Setelah hidup dengan suami yang suka memukulinya selama bertahun-tahun, Freya 'dijual' karena suaminya telah jatuh hati pada wanita lain. Dia hanya bisa pasrah saat pelelangan berlangsung, sampai akhirnya... "Satu juta Yuan!" Semua mata tertuju pada pria bertudung yang menawar dengan harga ribuan kali lebih mahal. Siapa pria itu dan kisah seperti apa yang menanti mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossywiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Teman
Hingga suatu hari, kepala panti semakin sering memanggil Freya..
Untuk di bandingkan dengan dirinya sendiri, dan dia mulai kegirangan saat melihat hasilnya. Sosok cantik Freya yang tersembunyi balik baju lusuh dan wajah tanpa ekspresi, dengan penampilan seperti itu Freya berdiri di depan cermin besar dan di sebelahnya berdiri dengan sombong kepala panti yang menggunakan pakaian serba mewah.
Dan lebih dari itu, hal terburuk pun terjadi. Ketika anak laki-laki yang sangat akrab dengan Freya mengalami sakit yang tiba-tiba. Sakit yang bahkan untuk anggun dari tempat tidur pun tak bisa.
Kepala panti asuhan itu bilang bahwa panti tidak punya dana untuk pengobatan bocah itu. Dan membujuk Freya agar mau menikah dengan Orang yang akan menyumbangkan uang ke panti dalam jumlah besar.
Dengan masih terbaring sakit pun, anak laki-laki itu memohon kepada Freya sambil terisak-isak.
"Tolong aku kakak! Aku masih mau hidup dan bermain dengan yang lain!" Ucap anak laki-laki itu dulu.
Akhirnya, Freya pun menikah dengan Andreas yang berumur 20 tahun lebih tua darinya. Dengan begitu Freya berpikir anak kecil itu bisa menjalani pengobatan dan sembuh. Karena uang yang di sumbangkan Andreas sangat bisa untuk membeli satu rumah sederhana di kota.
Semakin dia memikirkan keadaan saat itu, semakin dia sadar bahwa itu semua hasil dari perbuatannya sendiri.
Karena dia terlalu bodoh
Karena dia tidak tahu apa-apa
Karena dia mengambil pilihan yang salah
.
Apakah kini aku bisa berjalan-jalan seperti dulu lagi?
Tak apa walau hanya sebentar, sudah cukup untukku.
"Apakah .. benar aku boleh melakukannya?", tanyaku memastikan.
Albert terlihat sedikit terkejut mendengar perkataan ku, namun dia langsung bisa menormalkan ekspresi nya kembali.
"Tentu saja! Kamu kan istriku yang sangat berharga!!", jawabnya sambil sedikit terkikik.
"Bahkan rekan kerja ku pernah juga bercerita bahwa istrinya menghabiskan anggaran pribadi untuk membeli gaun dan aksesoris di awal bulan!!", Albert melanjutkan perkataannya dengan diselingi tawa.
"Kau tahu Freya? Aku sudah bekerja dengan sangaaaaatttt keras!! Dan hasil dari kerjaku selama ini hanya teronggok di bank dan brangkas saja!", Albert masih berbicara sambil terkikik sesekali.
"Maka dari itu, tugasmu sebagai istriku yang manis, harus menghabiskan anggaran pribadimu selama satu bulan! Jika masih ada sisa di bulan ini, maka untuk bulan depan akan aku tambah lagi anggaranmu!! Bagaimana? Setuju??", tanya Albert kepadaku.
Aneh!!
Dimana-mana, suami akan marah jika istrinya terlalu boros dalam belanja!
Apakah Albert sadar dengan apa yang di ucapkan nya?
Baiklah, sepertinya untuk saat ini aku hanya perlu menerima saja.
Akupun mengangguk menjawab pertanyaan Albert tadi. Tidak lagi perlu mendebatnya karena pasti Albert akan tetap pada pendiriannya.
"baiklah.. apakah kamu ingin bertanya hal lain?", Albert bertanya kepadaku.
Aku menggelengkan kepalaku walau sebenarnya masih banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan.
'kenapa kamu membawaku kesini?'
'kenapa kamu mau menjadikan aku sebagai istrimu?'
'kenapa kamu begitu baik?'
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada dalam pikiranku. Dan tidak pernah meninggalkan kepalaku.
Tapi aku terlalu takut mendengar jawaban nya.
Meskipun aku tidak tahu kenapa aku takut.
.
"Nyonya Freya, Tidak banyak bicara bukanlah suatu kekurangan, Tapi akan lebih baik jika anda dapat lebih menyuarakan pendapat anda. Bisa saja nanti orang akan Salah paham pada anda karena anda terlalu pendiam", ucap guru tata Krama dan etika pada pagi hari ini.
"Baik, saya mengerti", jawabku.
Aku tahu nyonya Angelina tidak ada bermaksud buruk, karena memang seharusnya aku lebih banyak membuka suara mulai sekarang.
Apa yang dikatakannya tidaklah salah sama sekali.
"Apakah sebelumnya anda pernah belajar seperti ini?", tanya nyonya Angelina.
"Pernah", jawabku.
"Begitu ya, baiklah untuk selanjutnya saya akan meningkatkan level pembelajaran kita!", putus nyonya Angelina.
Ya, aku memang pernah belajar seperti ini dari guru yang di panggil ibuku dulu.
"Saya rasa anda bisa mengikuti pembelajaran dengan level yang lebih tinggi!", ucapnya dengan sedikit tersenyum.
"Buku yang saya bawa hari ini tidaklah sesuai dengan level pembelajaran kita , saya akan membawakan buku yang sesuai di pertemuan berikutnya", lanjut nyonya Angelina.
"Baik", jawabku.
Aku memang sudah tahu pembelajaran hari ini dari saat aku masih kecil. Namun aku tidak mengira ternyata masih banyak hal yang belum aku ketahui.
.
"Bagaimana pembelajaran hari ini menurut anda nyonya?", Tanya Debby, guru pengetahuan umum dan sejarah.
Debby adalah nona muda dari keluarga Marine walau dia tidak mewarisi keluarga, tapi dia menjadi penasihat langsung dari serikat dagang milik keluarganya. Benar-benar gadis yang berbakat.
"menyenangkan", jawabku.
"Ohoo.. Syukurlah kalau anda tidak kesulitan nyonya!", ucapnya sambil sedikit tertawa.
Debby memiliki pribadi yang sangat menyenangkan. Daripada anggun, dia terlihat lebih tomboy.
Dari hari pertama aku melihatnya menyapaku, sampai saat ini, dia tetap menggunakan celana.
"Tapi nyonya, siapa yang mengajari anda berbahasa inggris dan perancis?", tanya Debby kepadaku.
"Padahal para nona muda sekarang jarang ada yang mempelajari penulisan bahasa Perancis, tapi nyonya sangat mahir dalam menuliskannya!", Debby terlihat senang dengan pencapaian ku.
"Orangtua saya sangat mengutamakan pendidikan", jawabku.
Ya, memang ayah dan ibu dulu sangat mengutamakan pendidikan ku, waktu itu bahkan aku sudah menguasai beberapa bahasa asing.
"Mereka orang tua yang baik!", jawab Debby sambil tersenyum hangat.
"Silahkan langsung Memberi tahu saya jika anda mengalami kesulitan di pertengahan kelas nyonya! Saya sangat kesulitan membaca raut wajah, jadi mungkin saya akan tidak mengetahui jika anda tidak memberitahu saya!", lanjut Debby mengakhiri pertemuan kali ini.
"Apa Anda menyukai buku, nyonya?", tanya Debby sambil menaruh cangkir teh diatas meja.
"Saya cukup suka membaca ketika masih kecil!", jawabku.
Karena sejak orang tuaku meninggal, aku cukup asing dengan buku, bahkan ketika berada di panti, sulit untuk menemukan buku bacaan kecuali koran.
"Benarkah? Kalau anda sudah suka membaca dari kecil, Anda juga pasti akan suka membaca buku saat sudah dewasa! Karena buku kan tidak lekang oleh waktu!", tanggapnya sambil sedikit terkikik.
"apalagi perpustakaan di kediaman Davinci ini cukup fantastis!!", lanjutnya.
"apakah anda pernah masuk ke perpustakaan??", tanya Debby kemudian.
"Tidak", jawabku.
"Benarkah? Kalau ada kesempatan, maukah anda pergi kesana bersama saya? Anda harus membaca beberapa buku dulu untuk mengetahui buku apa yang anda sukai!!", Debby sepertinya sangat menyukai buku.
"Baiklah!", jawabku sambil tersenyum.
"Buku adalah hal yang sangat menyenangkan!!", ucap Debby lagi.
"Saya senang Anda menyukai sesuatu hal dengan sangat optimis!", tanggapku.
"Astagaaa... Kelihatan sekali ya?? Hehehe", Debby terkikik geli oleh celoteh nya sendiri.
Duniaku yang terpenjara dalam ruangan sempit, perlahan Meluas seiring banyaknya orang yang aku temui masuk kedalam duniaku.