Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Setelah mobil yang ditumpangi Ditto telah hilang dari pandangan mata, Almira langsung kembali menuju kamar sewanya yang satu ruang satu orang. Awalnya Almira akan menyewa ruang berkelompok, yang terdiri dari empat tempat tidur susun, namun diurungkannya setelah berpikir jika dirinya butuh privasi.
Sesampainya di kamarnya, Almira langsung mengambil ponselnya dan mengotak-atik nya hingga sederetan nomor yang dicarinya dengan atas nama papa mertua mengisi pandangannya dan langsung menekan Ikon hijau untuk memanggil.
Tut... Tut...
Terdengar sebuah nada pertanda panggilan telah tersambung namun belum terangkat. Hingga di panggilan ke dua kalinya barulah panggilan suaranya terjawab, namun hanya dengan gumaman saja.
"Apa saat ini Papa bersama mama?" tanyanya, yang dijawab dengan hanya gumaman saja.
"Baik Pa, Al mengerti. Al hanya ingin mengatakan.. Tolong izinkan Al melihat kak Tian untuk yang terakhir kalinya. Biarkan Al datang ke pemakaman, Al ingin melihat prosesi pemakaman kak Tian walau dari jarak jauh. Al berjanji, Al akan melihat dari jauh tanpa ketahuan mama. Tolong izinkan Al, Pa..."
("Baik Tuan, boleh saja. Asal kesepakatan yang Anda ajukan ditepati.")
"Iya, Pa. Al janji akan menepati janji, Al. Terima kasih." Almira yang mengerti akan ucapan papa Steven sangat senang. "Tapi.. Kapan acara pemakaman nya akan dilangsungkan?" tanyanya lagi.
("Besok. Untuk waktunya.. Saya kabarkan lagi.")
"Baik, Pa. Terima kasih."
("Siapa, Pa?") terdengar dari seberang sana mama Siska yang bertanya, mungkin merasa curiga, pikir Almira. ("Klien. Baik Tuan, sampai jumpa.")
Usai terdengar suara dari papa Steven, panggilan suara pun terputus.
"Terima kasih, Pa..." ucapnya, walau ia tahu suaranya tak mungkin terdengar oleh lawan bicaranya lagi, sembari tersenyum kecil.
Usai bertukar suara dengan papa Steven, Almira terlihat membuka kopernya dan meraih sebuah bingkai foto yang didalamnya terlihat potret dirinya bersama dengan Sebastian.
"Kak Tian... Al rindu..." ucapnya sembari mengusap bingkai foto tersebut tepat di potret Sebastian.
"Kak, bisakah ini hanyalah mimpi buruk ku saja? Aku akan tidur, tapi kau temani aku. Aku berharap, besok setelah bangun.. Semuanya akan baik-baik saja," ucapnya seraya berbaring sambil memeluk bingkai foto yang dibawanya dari kediaman keluarga Alvaro. Tanpa berlama-lama, Almira yang kelelahan pun langsung berpindah ke alam mimpinya.
Karena Almira bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah hati dan pikiran. Lelah hati dan pikiran lebih berat daripada hanya sekedar lelah fisik saja, karena jika hanya lelah fisik.. Di bawa istirahat, maka fisik akan kembali segar. Namun jika lelah hati, lelah pikiran??
***
Keesokan harinya...
Pagi-pagi sekali Almira telah terjaga, dengan harapan dirinya akan terbangun dengan dunianya yang baik-baik saja. Namun, ketika melihat sekitarnya.. Membuat dada Almira kembali sesak.
"Tuhan... Mengapa cobaan mu begitu sangat menyakitkan... Mengapa bukan aku saja yang yang kau panggil.. Mengapa harus orang-orang di sekitarku yang kau ambil. mengapa semua orang yang ku sayangi harus kau ambil dan menjauhkannya dariku. Mengapa Tuhan, mengapa...??" Almira kembali menangis meratapi nasibnya yang menurutnya tidaklah seberuntung orang lain yang dikelilingi orang-orang terkasihnya.
Setelah beberapa saat, Almira pun menghentikan tangisannya, itupun dikarenakan teringat akan sesuatu. Almira segera meraih ponselnya dan melihat ada dua pesan dari papa Steven. Almira pun segera membuka pesan tersebut.
[Al, jenazah Sebastian akan di bawa pulang nanti. Setelah sampai di jakarta akan papa kabari lagi. Jika kau ingin menghadiri prosesi pemakaman Sebastian, lihatlah dari jarak jauh. Jarak aman yang sekiranya mama tak akan bisa melihatmu.] 15:45
"Ini pesan papa kemarin. Mengapa aku tak mengetahuinya?? Ku kira papa.... Ah, sudahlah," ucap Almira saat melihat waktu kapan pesan itu terkirim kepadanya, dan lanjut membaca pesan berikutnya.
[Acara pemakaman akan dilaksanakan pukul tujuh pagi nanti, di pemakaman umum Jakarta. Ingat, Al.. Cari jarak aman!] 04:31
Usai membaca pesan yang kedua, dada Almira kembali sesak.
"Tidak, ini bukan waktunya kembali menangis. Aku harus sampai lebih dulu sebelum yang lainnya tiba," ucapnya seraya bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, setelah sebelumnya mempersiapkan peralatan mandinya terlebih dahulu, karena kamar mandinya berada di luar.
Beberapa saat kemudian Almira telah selesai bersiap dengan pakaian serba hitamnya dan meninggalkan rumah sewanya setelah sebelumnya menguncinya terlebih dahulu.
***