Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menguping
Alsa kembali ke kelasnya setelah tadi mengantarkan Bunda Nimas untuk menemui wali kelasnya. Jujur saja dia sengaja pergi karena tidak ingin mendengae omelan wali kelasnya tentang kenakanal dirinya selama ini di sekolah. Apa lagi di depan calon martuanya. Bisa turun harga langsung Alsava.
Alsa mengetuk pintu kelas dengan sopan. Karena pelajaran di jam terakhir memang sudah dimulai.
Tok
Tok
Tok
"Permisi Bu," ucap Alsa sopan.
Ibu guru yang sedang mengajar menoleh ke arahnya. Lalu mengangguk. "Duduk kamu," suruh Bu guru itu yang langsung diangguki oleh Alsa dan segera berlari ke bangkunya.
Beruntung banget dia tidak di suruh pergi meninggalkan kelas. Padahal jelas-jelas dia datang sudah terlambat karena jam pelajaran sudah sedari tadi.
"Dari mana lo?" bisik Kia yang memang duduk di sebelah Alsa.
"Biasa urusan sama anggota alay," jawab Alsa berbohong.
Kia hanya mengangguk paham. Memang biasanya jika Alsa masuk terlambat dia akan berurusan terlebih dahulu dengan para anggota osis. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa.
Sedangkan Alsa sendiri tidak mungkin mengatakan jika dia baru saja mengantar calon martuanya yang menggantikan orang tuanya untuk datang ke sekolah. Bisa heboh nanti kedua sahabatnya. Untuk saat ini Alsa belum akan menceritakan apapun kepada kedua sahabatnya tentang perjodohan dirinya dengan Gerald.
Nanti akan ada saatnya dimana Alsa menceritakan dengan kedua sahabatnya.
Tidak terasa jam pelajaran sudah selesai. Setelah bel pulang berbunyi semua siswa atau siswi langsung bersiap-siap untuk pulang. Alsa merapihkan buku-bukunya untuk dimasukan kedalam tas. Setelah itu dia merapihkan rambutnya yang menurutnya sedikit berantakan.
"Jalan yuk," ajak Icha menghampiri bangku Alsa dan Kia.
Alsa menggeleng pelan. Dia hari ini herniat untuk pergi ke rumah Gerald. Bukan untuk menemui Gerald tetapi untuk mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Bunda Nimas.
"Nggak bisa gue, ada urusan setelah ini," jawab Alsa membuat Icha memajukan bibirnya.
"Lo juga nggak bisa?" tanya Icha yang dijawab Kia dengan tersenyum kikuk.
"Mau pergi sama doi," jawab Kia membuat kesal Icha bertambah saja.
"Nyebelin lo pada, pacaran mulu!" kesal Icha membuat Alsa menggelengkan kepalanya.
"Gue nggak pergi sama Digo kali Cha, gue emang ada perlu sama Tante gue," jelas Alsa berbohong.
Dia memang tidak ada niatan untuk pergi bareng si cowok penghianat itu sekarang.
"Yuk ah cabut," ajak Alsa seraya merangkul Icha.
Mereka akan memakai mobil masing-masing. Karena tidak ada rencana untuk keluar bersama hari ini.
Sampai di parkiran ternyata Digo sudah menunggu. Benar apa yang tadi pagi Digo ucapkan jika dia akan menjemput Alsava. Astaga.. Alsa benar-benar dibuat kesal sekarang karena Digo.
"Tuh apa kalau nggak mau kencan lo pada?" tanya Icha seraya menunjuk Digo dengan dagunya.
Terlihat Digo yang sedang tersenyum tampan ke arah Alsava di sebelah mobil mewahnya.
Alsa menghembuskan napasnya kasar. Dia masih malas dengan Digo. Apa lagi jika teringat dengan ucapan Gerald tadi. Itu sedikit menganggu pikiran Alsa.
"Mau apa sih dia," gumam Alsa seraya berjalan.
"Ya mau ngajak lo ngedate lah Al, masa iya cuma mau liatin lo aja?" jawab Icha yang memang kesal karena merasa dibohongi oleh Alsa.
"Cha please deh, gue nggak ada janji sama dia, gue nggak tahu dia mau jemput," jawab Alsa mencoba untuk membela dirinya.
"Iya iya tau gue, Digo kan bucin sama lo," jawab Icha membuat Alsa mengacak rambut Icha pelan.
"By, pulang bareng ya?" pinta Digo tanpa basa-basi.
Alsa menatap ke arah lain. Dia enggan untuk pulang bersama dengan Digo. Apa lagi mengingat jika sudah ada cewek lain yang naik mobil mewah itu dan duduk di samping Digo. Lagi-lagi membuat Alsa kesal dan ingin marah jika mengingatnya.
"Gue bawa mobil sendiri, lo pulang aja deh," jawab Alsa yang terdengar seperti mengusir Digo.
Icha dan Kia saling pandang terkejut. Biasanya Alsa tidak tega untuk menolak ajakan Digo meskipun sebenarnya dia enggan. Tetapi sekarang Alsa berani menolak secara terang-terangan. Bahkan di depan kedua sahabatnya.
"Kenapa? gue udah jauh-jauh ke sekolah lo by," jawab Digo tidak terima dengan penolakan Alsava.
"Gue nggak nyuruh kan? ingat ya gara-gara lo tadi gue dapat hukuman dan sekarang gue capek mau istirahat," jawab Alsa yang lagi-lagi mengarang cerita.
Tetapi apa yang dikatakan Alsa membuat Digo akhirnya menurut. Digo merasa tidak enak karena dirinya tadi pagi Alsa jadi mendapat hukuman dari para anggota osis di sekolahnya. Padahal jelas-jelas Alsa tidak mendapat hukuman apapun kecuali peringatan dari Gerald. Itu saja untuk hubungan pribadi mereka bukan tentang kesalahan Alsa di sekolah.
"Oke kalau gitu, gue minta maaf ya by, besok gue jemput ya kita berangkat bareng," ucap Digo seraya mengacak rambut Alsava pelan. Lalu pamit untuk pulang terlebih dahulu.
Setelah kepergian Digo Icha dan Kia langsung menatap Alsava tidak percaya. Alsa benar-benar menolak ajakan Digo, si cowok populer di sekolahnya.
"Lo udah nggak waras Al?" tanya Icha seraya menempelkan tangannya pada kening Alsava.
Alsa menatap Icha malas. Lalu menurunkan tangan Icha dengan kesal.
"Menurut lo?" tanya Alsa membuat Icha terkikik. Begitu juga dengan Kia.
"Bege, cowok kayak Digo di tolak mentah-mentah gitu, banyak tahu yang pengen pulang bedua aja sama dia, salah satunya juga gue," jelas Icha seraya terkikik dengan ucapannya yang menurutnya sangat konyol sekali.
Alsa menatap Icha sekilas. "Buat lo aja kalau lo mau," jawab Alsa membuat Icha ternganga.
Sedangkan Kia tampak memberi jempol untuk Alsava.
"Mending lo ma Kak Gerald Al lebih cocok menurut gue," cletuk Kia membuat Alsa menoleh ke arah Koa yang sedari tadi memilih untuk diam.
"Lo?" tunjuk Alsa membuat Kia tertawa.
"Canda kali Al, udah kebaperan lo," cibir Kia yang memang sengaja ingin menggoda Alsava.
"Becandanya nggak lucu lo Ki, Kak Gerald cuma buat gue nggak ada yang boleh miliki Kak Gerald selain gue, termasuk lo juga Al" jawab Icha membuat Alsa dan Kia sama-sama menoyor kepala Icha dengan kompak.
"Halu terus lo," ucap Alsa dan Kia secara bersamaan.
Icha memanyunkan bibirnya kesal. "Biarin syirik aja kalian," jawab Icha membuat Alsa dan Kia tertawa.
Mereka mausuk kedalam mobil masing-masing. Siang ini memang belum ada rencana untuk pergi bersama. Tetapi tidak tahu nanti sore atau malam. mengingat kedua orang tua Alsa juga tidak berada di rumah. Jadi Alsa bisa bebas pergi dan melakukan apapun dengan kedua sahabatnya.
Tanpa mereka sadari. Lelaki tampan dengan almamater osis yang dikenakannya sedari tadi melihat dan mendengar percakapan diantara ketiga gadis cantik yang salah satunya akan menjadi calon istrinya. Dengan santai dia kembali berjalan menuju ruangan osisnya untuk mengadakan rapat. Tetapi senyumnya jelas terukir di bibirnya mengingat Alsa yang menolak ajakan cowok yang tidak dia ketahui namanya itu.