasiswi yang hari ini mulai magang di perusahaannya Tuan."
Sadam pun melihat daftar nama tersebut
"Apakah mereka semua itu berkompeten? Aku tidak ingin di perusahaan ku ini menerima pegawai ataupun anak magang yang di bawah standar, apalagi kalau otak mereka sudah seperti otak udang!"
"Maaf Tuan, mereka semua ini sudah menjalani tahap seleksi yang sangat ketat dan merupakan Mahasiswa dan Mahasiswi berprestasi di fakultas nya masing-masing!" Sahut Hans mencoba menjelaskannya kepada Sadam.
"Baiklah, aku akan lihat kinerja mereka, jika memuaskan akan aku rekrut mereka menjadi karyawanku, tapi jika mereka mengecewakanku, aku tidak akan segan-segan untuk menendangnya dari perusahaan ini, faham kamu Hans?" bentak Sadam dengan tatapan sinis nya.
"Baik Tuan, nanti setelah jam makan siang akan ada acara perkenalan dengan mereka, saya harap anda bisa sedikit meluangkan waktu untuk mengenal mereka!" usul Hans
"Baiklah Hans, tapi hanya sebentar saja ya aku menyapa mereka, karena jam dua siang nanti aku akan bertemu dengan Mr. Smith dari Amerika."
"Siap Tuan, terima kasih sebelumnya!"
"Hemm! Jawab Sadam singkat.
Setelah jam makan siang, kini Sadam bersama Hans pergi ke ruangan HRD, dimana sepuluh anak magang sudah berkumpul di sana untuk bertemu dengannya.
Tap
Tap
Tap
Bunyi langkah kedua kaki milik Sadam, terdengar cukup menggema, sehingga membuat raut wajah para karyawannya merasa takut. Sadam yang terkenal sebagai pemimpin perusahaan yang tegas dan juga kejam, begitu di takuti para karyawannya, tidak luput para anak magang pun sebelumnya telah di ceritakan oleh karyawan lain mengenai sosok Tuan Sadam, mereka pun sampai di buat bergidik ngeri di buatnya.
Setibanya di ruangan HRD, dengan tatapan sinisnya, Sadam mulai memperhatikan para karyawannya dan juga sepuluh anak magang yang tertunduk dan sepertinya enggan untuk melihat wajahnya.
Namun ada satu anak magang yang penasaran akan paras dari seorang pimpinan yang katanya sangat tegas dan juga kejam itu.
Ketika anak magang tersebut melirik ke arah Sadam, ia malah terkesima akan sosok pria tampan berkulit putih, dengan mata lumayan sipit serta bibir berwarna pink seperti memakai lipstik, karena Sadam tidak pernah merokok, di tambah hidungnya yang mancung serta tinggi badan tubuhnya yang proposional, sosok pria idaman sejuta wanita.
'alamak, pria setampan ini masa iya kejam? Akh imut nya! ' ucap dalam hati salah satu anak magang
Sadam pun sempat menangkap seorang anak magang yang berani menatapnya lebih dari lima menit.
"Hey anak magang, siapa namamu?" tanya Sadam ketus.
Seketika tubuh wanita tersebut menjadi gemetar karena takut mendengar suara bariton nya
"N nama S saya, H Hanum pak!" jawabnya terbata.
Kemudian Sadam menghampiri Hanum dan mencoba mendekat, sambil membungkuk ia pun mengatakan sesuatu kepada Hanum.
"Jangan pernah berani menatapku lebih dari lima menit, kau akan menanggung resikonya! Faham kamu?" cetus Sadam menunjukan wajah tidak sukanya terhadap Hanum.
"M maafkan S saya p pak, S saya tidak akan pernah mengulanginya lagi!" jawab Hanum sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Bagus! dan sebagai hukumannya, kau boleh pulang lebih cepat, dengan catatan kau akan mendapatkan nilai C dari perusahaan ku atas sikapmu yang lancang!"
Hanum pun terus saja tertunduk, ia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, baru juga hari pertama memulai magang, tapi sudah mendapatkan kesialan seperti ini.
Dengan terpaksa Hanum segera pergi dari ruangan tersebut, Hans yang melihat sikap Tuannya yang sudah seperti anak kecil tersebut, hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tidak berani berkata apapun. Suasana ruang HRD kini mendadak sunyi dan sepi seperti kuburan.
Taman kota Suropati
Setelah puas berbelanja bersama putri kecilnya yakni Syifa, Mahira mengajaknya untuk sekedar duduk di kursi Taman kota Suropati, keduanya begitu asik menikmati Ice cream.
'Bunda, hari ini Syifa sangat bahagia sekali karena bisa memiliki waktu yang lama bersama Bunda, Syifa lelah Bun tinggal sama Ayah dan juga Tante jahat yang selalu menyiksaku, Ayah tidak pernah sedikitpun membelaku! Semoga secepatnya Bunda bisa segera membawaku tinggal bersamamu!' Batin Syifa seraya penuh harap
Kali ini Syifa berusaha menyembunyikan kesedihannya di depan ibunya.
"Kau tahu sayang, Bunda itu setiap hari selalu saja merindukan kamu, nak!"
Mendengar hal itu, Syifa hanya bisa tersenyum dan memeluk erat tubuh Bundanya.
'Aku pun selalu merindukan Bunda, andai aku bisa berbicara seperti anak lainnya, aku ingin sekali berteriak dan memanggilmu, jika aku tidak bahagia hidup bersama Ayah, dan aku ingin selamanya bersama Bunda!' ucap Syifa dalam hati.
"Sabar ya Nak, sebentar lagi Bunda akan bawa Syifa untuk tinggal bersama Bunda, tidak ada lagi yang bisa memisahkan kita!" ucap Mahira dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Kali ini ia harus kuat menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Tiba-tiba dari arah air mancur, terdengar suara seseorang yang memanggil nama dirinya.
"Kak Hira!" teriak suara seorang wanita yang berlari ke arah nya.
Ketika Mahira menoleh ke arah suara tersebut, ia cukup terkejut karena yang menyapanya adalah adik sepupu nya.
"Masya Allah, Hanum! Kau di sini!"
"Iya kak Hira, ini aku Hanum, sepupumu!"
kini keduanya saling berpelukan.
POV Hamum
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁