Married To Kakak Ipar
"Bagaimana Al, kau mau kan memenuhi permintaan, Kakak?"
"Kak... Jika alasannya hanya karena itu, Kakak dan kakak ipar bisa melakukan program. Kakak ipar punya banyak uang," Almira menjeda ucapannya sembari menatap sekilas sosok pria yang menjadi kakak iparnya. "Kalian bisa mencari dokter yang paling hebat yang kalian kenal dan ketahui. Dan kalian juga__"
"Kakak tidak bisa," sela kakak Almira, Cassandra. "Dan tak akan pernah bisa..." Lanjutnya dengan suara yang tiba-tiba berubah menjadi lirih dan terdengar parau. Membuat suami dari kakak Almira, Sebastian Alvaro, dengan sigap langsung memeluk menenangkannya.
"Apanya yang tak bisa, Kak? Semua di dunia ini tak ada yang tidak mungkin jika__"
"Kakak mengidap kanker rahim."
Jedder!!
Bak tersambar petir di siang hari saat Almira mendengar pengakuan dari sang kakak, Cassandra.
"Dan itupun sudah stadium akhir. Mustahil akan dapat disembuhkan."
Huuuft...
Almira menghelakan nafas panjang saat mengingat kejadian beberapa hari lalu.
"Al... Almira! Hadap kemari dan tersenyum..!" panggil Cassandra tepat di hadapannya dengan sebuah kamera kecil ditangannya.
"Tersenyumlah. Tunjukkan jika Kau juga bahagia," tutur Sebastian yang berada tepat di sampingnya. Pria yang dulunya berstatus kakak iparnya, kini berubah status menjadi suaminya.
Ya, saat ini Almira, Almira Sadika tengah berada di atas sebuah pelaminan sederhana bersama dengan Sebastian Alvaro. Karena detik ini, Almira Sadika telah resmi menjadi istri sah dari Sebastian Alvaro, suami dari kakak perempuannya, Cassandra Darmawan.
Almira pun tersenyum walau sebuah senyum paksa.
"Hey kau! Kemarilah." Terdengar suara Cassandra yang memanggil salah satu pelayan keluarga Alvaro. "Tolong fotokan kami," ucapnya ketika pelayan tersebut telah berada di hadapannya. "Sebentar," lanjutnya, dan terlihat Cassandra yang tengah mengumpulkan semua anggota keluarga yang hadir, termasuk papanya, Gilang Darmawan. Karena memang pernikahan antara Almira dengan Sebastian sangatlah sederhana dan tertutup untuk publik. Saking sederhananya, tukang potret pun tak ada. Berbeda dengan acara pernikahan antara Sebastian dengan Cassandra dulu, yang diadakan di gedung bintang lima dan sangat mewah.
Dan saat semuanya berkumpul, pelayan itupun memotretnya.
Tak terasa acara pernikahan sederhana itupun telah usai, dan kini tinggallah Almira bersama dengan sang papa, Gilang Darmawan. "Pa, Al ikut Papa pulang, ya. Al merasa tak nyaman berada di sini," ucap Almira mengiba.
"Al, Sayang... Dengarkan Papa. Sekarang, di sini juga adalah rumah dan keluarganya, Al..., Dan Sebastian juga adalah suami, Al. Jadi, kemanapun suami Al berada.. Di situlah Al juga berada," papa Gilang mencoba untuk menjelaskan dan memberi pengertian kepada anak bungsunya itu. "Al, Papa cuma berpesan, jagalah, sayangi, dan cintai keluarga suami Al seperti keluarga Al sendiri. Walau Al adalah istri kedua, Al tetaplah seorang istri. Jadi, patuhilah setiap perintah dari suami, Al. Ya Sayang, ya," lanjutnya sembari mengelus lembut kepala Almira.
"Papa..." lirih Almira sembari langsung memeluk Papa Gilang. "Baiklah Pa.., Al akan coba terus mengingat apa yang di katakan Papa," ucapnya yang masih berada dalam pelukan papa Gilang.
Ditempat lain...
"Kenapa Kau kemari?! Sekarang adalah malam pernikahanmu, seharusnya Kau berada dalam kamar pengantin mu bersama Almira. Kau tak seharusnya berada di sini," tegur Cassandra saat mendapati suaminya menyusul dirinya ke ruang pribadinya di keluarga Alvaro.
Bukannya menjawab, Sebastian justru memeluknya. "Aku mencintaimu, hanya mencintaimu," ucapnya.
"Tidak, Bastian!" Cassandra mendorong tubuh Sebastian dengan sedikit kasar. "Kau tak boleh berada di sini! Pergilah, Almira pasti menunggumu," ucapnya.
"Sebentar saja, Sandra. Aku ingin bersamamu sebentar lagi, saja," ucap Sebastian dengan tatapan mengiba.
"Tidak, Kau harus pergi sekarang. Kau tau bukan.. Aku ingin sekali melihat darah daging mu lahir ke dunia ini, sebelum aku nanti__"
"Cukup! Baiklah, aku akan pergi sekarang," sela Sebastian sebelum Cassandra menyelesaikan kalimat yang nantinya akan membuat dirinya sedih sekaligus marah, marah karena merasa dirinya sebagai suami walau banyak harta tak mampu membahagiakan wanita yang dicintainya. "Kau akan baik-baik saja. Kau juga akan melihat, bahkan merawat anak-anak kita nantinya," lanjutnya seraya menangkup kedua pipi Cassandra.
"Dan Almira," koreksi Cassandra.
"Ya, dan Almira juga," ucap Sebastian sedikit terpaksa.
Cassandra tersenyum mendengarnya. "Baiklah, sekarang pergilah," usirnya.
Sebastian pun menuruti dan pergi. Akan tetapi, sebelum benar-benar pergi Sebastian kembali dan mencium singkat Cassandra.
Setelah memastikan Sebastian telah benar-benar pergi, meluruhlah air yang sedari tadi ditahannya. "Tuhan... Kenapa rasanya sakit sekali hati ini mengingat suami yang ku cintai akan bersama wanita lain, walau itu adalah adikku sendiri..."
Tanpa Cassandra sadari, Sebastian tak benar-benar pergi dan berada di balik pintu yang tak ditutupnya secara rapat. Setelahnya langsung pergi dengan perasaan tak menentu dan langkah yang berat.
Sesampainya di salah satu ruangan yang akan menjadi ruangan malam pernikahannya dengan Almira, Sebastian tak menemukan sosok yang dicarinya. Sosok yang dulu adalah adik iparnya kini berubah status menjadi istri, istri keduanya di dalam biduk rumah tangganya.
"Mungkin dia berada di kamar mandi," gumamnya dan mendudukkan diri di sofa yang berada di sana. Sembari menunggu Sebastian melihat ponselnya untuk mengecek pekerjaannya. Akan tetapi.. Sudah sekian waktu Sebastian menunggu, namun belum ada tanda-tanda Almira akan keluar dari kamar mandi. Sebastian yang sedikit curiga, segera bangkit dan berjalan mendekati pintu kamar mandi tersebut dan mengetuknya. "Almira! Kau di dalam?!" serunya. "Al... Almira?!" panggilnya lagi sembari memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut, karena takut jika terjadi sesuatu pada adik dari istrinya itu.
Kosong.
"Kemana dia?" gumamnya saat tak mendapati Almira di dalam sana. Sebastian pun kembali menutup pintu kamar mandi dan segera pergi dari ruang kamar tersebut untuk mencari keberadaan Almira dimana.
Sebastian mencari ke semua tempat yang pernah didatangi oleh Almira sewaktu dulu saat singgah ke kediaman keluarga Alvaro.
"Kemana dia? Tak mungkin dia ikut pulang papa Gilang, bukan?" ucapnya saat tak menemukan Almira dihampir semua tempat.
"Ibu..." Tiba-tiba Sebastian mendengar suara seseorang sesenggukkan yang terus menyebutkan nama 'Ibu'.
Saat didengarkan dengan seksama.. Sebastian seperti mengenali pemilik suara tersebut dan segera berjalan mengikuti asal suara.
"Almira!" serunya saat mendapati tubuh Almira yang tengah tertidur meringkuk di sebuah kursi taman. "Astaga gadis ini..! Bukannya tidur di kamar, malah tidur di sini," ucapnya seraya berinisiatif akan menggendong tubuh Almira yang tertidur pulas itu.
Akan tetapi, Sebastian segera mengurungkan niatnya itu saat mengingat jika Almira bukanlah adiknya lagi, melainkan istrinya.
Sebastian yang tak tahu bagaimana cara membangunkan Almira, segera memanggil salah satu pelayannya saat tak sengaja matanya melihat beberapa pelayan tengah berjalan disekitar taman tersebut. Jika saja status Almira masih sama seperti dulu, tanpa berpikir dua kali Sebastian akan langsung menggendongnya. Namun sekarang berbeda. Dengan status Almira yang berubah di dalam kehidupannya, membuat Sebastian tak tahu bagaimana akan bersikap, antara segan, marah, dan rasa bersalah bercampur menjadi satu.
Setelah pelayan yang dipanggilnya telah berada di hadapannya, Sebastian pun mengisyaratkan agar pelayan tersebut membangunkan Almira.
Pelayan tersebut pun mengangguk dan segera menghampiri Almira, sementara Sebastian segera pergi dari sana.
"Nona. Nona Almira, bangunlah. Nona..!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments